Mohon tunggu...
Agustinus Daniel
Agustinus Daniel Mohon Tunggu... -

Credo ut Intelligam - Aku percaya maka aku mengerti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meditasi Yesus #4 - Dari Doa Yesus dan Doa Rosario Menjadi Meditasi Yesus

24 Juli 2015   07:14 Diperbarui: 24 Juli 2015   07:19 8397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada rumusan doa pertama:

Saat menarik nafas, "Tuhan Yesus Kritus Putra Allah...."

Saat mengeluarkan nafas, "...kasihanilah aku orang berdosa...."

Ulangi doa ini sebanyak sepuluh kali.

Lalu lanjutkan dengan rumusan doa kedua:

Saat menarik nafas, "Tuhan Yesus Kristus...."

Saat mengeluarkan nafas, "... aku mengasihi Engkau..."

Hening sejenak selama satu atau dua tarikan nafas. Saat hening ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan kontemplasi singkat, misalnya dengan membayangkan wajah Tuhan Yesus atau membayangkan Tuhan yang tersalib. Setelah itu ulangi lagi rumusan doa yang pertama... demikian seterusnya berulang-ulang.

Ini adalah bentuk dasar dari Meditasi Yesus dan dapat dipraktekkan oleh semua pengikut Kristus, baik yang Katolik ataupun bukan. Untuk membantu menghitung jumlah doa, kita bisa menggunakan kalung rosario atau komboskini Meditasi Yesus. Penggunaan kalung rosario atau komboskini bukan suatu keharusan. Jika kita tidak memilikinya, kita bisa menggunakan jari-jari tangan.

Luangkan waktu secara khusus, minimal 20 menit sampai dengan satu jam atau lebih setiap hari, untuk mempraktekkan Meditasi Yesus. Kita sudah diberi Tuhan waktu 24 jam sehari, meluangkan waktu hanya 20 menit (atau tidak sampai 2% per hari) bukan sesuatu yang berat dan merugikan aktivitas sehari-hari kita.

Praktekkan ini pada pagi hari setelah bangun tidur, atau malam hari menjelang tidur. Bangun tidur 20 menit lebih awal ataupun tidur 20 menit lebih malam saya kira tidak akan mengurangi kualitas tidur kita, dan aktivitas sehari-hari juga tidak akan terganggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun