Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 39-40

30 Oktober 2024   06:05 Diperbarui: 30 Oktober 2024   06:19 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Cover Novel Menapak Jejak di Kimaam (Dokumentasi Pribadi)

Ibunya mengangguk setuju, matanya menatap Josefa dengan campuran kekhawatiran dan harapan. "Kamu harus mempertimbangkan semua aspeknya, Nak. IPB jauh dari sini, biaya hidup tinggi, kamu akan sendirian di sana."

Josefa menjelaskan lagi alasan-alasannya dengan penuh keyakinan. Dia bercerita tentang impian dan tujuannya untuk mempelajari pertanian secara mendalam di IPB, tempat yang menurutnya memiliki sumber daya dan pengalaman yang tidak dapat dia temukan di Musamus. Dia berbicara tentang keinginannya untuk membawa kembali pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh untuk memajukan pertanian di kampung halamannya.

Ayahnya mengangguk mengerti, namun dia masih merasa cemas akan keputusan yang diambil Josefa. "Kamu tahu, Nak, kami hanya ingin yang terbaik untukmu. Kami khawatir kamu tidak akan kuat di sana."

Josefa mendengarkan dengan hati-hati, menghargai kekhawatiran orang tuanya meskipun dia tetap pada pendiriannya. Diskusi berlanjut panjang, masing-masing pihak saling menyampaikan pikiran dan perasaannya dengan jujur.

Pada akhirnya, Ibunya menepuk lembut tangan Josefa dengan senyum yang penuh harapan. "Josefa, kamu selalu menjadi anak yang gigih dan berani. Kami akan mendukungmu."

Ayahnya mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Josefa dengan erat. "Kami bangga padamu, Nak. Ini adalah pilihanmu, dan kami akan mendukungmu sepenuhnya."

Josefa merasa lega dan bersyukur. Meskipun perdebatan kali ini tidak mudah, dia merasa didukung oleh cinta dan dukungan keluarganya. Malam itu, ketika Josefa menutup mata di tempat tidurnya, dia merasa yakin bahwa keputusannya untuk kuliah di IPB adalah langkah yang tepat dan dia siap menghadapi semua tantangan yang ada di depannya dengan semangat yang tidak pernah padam.

(Bersambung)

Merauke, 30 Oktober 2024

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun