Josefa menghela nafas, mencoba membagi kekhawatirannya. "Aku sedang memikirkan relevansi kearifan lokal di tengah kemajuan ilmu pengetahuan modern. Seperti ubi-ubi besar di desaku, mereka tumbuh begitu subur tanpa teknologi canggih."
Rani mengangguk mengerti. "Itu memang menakjubkan. Tapi di sini, ilmu yang kita pelajari menjanjikan efisiensi yang belum pernah terbayangkan sebelumnya."
Josefa mengangguk. "Ya, itulah yang membuatku bingung. Apakah ada cara untuk memadukan keduanya tanpa mengorbankan keaslian budaya kita?"
Rani tersenyum lembut. "Mungkin kita perlu melihatnya sebagai komplementer satu sama lain. Teknologi bisa meningkatkan efisiensi tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisional yang kita miliki."
Josefa menatap Rani dengan perasaan lega. "Mungkin memang begitu. Aku harus mencari jalan tengah di antara semua ini."
Rani mengangguk setuju. "Kamu pasti bisa, Josefa. Kamu memiliki visi yang jelas untuk membawa perubahan positif."
Dalam kegelapan malam yang semakin mendalam, Josefa merasa ada pencerahan yang menembus kebingungannya. Mungkin solusinya bukanlah memilih satu atau yang lain, tetapi menciptakan harmoni antara tradisi yang diwariskan dan pengetahuan modern yang diperolehnya. Dengan pikiran yang lebih jernih, Josefa merencanakan langkah selanjutnya untuk menggabungkan nilai-nilai tradisional dengan teknologi canggih dalam upayanya untuk membawa perubahan yang positif bagi kampung halamannya.
(Bersambung)
Merauke, 27 Desember 2024
Agustinus Gereda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H