Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Program Bangun Pagi dan Tidur Cepat: Tantangan dan Langkah Nyata untuk Anak-Anak Kita

23 Januari 2025   04:30 Diperbarui: 23 Januari 2025   05:48 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) telah merancang program unggulan yang berfokus pada pembentukan karakter dan kebiasaan sehat anak sejak usia dini, mencakup tujuh kebiasaan utama: bangun pagi untuk meningkatkan produktivitas, beribadah untuk menanamkan spiritualitas, berolahraga untuk menjaga kesehatan, makan sehat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, gemar belajar untuk membangun budaya belajar sepanjang hayat, bermasyarakat untuk mengembangkan empati, dan tidur cepat untuk pemulihan fisik dan mental. Kebiasaan ini menjadi fondasi penting bagi tumbuh kembang anak yang tangguh dan berprestasi. Akan tetapi, implementasinya menghadapi tantangan, terutama pada kebiasaan bangun pagi dan tidur cepat, akibat pola hidup orang tua yang tidak teratur, beban tugas sekolah, serta godaan teknologi. Kesenjangan ini dapat memengaruhi kebiasaan sehat lainnya, sehingga diperlukan solusi nyata untuk menjembatani kesenjangan tersebut.

Tinjauan Singkat Tujuh Kebiasaan Unggulan

Dalam membangun generasi muda yang unggul, Kemendikdasmen telah merumuskan tujuh kebiasaan utama yang saling melengkapi untuk mendukung pertumbuhan fisik, mental, dan sosial anak-anak Indonesia.

Kebiasaan bangun pagi memberikan waktu ekstra untuk memulai hari dengan baik. Anak yang bangun pagi cenderung lebih siap secara fisik dan mental untuk menerima pelajaran, mengurangi risiko keterlambatan, dan meningkatkan fokus selama belajar di sekolah. Beribadah tidak hanya membangun hubungan spiritual anak dengan Tuhan, tetapi juga melatih kedisiplinan, rasa syukur, dan tanggung jawab. Kebiasaan ini menjadi landasan penting dalam pembentukan moral dan etika yang kuat.

Aktivitas fisik secara rutin membantu menjaga kesehatan tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh, dan mengurangi risiko penyakit. Selain itu, olahraga juga terbukti efektif dalam mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati, yang sangat penting untuk kesehatan mental anak. Pola makan yang sehat dan bergizi memberikan energi yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari dan mendukung perkembangan otak. Nutrisi yang baik juga meningkatkan daya tahan tubuh sehingga anak lebih jarang sakit dan lebih aktif belajar.

Membiasakan anak untuk menyukai proses belajar tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga di luar sekolah, membantu mereka mengembangkan rasa ingin tahu dan keterampilan berpikir kritis. Kebiasaan ini juga mempersiapkan anak untuk menghadapi dinamika dunia yang terus berubah. Interaksi sosial yang positif membantu anak memahami pentingnya bekerja sama, menghargai perbedaan, dan berbagi pengalaman. Dengan bermasyarakat, anak belajar nilai-nilai kemanusiaan yang esensial, seperti empati dan toleransi. Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk pemulihan tubuh, perkembangan otak, dan stabilitas emosi. Anak yang tidur tepat waktu cenderung lebih segar, memiliki konsentrasi lebih baik, dan lebih siap menjalani aktivitas esok hari.

Tantangan dalam Implementasi Bangun Pagi dan Tidur Cepat

Meskipun kebiasaan bangun pagi dan tidur cepat memiliki manfaat yang jelas bagi perkembangan anak, implementasinya sering dihadapkan pada berbagai tantangan yang berasal dari faktor internal, faktor eksternal, serta kesenjangan antara sekolah dan rumah.

Pola hidup orang tua yang berbeda-beda dan sering tidak konsisten: Anak cenderung meniru pola hidup orang tua. Jika orang tua memiliki kebiasaan tidur larut malam atau bangun siang, anak akan kesulitan memahami pentingnya tidur cepat dan bangun pagi. Ketidakkonsistenan dalam jadwal tidur keluarga juga dapat mengacaukan rutinitas anak, terutama bagi yang masih membutuhkan arahan kuat.

Beban tugas sekolah dan ekstrakurikuler: Padatnya tugas sekolah, seperti pekerjaan rumah dan proyek kelompok, sering memaksa anak begadang untuk menyelesaikannya. Kegiatan ekstrakurikuler yang berlangsung hingga sore atau malam hari juga menambah beban fisik dan mental, sehingga sulit bagi anak untuk tidur cepat.

Lingkungan rumah yang tidak mendukung: Lingkungan tempat tinggal yang bising, seperti suara kendaraan atau aktivitas tetangga, dapat mengganggu waktu tidur anak. Selain itu, godaan gadget seperti televisi, ponsel, dan permainan digital, sering menjadi penghalang besar bagi anak untuk tidur lebih awal. Penggunaan perangkat elektronik sebelum tidur juga dapat mengganggu kualitas tidur karena paparan cahaya biru.

Ketidakseimbangan antara jadwal sekolah dan istirahat: Beberapa sekolah memiliki jadwal masuk yang sangat pagi, sehingga anak harus bangun lebih awal dari waktu yang ideal. Hal ini menjadi masalah ketika waktu tidur anak tidak memadai, baik karena tuntutan akademik maupun kurangnya pengaturan waktu yang efektif. Jadwal istirahat yang tidak teratur juga dapat memengaruhi kemampuan anak untuk bangun pagi secara konsisten.

Kurangnya kolaborasi antara rumah dan sekolah: Kebiasaan bangun pagi dan tidur cepat memerlukan sinergi antara sekolah dan rumah. Sayangnya, masih sering ditemukan kurangnya komunikasi dan kerja sama antara kedua pihak. Sekolah mungkin menekankan pentingnya kebiasaan ini melalui program-program tertentu, tetapi tanpa dukungan orang tua di rumah, penerapannya menjadi sulit. Sebaliknya, orang tua yang berusaha menerapkan kebiasaan ini di rumah juga membutuhkan penyesuaian jadwal dari sekolah untuk memastikan keseimbangan antara waktu belajar dan istirahat anak.

Solusi Nyata untuk Mengatasi Tantangan

Mengusahakan kebiasaan bangun pagi dan tidur cepat pada anak memerlukan pendekatan yang menyeluruh. Semua pihak---mulai dari keluarga, sekolah, hingga komunitas dan pemerintah---perlu berkolaborasi agar kebiasaan ini dapat diterapkan secara efektif. Berikut adalah solusi nyata untuk mengatasi tantangan tersebut.

Pendekatan di rumah: Peran orang tua sangat krusial dalam membentuk kebiasaan sehat pada anak:  Mereka perlu menjadi teladan dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti tidur tepat waktu dan bangun pagi secara konsisten. Dengan memberikan contoh nyata, anak akan lebih mudah meniru kebiasaan yang sama. Selain itu, edukasi bagi orang tua mengenai pentingnya tidur yang cukup dan bangun pagi harus dilakukan secara berkelanjutan: Workshop yang diselenggarakan oleh sekolah atau komunitas dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang dampak positif kebiasaan ini terhadap kesehatan dan perkembangan anak, serta bagaimana cara mengatasinya jika menemui kesulitan.

Pendekatan di sekolah: Sekolah dapat meninjau ulang jadwal belajar siswa agar tidak terlalu padat, sehingga anak memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat di rumah. Memberikan jeda istirahat yang cukup di antara sesi belajar juga membantu anak tetap bugar dan terhindar dari kelelahan. Selanjutnya, sekolah mengintegrasikan aktivitas fisik seperti olahraga ringan ke dalam rutinitas sekolah dapat membantu anak melepaskan energi berlebih dan mempersiapkan tubuh untuk tidur malam yang lebih baik. Selain itu, sekolah dapat menyediakan waktu dan tempat untuk istirahat, seperti ruang yang nyaman untuk relaksasi atau tidur siang singkat.

Peran komunitas dan pemerintah: Komunitas lokal dan platform media sosial dapat digunakan untuk mempromosikan pentingnya kebiasaan bangun pagi dan tidur cepat. Tokoh masyarakat, tokoh agama, atau influencer dapat dilibatkan untuk menyebarkan pesan ini dengan cara yang menarik dan relevan bagi berbagai lapisan masyarakat. Pemerintah perlu merancang kebijakan yang memperhatikan keseimbangan antara waktu belajar dan istirahat anak. Misalnya, menetapkan jam sekolah yang tidak terlalu pagi dan mendorong penerapan kurikulum yang lebih fleksibel. Kebijakan ini juga dapat mencakup pengaturan jumlah tugas sekolah yang wajar dan tidak membebani anak.

Memberdayakan sekolah yang berpola asrama: Sekolah seperti ini dapat menjadi solusi jangka panjang untuk memastikan kebiasaan bangun pagi dan tidur cepat terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari anak. Di sekolah asrama, rutinitas harian anak dapat diatur dengan lebih terstruktur, termasuk waktu untuk tidur, bangun, belajar, olahraga, dan makan. Selain itu, lingkungan asrama yang mendukung akan meminimalkan gangguan dari luar, seperti gadget atau kebisingan.

Hubungan antara Kebiasaan Bangun Pagi dan Tidur Cepat dengan Kebiasaan Lainnya

Kebiasaan bangun pagi dan tidur cepat tidak berdiri sendiri sebagai rutinitas sehari-hari, tetapi juga memiliki dampak besar terhadap keberhasilan kebiasaan lain dalam program unggulan Kemendikdasmen. Ada dua hal yang berpengaruh, yaitu efek domino kebiasaan ini terhadap kebiasaan lain, dan hubungannya dengan peningkatan kualitas hidup anak secara menyeluruh.

Pertama, bangun pagi memberi anak waktu untuk berolahraga, meningkatkan kebugaran fisik, dan membantu mengatur pola tidur yang saling mendukung. Tidur yang cukup juga memungkinkan anak menikmati sarapan bergizi, yang penting untuk energi harian. Sebaliknya, kurang tidur atau bangun terlambat dapat menyebabkan anak melewatkan sarapan atau memilih makanan kurang bergizi, serta mengganggu hormon lapar dan kenyang. Tidur cukup mendukung otak dalam memproses informasi, meningkatkan konsentrasi, kreativitas, dan daya ingat; sementara kurang tidur dapat menyebabkan kelelahan, sulit fokus, dan rendahnya motivasi belajar. Kombinasi tidur yang cukup dan bangun pagi menciptakan budaya belajar yang konsisten.

Kedua, tidur yang cukup dan bangun pagi membantu tubuh melakukan pemulihan optimal, memperbaiki jaringan, memperkuat sistem imun, dan mengatur hormon, serta mengurangi risiko gangguan mental seperti kecemasan dan depresi. Kebiasaan ini juga melatih anak mengatur waktu dengan lebih efektif, meningkatkan disiplin, dan mendukung rutinitas lain seperti berolahraga, belajar, dan bermasyarakat. Anak yang cukup tidur memiliki suasana hati lebih stabil, yang mendukung interaksi sosial dan empati. Selain itu, tidur berkualitas meningkatkan kinerja akademik, konsentrasi, daya ingat, serta kemampuan pemecahan masalah, sambil mendukung pengembangan bakat di bidang nonakademik seperti seni dan olahraga.

Akhirnya, kebiasaan bangun pagi dan tidur cepat menjadi fondasi utama bagi kebiasaan unggulan lainnya yang dicanangkan oleh Kemendikdasmen seperti berolahraga, makan sehat, gemar belajar, dan bermasyarakat, yang mendukung kesehatan fisik, mental, dan sosial anak serta membentuk karakter disiplin. Implementasi kebiasaan ini menghadapi tantangan yang memerlukan kerja sama antara orang tua, guru, dan komunitas. Orang tua sebagai teladan, sekolah dengan jadwal yang mendukung, dan peran aktif pemerintah serta komunitas dalam kebijakan dan kampanye kesadaran sangat penting. Dengan langkah konkret dan komitmen bersama, kebiasaan ini dapat mendarah daging pada generasi muda, menciptakan generasi yang lebih sehat, produktif, dan berkualitas. (*)

Merauke, 23 Januari 2025

Agustinus Gereda

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun