Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

(Novel) Menapak Jejak di Kimaam, Episode 45-46

8 November 2024   06:05 Diperbarui: 8 November 2024   06:13 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Cover Novel Menapak Jejak di Kimaam (Dokumentasi Pribadi)

Mamanya mengamati buku tersebut dengan penuh minat. "Wah, menarik sekali. Apakah itu benar-benar bisa diterapkan di sini?"

"Tentu saja, Ma. Itulah tujuan saya belajar di IPB, agar saya bisa membawa ilmu ini kembali ke kampung kita," jawab Josefa dengan yakin.

Perlahan tapi pasti, kekhawatiran orang tua Josefa mulai berubah menjadi dukungan dan kebanggaan. Mereka menyadari bahwa keputusan Josefa adalah langkah maju bagi keluarga dan komunitas mereka secara keseluruhan. Dengan kehadiran Josefa di IPB, mereka yakin akan ada inovasi dan pembaharuan yang akan membawa manfaat besar bagi pertanian di Kampung Tabonji.

"Papa sangat bangga padamu, Josefa. Kamu telah menunjukkan tekad yang luar biasa," kata Papanya dengan mata berbinar.

"Dukungan kalian sangat berarti bagi saya. Saya akan berusaha keras untuk membuat kalian bangga," jawab Josefa dengan penuh haru.

Inilah yang menggambarkan betapa pentingnya komunikasi terbuka dan pengertian dalam menjalin hubungan keluarga yang harmonis dan mendukung. Josefa tidak hanya berhasil menenangkan hati orang tuanya, tetapi juga memperkuat komitmen dirinya untuk mengabdi pada masyarakat dan memajukan potensi pertanian di daerahnya.

Perpisahan dengan Teman

Didimus menghela nafas panjang, matanya terfokus ke arah perjalanan yang akan Josefa tempuh ke Bogor. "Josefa, aku tidak bisa membayangkan kampung ini tanpa kehadiranmu," katanya dengan suara yang sedikit tercekat.

Josefa tersenyum pahit, mencoba menyembunyikan rasa sedihnya. "Aku juga merasa sulit untuk meninggalkan kalian semua, Didimus. Kamu, teman-teman, dan kampung halaman ini selalu ada di hatiku."

Didimus mengangguk, wajahnya penuh haru. "Kami semua bangga padamu, Josefa. Kamu adalah harapan kami untuk membawa perubahan positif bagi kampung kita."

Josefa menatap temannya dengan penuh tekad. "Aku akan belajar keras dan kembali dengan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua di sini. Kamu harus tetap semangat, Didimus. Kita akan tetap terhubung, baik lewat telepon atau pesan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun