Mohon tunggu...
Agustinus Daniel
Agustinus Daniel Mohon Tunggu... -

Credo ut Intelligam - Aku percaya maka aku mengerti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meditasi Yesus #9 - Spiritualitas Transformatif

29 Juli 2015   09:20 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:43 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahapan dan proses transformatif ini sebenarnya juga terlihat dalam seluruh ajaran Gereja. Di dalam Injil, proses transformatif ini tampak pada ajaran tentang penebusan dosa, pengampunan dosa, dan tentang penyangkalan diri. Ini adalah tahap pemurnian untuk membersihkan diri kita dari dosa asal, dosa-dosa perbuatan, serta keterikatan pada dunia atau pada kedagingan.

Setelah itu Injil juga mengajarkan kita untuk bersatu dengan Kristus dan mengikuti Dia. Itu tidak lain merupakan tahap pengudusan.
Ajaran untuk menjadi sempurna (di dalam Mat.19:21) menjadi rangkuman dari seluruh proses transformatif ini.

Bahkan di dalam misa di Gereja Katolik, kedua tahap proses transformatif ini juga diungkapkan dengan begitu jelas, yaitu pada bagian persiapan yang diantaranya berupa puasa (sebelum mengikuti misa) dan pernyataan tobat. Keduanya dapat dimasukkan ke dalam tahap pemurnian.

Kemudian dilanjutkan dengan komuni yang menyatukan kita dengan Kristus dalam sakramen ekaristi. Dan pada akhir misa kita diutus untuk menjadi saksi Kristus (atau menjadi seperti Kristus) di dalam kehidupan kita. Keduanya tidak lain adalah tahap pengudusan.
Itu semua menunjukkan bahwa sesungguhnya proses transformatif untuk kembali menjadi sempurna sebagai citra Allah sangat kental mewarnai seluruh kehidupan Gereja sejak awal berdirinya.

Gereja sejak awal memang sudah menyediakan mekanisme untuk melakukan proses transformatif ini demi mewujudkan kehendak Tuhan yaitu untuk menghadirkan kembali kehidupan di atas bumi seperti di dalam surga.

Betapa banyak pengikut Kristus yangl begitu antusias menekankan iman akan penebusan salib Kristus, seolah-olah menerima Kristus sebagai Tuhan dan penebus sudah cukup menyelamatkan. Padahal itu baru seperempat jalan. Itu barulah tahap metanoia.

Masih ada proses lain yang harus dijalani dan tidak boleh dilupakan yang menjadi inti dari seluruh proses transformasi kita sebagai manusia, yaitu menyangkal diri (kenosis), lalu bersatu dengan Kristus (communio) dan menjadi seperti Kristus (imitatio) agar kemanusiaan kita diubah menjadi sempurna seperti yang dituntut oleh Tuhan sendiri.

Bagi kita para pengikut Kristus sudah disediakan sebuah jalan yang lurus untuk menjadi sempurna seperti Bapa di surga. Jalan itu begitu mahal karena dibayar dengan pengorbanan salib Yesus Kristus, Tuhan kita. Alangkah sia-sianya hidup ini jika kita hanya menempuh setengah perjalanan. Tuhan menghendaki kita menjalani seluruhnya agar kita bisa menjadi sempurna seperti Dia sehingga kita boleh mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya.

Orang-orang yang meyakini iman saja sudah cukup seringkali mengutip kisah Injil tentang penjahat yang disalibkan bersama Tuhan Yesus. Memang benar, penjahat yang disalibkan bersama Yesus langsung masuk ke surga hanya dengan percaya. Tapi itu dimungkinkan karena ia sudah tidak punya waktu lagi untuk menjalani tahap yang lain. Sedangkan bagi mereka yang diberi banyak kesempatan, iman saja tentu tidak cukup.

Belajarlah dari kisah orang kaya yang tidak berani menjual hartanya demi memperoleh hidup kekal, ia gagal meski sudah beriman dan mengikuti seluruh hukum Tuhan.

Meditasi Yesus adalah salah satu sarana yang tersedia bagi setiap pengikut Kristus untuk menerapkan ajaran Tuhan dalam meraih kesempurnaan. Meditasi Yesus menempatkan ke-empat tahap transformatif ini sebagai inti spiritualitasnya. Dengan mengikuti Meditasi Yesus, kita menjalani seluruh proses transformasi kemanusiaan tersebut untuk menjawab panggilan Tuhan, yaitu untuk menjadi sempurna seperti Tuhan dan bersama dengan Dia mewujudkan kehidupan di bumi seperti di dalam surga demi kemuliaan-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun