Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 79-80

30 Desember 2024   04:30 Diperbarui: 29 Desember 2024   19:21 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Cover Novel Menapak Jejak di Kimaam (Dokumen Pribadi)

Setelah malam itu, Josefa kembali ke asrama dengan pikiran yang lebih terang. Dia mulai menyusun rencana yang lebih konkret untuk mengembangkan sistem pertanian di Kampung Tabonji, mengambil yang terbaik dari kedua dunia yang ia pelajari di Bogor. Dengan semangat yang baru ditemukan, Josefa siap untuk melangkah maju dan menjadikan impian perubahan positif bagi kampung halamannya menjadi kenyataan.

Kebingungan yang Mendalam

Di suatu pagi yang cerah di Bogor, Josefa duduk sendirian di tepi danau kecil di kampus IPB. Suara gemericik air dan aroma segar tanah basah menyelimuti pikirannya yang dipenuhi dengan kebingungan yang mendalam.Inilah yang menjadi titik fokus dari perjalanannya yang penuh tantangan dalam menemukan keseimbangan antara tradisi dan inovasi.

Tiba-tiba, Teguh muncul dari balik semak dekat danau. Dengan senyuman ramah, dia duduk di samping Josefa.

"Josefa, pagi yang cerah, ya?" sapa Teguh sambil melihat pemandangan danau yang tenang.

Josefa mengangguk, memberi senyum tipis. "Pagi, Teguh. Aku sedang memikirkan semua yang telah kita diskusikan tentang tradisi dan teknologi."

Teguh mengangguk paham. "Itu memang dilema yang kompleks. Keduanya punya nilai masing-masing."

Josefa menatap air danau, lalu bertanya ragu, "Teguh, bagaimana menurutmu cara terbaik untuk mengintegrasikan teknologi tanpa merusak kearifan lokal yang kita punya?"

Teguh mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Menurutku, Josefa, kuncinya ada pada pendekatan yang holistik. Kita perlu memahami nilai-nilai tradisional itu sendiri, bukan hanya sebagai metode pertanian, tapi juga sebagai bagian dari identitas dan kearifan budaya."

Josefa mengangguk, menyerap setiap kata dengan seksama. "Aku rasa kita bisa menemukan cara untuk memadukan keduanya, Teguh. Seperti cara nenek moyang kita memperlakukan tanah dengan penuh kehati-hatian, mungkin kita bisa mengembangkan teknologi yang membantu mempertahankan kelestarian tanah itu sendiri."

Teguh tersenyum, mengangguk setuju. "Betul sekali. Kita bisa mulai dengan riset lebih dalam, mencari solusi yang berkelanjutan untuk komunitas kita."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun