Kidung Saudara Matahari merupakan salah satu ungkapan kegembiraan sekaligus ajakan Fransiskus kepada semua elemen ciptaan untuk meluhurkan dan memuji setinggi-tingginya nama Allah. Kidung tersebut, pertama-tama ditampilkan pada elemen vital dari bumi, yakni tanah, air, udara dan api; selanjutnya pada elemen-elemen lainnya, seperti bulan dan bintang, juga ditambah dua bagian yang kodrati dalam kehidupan manusia yaitu perdamaian (kehidupan) dan kematian.[26] Hal semacam itulah sebagai suatu realitas hidup yang dihayati oleh Fransiskus dalam melihat persaudaraan dengan alam semesta ini. Inilah salah satu yang cukup nyata berperan dalam hubungan Fransiskus dengan Allah ialah alam semesta. Bersama alam semesta, Fransiskus menemukan Allah yang transenden dan tak kelihatan. Tumbuhan melambangkan kehidupan, air sebagai sumber kehidupan, tanah sebagai simbol keterbatasan manusia dan api sebagai cahaya cinta Allah, yang selalu menyala dan memberikan kehangatan. Fransiskus melihat empat unsur alam ini (tumbuhan, air, tanah dan api), sebagai bentuk kehadiran Allah yang nyata di tengah-tengah dunia.[27]
Dewasa ini, salah satu fakta menunjukkan bahwa alam semakin mengalami krisis ekologi; pencemaran air, tanah dan udara. Krisis ini pada dasarnya disebabkan oleh pihak-pihak yang berusaha mengeksploitasi alam dengan tidak memperhatikan ekosistem sekitarnya. Ini adalah keprihatinan masyarakat dunia. Akibatnya banyak negara di belahan dunia mengalami krisis dan permasalahan, seperti polusi udara, pemanasan global dan kelaparan. Tidak jarang paham kekristenan dibelokkan untuk mengeksploitasi alam. Ayat-ayat Kitab Suci dijadikan argumentasi dan dengannya alasan eksploitasi dirasionalisasi supaya tampak demi kepentingan masyarakat umum. Semua pandangan ini bukanlah jenis keyakinan yang dianut oleh Fransiskus Assisi. Menurut Fransiskus, menguasai alam ialah tunduk kepada alam, yakni dengan memelihara, merawat dan mencintai serta merangkulnya sebagai keluarga besar Allah yang patut dijaga dan lestarikan.[28]Â
- Harmonisasi: Manusia, Alam dan Pencipta
 Bumi merupakan suatu tempat kediaman bagi manusia dan segala jenis makhluk hidup biotik dan abiotik. Allah menciptakan manusia, pertama-tama bukan untuk kepentingan Allah sendiri, melainkan demi kepentingan manusia semata. Manusia diciptakan dan ditugaskan oleh Allah untuk memelihara dan merawat bumi, bukan sebaliknya menghancurkan dan merusak bumi. Oleh karena itu, pemahaman tentang eksploitasi dan kapitalisme[29] tidak bisa dibenarkan untuk dunia dewasa ini secara radikal. Perilaku yang diharapkan dari manusia adalah mengganti paham konsumsi dengan pengorbanan, pemborosan dengan semangat berbagi dan bergerak dari apa yang dibutuhkan oleh manusia menjadi apa yang dibutuhkan oleh alam dan Allah.[30] Keseluruhan itu mesti saling melengkapi agar tercapai suatu harmonisasi yang baik antara manusia dengan alam, dan relasi manusia dengan Allah.Â
Â
Fransiskus, dalam nyanyian yang indah Kidung Saudara Matahari (Gita Sang Surya), mengajak segenap isi bumi untuk memuji dan memuliakan Allah. Dengan merawat dan menjaga alam, manusia turut ambil bagian dalam tugasnya masing-masing untuk mewujudkan damai di tengah-tengah dunia.[31] Dalam nyanyian Gita Sang Surya, Fransiskus melukiskan model kesatuan dan perdamaian yang berakar dari Allah. Setiap saudara diajak untuk mewujudkan damai di mana saat manusia mulai merasa kehilangan daya untuk hidup. Peristiwa kematian, bagi Fransiskus, adalah manifestasi lain dari kehadiran Tuhan, yang tidak bisa dihindari. Kematian menjadi "momen" untuk memuji dan memuliakan Allah sebagai awal dan akhir kehidupan manusia.[32]Â
 Penutup
 Dunia dewasa ini, di tengah kemajuan teknologi yang serba canggih, di tuntut kepada setiap saudara kapusin untuk lebih menekankan sikap hidup bersaudara satu sama lain yang selalu setia melaksanakan tugas dan pelayanannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kecanggihan teknologi, yang menawarkan begitu banyak hal-hal positif, yang bersinggungan dengan pengalaman hidup bersaudara. Melalui jaringan internet (Email, Facebook, Twitter, WhatsApp dan lain-lain), manusia dengan mudah membangun relasi dengan orang lain di belahan dunia manapun. Setiap orang dapat berbagi rasa dan pengalaman tentang sesuatu peristiwa, baik peristiwa yang menggembirakan maupun yang menyedihkan. Di sisi lain, dampak "negatif"  dari kemajuan teknologi adalah kurangnya relasi yang intim antar individu-individu. Tidak jarang terjadi bahwa, relasi yang dibangun hanya sebatas simpati atau demi maksud yang tidak dapat dipertanggungjawabkan seperti provokasi, kekerasan dan pornografi.
 Ada hal-hal yang ditawarkan oleh Kons. Cap. 2013 dalam mendasari dan mengerti arti persaudaraan adalah bahwa manusia harus sadar bahwa dirinya diciptakan oleh Pencipta yang sama. Setiap orang harus memiliki tanggungjawab untuk membagikan hidupnya kepada sesamanya dan tidak satu orang pun yang berhak mengambil hidup orang lain selain Allah. Sebagai warga Gereja rasa persaudaraan harus didasari dengan tindakan saling melayani, tolong-menolong dan berbagi sebagaimana yang telah dilakukan oleh Yesus dan para murid-Nya dalam sejarah dunia (Injil). Persaudaraan kapusin ditunjukkan dengan sikap pelayanaan penuh kasih, pengorbanan dan kesaksian hidup serta sikap saling menghargai perbedaan dengan cara berpikir, berefleksi dan bertindak. Penting juga disadari bahwa, setiap saudara tidak hidup dengan aturan dan caranya sendiri, melainkan harus hidup seturut model dan cara hidup Fransiskus dan Injil Kristus.Â
 Keterlibatan saudara kapusin dalam memperkaya model-model hidup yang dibaktikan kepada Allah, Gereja dan dunia, terlihat dalam hidup dina, sederhana, dekat dengan orang miskin dan terpinggirkan. Hal tersebut juga dapat dilihat dalam karya kerasulan dan pengembangan iman umat, misalnya khotbah, katekese, dan misi pewartaan Sabda Allah di tengah-tengah orang yang tidak beriman. Kerasulan itu misalnya terdapat dalam; karya karitatif, pelayanan rumah sakit, pendidikan, rumah retret, konservasi alam dan pembelaan akan orang-orang yang lemah dan terpinggirkan melalui badan hukum. Seluruhnya itu merupakan bukti konkret dari perwujudan kasih Allah dalam Ordo Kapusin dan cita-cita umat kristen secara umum. Hingga sampai sekarang pelayanan persaudaraan semakin diaktualisasikan dan tetap berpedoman pada Kons. Cap. 2013.
Â
DAFTAR PUSTAKA