Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menanam Pohon, Langkah Kecil dengan Dampak Besar

28 November 2024   05:30 Diperbarui: 28 November 2024   07:52 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perspektif Laudato Si': Merawat Rumah Bersama

Dalam Laudato Si' (2015), Paus Fransiskus menekankan bahwa bumi adalah rumah bersama yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab moral. Mengutip Santo Fransiskus dari Assisi, ia menggambarkan alam sebagai "saudara" dan "saudari" kita. Paus menegaskan bahwa eksploitasi bumi tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga melanggar martabat manusia, menuntut perlindungan atas ciptaan Allah sebagai tanggung jawab moral umat manusia.

Krisis lingkungan saat ini, seperti perubahan iklim, deforestasi, dan polusi, disebut sebagai dampak dari "budaya pembuangan" yang mengutamakan keuntungan ekonomi di atas kesejahteraan manusia dan bumi. Menurut Celia Deane-Drummond, dalam Theology and Ecology (2016), tanggung jawab moral ini bersifat kolektif, menuntut kolaborasi antara pemimpin dunia dan masyarakat sipil untuk membangun masa depan yang berkelanjutan.

Konsep ekologi integral yang menjadi inti Laudato Si' menghubungkan isu lingkungan dengan keadilan sosial. Paus menyatakan bahwa krisis lingkungan dan sosial saling terkait, di mana kerusakan alam berdampak lebih besar pada kelompok rentan seperti masyarakat miskin dan adat. Leonardo Boff dalam Ecology and Liberation (1995) menambahkan bahwa ekologi integral adalah jembatan antara solidaritas manusia dan tanggung jawab terhadap bumi, sehingga melindungi lingkungan juga berarti melawan ketidakadilan struktural.

Paus Fransiskus mengajak semua orang untuk mengambil peran aktif dalam memulihkan hubungan harmonis dengan alam melalui tindakan kecil, seperti mengurangi limbah, menggunakan energi terbarukan, dan menanam pohon. Selain itu, Laudato Si' menekankan pentingnya pendidikan lingkungan untuk menanamkan kesadaran ekologis sejak dini, karena perubahan budaya diperlukan untuk merawat bumi. Mary Evelyn Tucker dalam Living Cosmology (2016) menyebut manusia sebagai penjaga yang bertanggung jawab untuk memastikan keberlanjutan hidup generasi mendatang.

Aksi Nyata: Menanam Pohon Sebagai Langkah Awal

Penanaman pohon berperan besar dalam pelestarian lingkungan, terutama dalam menyerap karbon dioksida (CO), gas rumah kaca utama penyebab perubahan iklim. Pohon juga menghasilkan oksigen dan membantu menstabilkan iklim dengan mengatur suhu serta pola curah hujan. Menurut Thomas Crowther, dalam Nature (2015), pohon lebih efektif menyerap karbon dibandingkan teknologi modern yang ada saat ini.

Selain menjaga atmosfer, pohon melestarikan keanekaragaman hayati dengan menyediakan habitat bagi berbagai spesies. Hutan tropis Indonesia, misalnya, menjadi rumah bagi 80% spesies darat dunia. Penelitian William Laurance (2017) menunjukkan bahwa penanaman kembali hutan mampu memulihkan ekosistem yang rusak dan melindungi jutaan spesies dari ancaman kepunahan.

Inisiatif penanaman pohon mulai banyak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Gerakan Indonesia Berkebun, dipelopori oleh Ridwan Kamil dalam Urban Gardening Movement (2018), mengubah lahan kosong menjadi ruang hijau produktif. Kisah inspiratif lainnya adalah Sadiman, petani asal Gunung Kidul yang berhasil mengembalikan mata air dengan menanam ribuan pohon beringin. Aksi individu ini membuktikan bahwa langkah kecil dapat membawa dampak besar.

Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan penghijauan. Program pemerintah seperti GN-KPA menargetkan penanaman di daerah kritis, sementara sektor swasta, seperti Astra Green Energy, mendukung rehabilitasi hutan. Partisipasi masyarakat juga penting, seperti melalui program Desa Hutan Lestari yang melibatkan penduduk lokal dalam pengelolaan hutan berkelanjutan, sehingga memperbaiki lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan.

Tantangan dan Solusi dalam Gerakan Penanaman Pohon

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun