Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 79-80

30 Desember 2024   04:30 Diperbarui: 29 Desember 2024   19:21 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Cover Novel Menapak Jejak di Kimaam (Dokumen Pribadi)

Diskusi dengan Teman

Di sebuah kafe kecil di Bogor, Josefa duduk bersama Teguh, teman sekelasnya dari Semarang. Mereka dikelilingi oleh aroma kopi yang harum dan suasana yang ramai. Diskusi mereka tentang pertanian telah menjadi hal yang biasa, tetapi malam ini terasa lebih dalam.

Teguh, dengan wajah seriusnya, membagikan pandangannya tentang pentingnya menggabungkan tradisi dengan teknologi modern. "Josefa, kita harus melihat tradisi sebagai kekayaan yang harus dihormati, tetapi juga tidak boleh terjebak dalam nostalgia," ucapnya, sambil mengaduk-aduk kopi di cangkirnya. "Teknologi memberi kita alat untuk mengoptimalkan hasil pertanian, mengurangi risiko, dan menjaga keberlanjutan lingkungan."

Josefa mendengarkan dengan seksama, meresapi setiap kata yang diucapkan Teguh. Namun, di dalam hatinya, pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana cara terbaik untuk menggabungkan dua dunia ini tetap menggelitik.

"Tapi Teguh," jawab Josefa dengan penuh pertimbangan, "bagaimana kita bisa memastikan bahwa penggunaan teknologi tidak menghilangkan esensi dari kearifan lokal yang telah ada?"

Teguh mengangguk, memahami keraguan Josefa. "Itu memang menjadi tantangan, Se. Kita perlu mencari cara untuk memanfaatkan teknologi tanpa mengorbankan nilai-nilai tradisional yang telah terbukti."

Diskusi mereka berlanjut panjang, membahas berbagai studi kasus dan pendekatan yang berbeda dalam pertanian modern di Indonesia. Teguh membawa contoh-contoh dari daerahnya sendiri yang berhasil mengintegrasikan teknologi tanpa mengesampingkan nilai-nilai lokal yang kaya. Josefa mencatat ide-ide baru dan mulai melihat tantangan ini dari sudut pandang yang lebih luas.

"Teguh, ide-ide ini sangat membantu. Aku mulai melihat potensi untuk mengembangkan sistem pertanian di kampung halamanku," ujar Josefa dengan antusiasme.

Teguh tersenyum puas. "Aku yakin kamu bisa menemukan solusi yang tepat, Se. Kombinasikan pengetahuanmu di sini dengan nilai-nilai yang kamu pelajari dari kampungmu."

Di tengah cahaya remang-remang kafe, mereka tidak hanya berbagi pandangan, tetapi juga menemukan titik temu antara visi Josefa untuk melestarikan tradisi dan ambisi Teguh untuk menerapkan inovasi. Diskusi ini memberi Josefa pencerahan baru, memberikan arah dalam perjalanannya untuk mencari solusi yang seimbang antara tradisi dan kemajuan.

Setelah malam itu, Josefa kembali ke asrama dengan pikiran yang lebih terang. Dia mulai menyusun rencana yang lebih konkret untuk mengembangkan sistem pertanian di Kampung Tabonji, mengambil yang terbaik dari kedua dunia yang ia pelajari di Bogor. Dengan semangat yang baru ditemukan, Josefa siap untuk melangkah maju dan menjadikan impian perubahan positif bagi kampung halamannya menjadi kenyataan.

Kebingungan yang Mendalam

Di suatu pagi yang cerah di Bogor, Josefa duduk sendirian di tepi danau kecil di kampus IPB. Suara gemericik air dan aroma segar tanah basah menyelimuti pikirannya yang dipenuhi dengan kebingungan yang mendalam.Inilah yang menjadi titik fokus dari perjalanannya yang penuh tantangan dalam menemukan keseimbangan antara tradisi dan inovasi.

Tiba-tiba, Teguh muncul dari balik semak dekat danau. Dengan senyuman ramah, dia duduk di samping Josefa.

"Josefa, pagi yang cerah, ya?" sapa Teguh sambil melihat pemandangan danau yang tenang.

Josefa mengangguk, memberi senyum tipis. "Pagi, Teguh. Aku sedang memikirkan semua yang telah kita diskusikan tentang tradisi dan teknologi."

Teguh mengangguk paham. "Itu memang dilema yang kompleks. Keduanya punya nilai masing-masing."

Josefa menatap air danau, lalu bertanya ragu, "Teguh, bagaimana menurutmu cara terbaik untuk mengintegrasikan teknologi tanpa merusak kearifan lokal yang kita punya?"

Teguh mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Menurutku, Josefa, kuncinya ada pada pendekatan yang holistik. Kita perlu memahami nilai-nilai tradisional itu sendiri, bukan hanya sebagai metode pertanian, tapi juga sebagai bagian dari identitas dan kearifan budaya."

Josefa mengangguk, menyerap setiap kata dengan seksama. "Aku rasa kita bisa menemukan cara untuk memadukan keduanya, Teguh. Seperti cara nenek moyang kita memperlakukan tanah dengan penuh kehati-hatian, mungkin kita bisa mengembangkan teknologi yang membantu mempertahankan kelestarian tanah itu sendiri."

Teguh tersenyum, mengangguk setuju. "Betul sekali. Kita bisa mulai dengan riset lebih dalam, mencari solusi yang berkelanjutan untuk komunitas kita."

Di tengah cahaya pagi yang semakin cerah, mereka melanjutkan diskusi mereka tentang bagaimana menciptakan keseimbangan yang tepat antara tradisi dan inovasi. Suara gemericik air dan aroma tanah basah menjadi saksi dari tekad mereka untuk terus berusaha dan mencari jawaban yang tepat.

Dengan pikiran yang lebih jernih dan semangat yang baru ditemukan, Josefa kembali yakin bahwa ada cara untuk menjembatani perbedaan ini. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan menyerah. Dia akan terus mencari, terus belajar, dan terus menggali potensi untuk menggabungkan kebijaksanaan tradisional dengan teknologi modern dalam upayanya untuk menapaki jejaknya di Kimaam dengan penuh kebanggaan dan integritas.

(Bersambung)

Merauke, 30 Desember 2024

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun