Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 63-64

6 Desember 2024   05:30 Diperbarui: 6 Desember 2024   09:19 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Cover Novel Menapak Jejak di Kimaam (Dokumen Pribadi)

Dengan demikian, pertemuan Josefa dengan Teguh bukan hanya membuka jendela pengetahuan baru baginya, tetapi juga mengubah cara pandangnya terhadap potensi dan tantangan dalam mengembangkan pertanian berkelanjutan di Papua. Saat mereka berjalan keluar dari laboratorium suatu sore, Josefa berkata, "Teguh, saya siap untuk melanjutkan perjalanan ini dengan semangat dan tekad yang baru. Kita bisa membawa perubahan nyata bagi Papua."

Teguh mengangguk, tersenyum penuh keyakinan. "Saya percaya padamu, Josefa. Bersama-sama, kita pasti bisa."

Diskusi Kedua dengan Teguh

Josefa dan Teguh kembali bertemu di kafe favorit mereka di dekat kampus IPB untuk melanjutkan diskusi tentang pertanian. Kali ini, mereka lebih fokus pada implementasi praktis dari ide-ide yang telah mereka bicarakan sebelumnya. Teguh membawa beberapa buku dan artikel terbaru tentang teknik pertanian berkelanjutan yang telah terbukti berhasil di berbagai daerah dengan kondisi serupa Papua.

"Josefa, kita harus memikirkan cara agar teknologi ini dapat diterapkan di kampungmu tanpa mengabaikan kearifan lokal," kata Teguh membuka diskusi.

Josefa mengangguk setuju. "Benar, Teguh. Aku ingin warga kampung tetap merasa bahwa metode ini adalah bagian dari tradisi mereka, bukan sesuatu yang asing dan memaksa."

Mereka mulai membahas detail lebih lanjut tentang penggunaan pupuk organik dan irigasi tetes. Teguh menjelaskan tentang manfaat pupuk organik berbasis mikroba yang dapat meningkatkan kesuburan tanah secara alami. Dia juga menunjukkan cara mengolah limbah pertanian menjadi kompos yang bermanfaat.

Josefa melihat potensi besar dalam ide ini, terutama karena warga Kampung Tabonji sudah terbiasa dengan konsep gotong royong dalam mengelola lahan. "Ini bisa menjadi solusi yang tepat, Teguh. Apalagi, masyarakat di kampungku sangat terbiasa bekerja sama dalam mengelola lahan."

"Satu hal lagi yang penting adalah melibatkan masyarakat dalam setiap tahap penerapan teknologi ini," lanjut Teguh. "Jika mereka merasa memiliki sistem ini, mereka akan lebih mungkin untuk mendukung dan memeliharanya."

Josefa tersenyum. "Kamu benar, Teguh. Aku juga berpikir untuk mengadakan beberapa pelatihan dan demonstrasi langsung di ladang. Mungkin kita bisa mulai dengan lahan percontohan."

Teguh setuju dan mereka mulai merancang rencana pelatihan yang melibatkan petani setempat. "Pelatihan itu penting, Josefa. Mungkin kita bisa mengundang beberapa ahli untuk membantu memberikan materi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun