Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 75-76

23 Desember 2024   05:25 Diperbarui: 22 Desember 2024   14:27 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Josefa, kita butuh lebih banyak orang untuk membantu membangun infrastruktur irigasi ini," kata Didimus sambil mengelap keringat di dahinya.

Josefa menatap Didimus dengan penuh tekad. "Aku tahu, Didimus. Aku akan berbicara dengan warga lagi malam ini. Kita harus meyakinkan mereka bahwa ini adalah langkah penting untuk masa depan kita."

Namun, perjalanan Josefa tidak selalu mulus. Dia menghadapi tantangan seperti masalah teknis dengan penggunaan peralatan modern di lingkungan yang tidak familiar, serta resistensi dari sebagian kecil masyarakat yang masih skeptis terhadap perubahan.

"Josefa, alat-alat ini terlalu rumit," keluh Teguh saat mereka mencoba memasang sistem irigasi.

Josefa menepuk bahu Teguh dengan penuh semangat. "Jangan khawatir, Teguh. Kita akan mempelajarinya bersama. Setiap tantangan adalah kesempatan untuk belajar."

Dengan waktu, upaya Josefa mulai membuahkan hasil positif yang nyata. Tanaman mulai tumbuh lebih subur, dan hasil panen mereka meningkat secara signifikan. Dukungan dari pemerintah daerah dan beberapa organisasi pertanian juga membantu Josefa dalam mengamankan sumber daya dan dukungan yang dibutuhkan untuk proyeknya.

Melihat perubahan positif yang telah terjadi, Josefa merasa terharu dan bersyukur telah memilih untuk mengikuti kata hatinya. Dia yakin bahwa dengan kesabaran, kerja keras, dan komitmen untuk menggabungkan ilmu pengetahuan modern dengan nilai-nilai lokal, masa depan Kampung Tabonji dan generasi mendatang di Papua Selatan akan cerah dan penuh harapan.

Saat matahari terbenam di langit Kampung Tabonji, Josefa berdiri di tengah ladang, melihat tanaman yang tumbuh subur. Teguh mendekatinya, membawa secangkir kopi.

"Kamu tahu, Josefa," kata Teguh sambil menyerahkan kopi. "Aku bangga dengan apa yang kita capai. Ini baru permulaan."

Josefa tersenyum, matanya bersinar dengan harapan. "Terima kasih, Teguh. Kita akan terus berjuang, untuk kampung ini dan masa depan kita."

Dengan semangat baru, mereka melangkah ke depan, siap menghadapi tantangan dan peluang yang akan datang, yakin bahwa kerja keras mereka akan membawa perubahan positif bagi Kampung Tabonji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun