Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 57-58

27 November 2024   05:30 Diperbarui: 27 November 2024   08:43 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Halo, kamu baru di sini ya? Namaku Teguh, dari Semarang," kata Teguh dengan senyuman lebar.

"Iya, aku Josefa dari Papua. Senang bertemu denganmu, Teguh," jawab Josefa sambil tersenyum kembali.

Teguh terbukti menjadi teman yang berharga bagi Josefa sejak saat itu. Dia tidak hanya pandai dalam akademis, tetapi juga memiliki pemaparan yang jelas dan menarik tentang pentingnya memadukan kearifan lokal dengan teknologi modern dalam pertanian. Diskusi-diskusi mereka seringkali mempertanyakan status quo dan mencari solusi-solusi inovatif untuk tantangan-tantangan yang dihadapi pertanian di Papua.

"Josefa, pernahkah kamu berpikir tentang bagaimana kita bisa menggabungkan sistem irigasi tradisional dengan teknologi sensor modern untuk menghemat air di kampungmu?" tanya Teguh suatu hari saat mereka duduk di bawah pohon besar di kampus.

"Aku pernah membayangkannya, tapi belum tahu bagaimana memulainya. Teknologi sensor itu bagaimana cara kerjanya?" jawab Josefa dengan antusias.

"Teknologi sensor bisa mendeteksi kelembapan tanah dan mengatur irigasi secara otomatis. Dengan begitu, kita bisa menghemat air dan memastikan tanaman selalu mendapat cukup air," jelas Teguh sambil menunjukkan diagram di buku catatannya.

Kesan pertama Josefa terhadap Teguh tidak hanya berhenti pada kecerdasannya. Josefa terkesan oleh dedikasi Teguh terhadap lingkungan dan masyarakat, serta kepeduliannya yang mendalam terhadap kesejahteraan petani-petani kecil. Teguh dengan sabar menjelaskan setiap konsep dan teknik baru, tidak pernah ragu untuk berbagi pengetahuannya meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda.

"Kita harus selalu ingat, Josefa, bahwa teknologi adalah alat. Alat yang kita gunakan untuk meningkatkan kualitas hidup, bukan untuk menggantikan kearifan lokal yang sudah ada," kata Teguh suatu kali saat mereka mendiskusikan pentingnya menjaga keseimbangan antara tradisi dan inovasi.

"Benar, Teguh. Aku setuju. Tradisi adalah bagian dari identitas kita. Kita harus menjaga itu sambil tetap maju dengan teknologi," balas Josefa.

Selain itu, kepribadian Teguh yang tegas dan kritis juga menantang Josefa untuk mempertanyakan lebih dalam segala aspek yang dipelajarinya. Mereka sering kali mengadakan perdebatan yang sehat mengenai bagaimana teknologi dapat diintegrasikan secara efektif tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisional yang berharga.

"Josefa, bagaimana menurutmu cara terbaik untuk mengajarkan teknologi ini kepada petani yang mungkin tidak terbiasa dengan alat-alat modern?" tanya Teguh dalam sebuah diskusi di kantin kampus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun