Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keheningan yang Menyelamatkan: Menemukan Emas dalam Diam

27 Januari 2025   04:30 Diperbarui: 26 Januari 2025   18:26 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keheningan dalam Kehidupan Spiritual

Keheningan adalah pintu menuju kehadiran Tuhan. Dalam hening, kita menemukan ruang untuk berdoa, bermeditasi, dan bertemu dengan Sang Pencipta. Di saat semua suara dunia mereda, hati kita menjadi lebih peka untuk mendengar suara-Nya. Doa yang disertai keheningan bukan sekadar rangkaian kata, tetapi sebuah percakapan yang tulus, di mana kita tidak hanya berbicara, tetapi juga mendengarkan. Dalam diam, kita merasakan kehadiran Tuhan yang lembut namun penuh kuasa. 

Gereja Katolik memiliki tradisi yang indah dalam memanfaatkan keheningan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Retret hening, misalnya, menjadi momen di mana kita meninggalkan kesibukan sehari-hari untuk sejenak fokus pada hubungan dengan Tuhan. Ibadah hening, seperti adorasi Sakramen Mahakudus, juga mengajak kita untuk merenung dalam keheningan, membiarkan Tuhan berbicara langsung kepada hati kita. Tradisi ini mengajarkan bahwa dalam diam, ada kedalaman yang tidak dapat ditemukan dalam kebisingan. 

Keheningan juga membantu menyelaraskan tubuh, pikiran, dan jiwa. Saat kita berhenti dari segala aktivitas dan membiarkan diri larut dalam hening, tubuh kita menemukan ketenangan, pikiran menjadi jernih, dan jiwa memperoleh kedamaian. Keheningan adalah tempat di mana kita bisa mengisi ulang energi rohani, seperti tanah kering yang menyerap air hujan. 

Dalam dunia yang terus bergerak cepat, keheningan menjadi oase yang menenangkan. Ia membawa kita kembali ke inti kehidupan: hidup yang terhubung dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dan dengan orang lain. Mungkin, ini saatnya bagi kita untuk meluangkan waktu dalam hening, membiarkan Tuhan menyapa hati kita dengan lembut, dan menemukan harmoni di tengah segala kesibukan. 

Tantangan dan Solusi dalam Mempraktikkan Keheningan

Di tengah kehidupan modern yang serba sibuk, menjaga keheningan terasa seperti sebuah kemewahan. Kita dikelilingi oleh notifikasi ponsel, obrolan tanpa henti, dan hiruk-pikuk rutinitas. Kadang, bahkan ketika tidak ada suara di sekitar, pikiran kita sendiri terasa bising dengan berbagai kekhawatiran dan rencana. Tantangan ini membuat keheningan sulit diraih, meski hati sebenarnya merindukannya. 

Namun, keheningan bukanlah sesuatu yang mustahil. Untuk mencapai keheningan dan fokus pada diri sendiri, jauhkan ponsel dari jangkauan agar terhindar dari godaan untuk terus terhubung, dan tetapkan waktu khusus untuk berdiam diri, seperti setelah bangun pagi atau sebelum tidur, dengan duduk tenang dan menikmati keheningan tanpa gangguan. Jika suasana rumah terlalu ramai, cari tempat yang mendukung ketenangan, seperti taman, gereja, atau sudut rumah yang tenang, karena lingkungan hening memudahkan suasana kontemplatif. Selain itu, latih pikiran untuk tetap tenang meski di tempat yang sepi dengan fokus pada pernapasan atau mengucapkan doa singkat untuk membantu menenangkan hati.

Keheningan mungkin tidak datang dengan mudah, tetapi usaha untuk mencapainya sangatlah berharga. Dengan menciptakan ruang hening, kita tidak hanya memberi waktu bagi diri untuk beristirahat, tetapi juga membuka peluang untuk mendengar suara hati dan kehadiran Tuhan. Tantangan yang ada hanyalah pengingat bahwa keheningan adalah sesuatu yang layak diperjuangkan.

Pada akhirnya, keheningan, seperti yang diibaratkan Santo Yohanes Krisostomus, adalah emas yang berharga, indah, dan menyelamatkan, karena di dalamnya kita menemukan ruang untuk merenung, mendengar suara hati, dan merasakan kehadiran Tuhan yang lembut. Keheningan bukanlah kekosongan, melainkan oase yang menyegarkan jiwa dan membawa kita menuju kedamaian sejati. Dengan memulai langkah sederhana seperti mematikan ponsel, menarik napas dalam, atau berdiam diri beberapa menit setiap hari, kita memberi ruang bagi Tuhan untuk berbicara, hati untuk pulih, dan jiwa untuk bertumbuh, menjadikan keheningan hadiah yang membantu kita lebih dekat dengan Tuhan dan damai dengan diri sendiri. (*)

Merauke, 27 Januari 2025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun