Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 91-92

15 Januari 2025   04:30 Diperbarui: 14 Januari 2025   18:04 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya, Yosef. Kakak pulang," Josefa mengangkat adiknya dan memeluknya erat. "Kakak punya banyak cerita untukmu."

Sambutan hangat dari keluarga tidak hanya mencerminkan kebahagiaan mereka atas kesuksesan Josefa dalam mengejar mimpinya, tetapi juga menjadi momen yang menguatkan ikatan batin mereka sebagai keluarga Marind Anim. Mereka duduk bersama di ruang tamu yang sederhana namun penuh dengan kehangatan dan canda tawa. Cerita-cerita tentang perjalanan Josefa di Bogor, tantangan yang dihadapinya, dan bagaimana dia berhasil menggabungkan pengetahuan modern dengan nilai-nilai tradisional, mengalir begitu alami di antara mereka.

"Di Bogor, aku belajar banyak tentang pertanian modern," cerita Josefa. "Kita bisa meningkatkan hasil panen kita tanpa merusak tanah."

Matheus mengangguk bangga. "Itulah yang kita butuhkan. Pengetahuan yang bisa membuat kita maju tanpa melupakan akar kita."

Josefa melanjutkan, "Aku juga belajar tentang cara merawat tanah agar tetap subur. Dengan menggabungkan pengetahuan itu dengan kearifan lokal kita, kita bisa mendapatkan hasil yang lebih baik."

"Josefa, kau memang luar biasa," kata Yohana dengan mata berkaca-kaca. "Kami tahu kau akan membawa perubahan besar untuk kampung kita."

Dalam sambutan ini, Josefa merasakan betapa pentingnya akar budaya dan keluarga dalam perjalanannya. Semangat untuk mengembangkan kampung halamannya tidak hanya didorong oleh ambisi pribadi, tetapi juga oleh keinginan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan inovasi yang dia bawa pulang akan membawa manfaat nyata bagi orang-orang yang paling dicintainya di Pulau Kimaam.

"Ini semua untuk kita semua," Josefa berkata dengan tegas. "Kita akan bekerja bersama untuk membuat Kampung Tabonji menjadi lebih baik."

"Kita semua mendukungmu, Josefa," kata Matheus dengan penuh keyakinan. "Bersama-sama, kita pasti bisa."

Dengan dukungan penuh dari keluarganya, Josefa merasa lebih siap dari sebelumnya untuk menghadapi tantangan yang ada dan membawa perubahan positif bagi kampung halamannya.

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun