Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 59-60

1 Desember 2024   06:15 Diperbarui: 1 Desember 2024   07:21 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Cover Novel Menapak Jejak di Kimaam (Dokumentasi Pribadi)

"Josefa, lihat ini," ujar Teguh sambil menunjukkan hasil uji coba pupuk mikroba di layar komputernya. "Dengan pupuk ini, tingkat kesuburan tanah bisa meningkat drastis tanpa harus menggunakan bahan kimia berbahaya."

Josefa mengangguk, tertarik. "Ya, tapi kita perlu memastikan mikroba ini bisa bertahan di kondisi tanah Papua yang unik. Tanah di kampungku berbeda dengan di sini."

Teguh mengangkat bahu. "Tentu saja. Kita bisa merancang percobaan lapangan di Kampung Tabonji untuk melihat bagaimana mikroba ini beradaptasi. Aku yakin kita bisa menemukan cara agar teknologi ini bekerja di sana."

Selain itu, mereka juga membahas teknologi pengendalian hama yang ramah lingkungan. "Bagaimana menurutmu tentang penggunaan predator alami untuk mengendalikan hama?" tanya Josefa.

"Itu ide bagus," jawab Teguh. "Kita bisa mengurangi penggunaan pestisida kimia dan menjaga keseimbangan ekosistem. Di sini, kita sudah melihat hasil positifnya."

Josefa tersenyum, merasa semangat. "Aku juga berpikir begitu. Kita bisa menggunakan burung dan serangga pemangsa hama yang sudah ada di Papua. Mereka adalah bagian dari biodiversitas lokal yang harus kita manfaatkan."

Mereka merancang percobaan lapangan untuk menguji keefektifan teknik-teknik baru ini dalam meningkatkan hasil tanaman lokal seperti ubi-ubi dan sayuran tradisional. "Kita harus memastikan semua percobaan ini didokumentasikan dengan baik," kata Teguh. "Data yang akurat akan membantu kita meyakinkan petani di kampungmu untuk mencoba teknik-teknik ini."

Josefa mengangguk setuju. "Aku setuju. Petani di kampungku perlu bukti nyata. Mereka sudah terbiasa dengan cara tradisional, jadi kita harus menunjukkan bahwa metode baru ini benar-benar efektif."

Selain di laboratorium, mereka juga mengunjungi petani-petani di sekitar Bogor yang telah menerapkan teknologi pertanian modern dengan sukses. Kunjungan ini memberi Josefa gambaran nyata tentang potensi dan tantangan yang dihadapi dalam menerapkan perubahan teknologi di lapangan.

"Pak, bagaimana pengalaman Bapak menggunakan irigasi tetes ini?" tanya Josefa kepada seorang petani.

"Sangat membantu, Nak," jawab petani itu. "Air jadi lebih efisien, dan tanaman tumbuh lebih subur. Awalnya kami ragu, tapi setelah melihat hasilnya, kami jadi percaya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun