Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 103-104

29 Januari 2025   04:30 Diperbarui: 29 Januari 2025   01:51 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Cover Novel Menapak Jejak di Kimaam (Dokumentasi Pribadi) 

Didimus menyampaikan kontribusinya dalam memahami ekosistem lokal dan pentingnya mempertahankan keseimbangan alam dalam setiap langkah mereka. "Analisis tanah dan strategi pemupukan yang kami terapkan didasarkan pada pemahaman mendalam tentang lingkungan sekitar," ujar Didimus. "Kami ingin memastikan bahwa apa yang kami lakukan tetap selaras dengan alam."

Teguh, yang menghadirkan perspektif teknologi dan inovasi, menjelaskan bagaimana sensor kelembaban tanah dan sistem irigasi tetes telah meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam dan mengurangi dampak lingkungan negatif dari praktik pertanian konvensional. "Teknologi modern ini bukan untuk menggantikan tradisi, tetapi untuk mendukungnya," kata Teguh dengan tegas.

Sesepuh-sesepuh mendengarkan dengan penuh perhatian, mengangguk dalam setujuan setiap kali Josefa, Didimus, atau Teguh menggarisbawahi pentingnya memperkuat kembali hubungan manusia dengan alam. Mereka menyampaikan kebanggaan mereka terhadap upaya para pemuda ini untuk memadukan ilmu pengetahuan modern dengan nilai-nilai tradisional yang telah diterima turun-temurun.

Sesepuh Mbah Jaya, yang paling dihormati di antara mereka, angkat bicara. "Kami bangga melihat kalian semua menggabungkan ilmu modern dengan kearifan lokal," kata Mbah Jaya. "Ini adalah langkah penting untuk memastikan kelangsungan hidup kita di tanah ini."

Diskusi berlangsung dengan penuh kerendahan hati dan saling pengertian. Setiap pertanyaan dan kekhawatiran dari sesepuh-sesepuh dijawab dengan jelas dan penuh rasa hormat. "Apakah teknologi ini akan mengganggu tradisi kami dalam mengelola tanah?" tanya salah satu sesepuh.

"Tidak, Pak," jawab Teguh dengan sabar. "Kami memastikan teknologi ini hanya sebagai alat bantu. Tradisi dan cara pengelolaan tanah yang turun-temurun tetap menjadi inti dari semua yang kami lakukan."

Pada akhir pertemuan, mereka menyatakan dukungan penuh mereka terhadap proyek ini, meyakini bahwa inisiatif ini akan membawa manfaat jangka panjang bagi Kampung Tabonji secara keseluruhan.

"Kalian memiliki restu kami," kata Mbah Jaya sambil menatap Josefa, Didimus, dan Teguh. "Lanjutkan pekerjaan baik ini dengan penuh semangat dan kehati-hatian."

Josefa, Didimus, dan Teguh keluar dari pertemuan tersebut dengan rasa lega dan penuh semangat. "Dukungan dari sesepuh-sesepuh adalah langkah penting untuk memperkuat fondasi proyek kita," kata Josefa sambil tersenyum. "Kini kita bisa melanjutkan perjalanan kita dengan lebih yakin."

Didimus menambahkan, "Mari kita buktikan bahwa kita bisa menggabungkan yang terbaik dari dua dunia ini."

Teguh setuju. "Dengan dukungan mereka, kita pasti bisa menciptakan masa depan yang berkelanjutan bagi komunitas kita di Pulau Kimaam."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun