Kolaborasi antara guru dan sekolah diperlukan untuk mendukung literasi holistik. Fullan, dalam All Systems Go: The Change Imperative for Whole System Reform (2010), menekankan pentingnya kolaborasi sistemik untuk menciptakan lingkungan yang mendukung keterampilan literasi. Sekolah perlu memastikan kurikulum memprioritaskan pemahaman bacaan dan penulisan analitis sejak dini. Pressley dan Allington, dalam Reading Instruction That Works: The Case for Balanced Teaching (2014), menggarisbawahi keseimbangan dalam pengajaran literasi, dan sekolah harus mendukung program yang mendorong pemahaman kritis dan penulisan reflektif.
Sahlberg, dalam Finnish Lessons: What Can the World Learn from Educational Change in Finland? (2011), menekankan pentingnya sistem pendidikan yang mendukung pengembangan keterampilan berpikir kritis melalui literasi, dengan sekolah menjadi tempat yang mempersiapkan siswa untuk memahami dunia dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial secara bermakna.
Uraian di atas menunjukkan bahwa membaca, menulis, dan mempraktikkan adalah tiga elemen krusial yang harus saling terintegrasi dalam proses pembelajaran literasi. Membaca tidak hanya sekadar mengenal kata, tetapi juga melibatkan pemahaman mendalam terhadap makna dan konteks. Menulis adalah cerminan dari pemahaman tersebut, sehingga siswa mampu mengungkapkan gagasan secara jelas dan terstruktur. Sementara itu, mempraktikkan apa yang telah dibaca dan ditulis adalah bentuk aplikasi nyata yang mengokohkan pemahaman sekaligus memberikan relevansi pada kehidupan sehari-hari. Ketiga elemen ini, ketika berjalan seiring, akan membentuk literasi yang lebih bermakna dan mendalam di sekolah, sekaligus memperkuat keterampilan siswa dalam berbahasa secara keseluruhan. Dengan penerapan pendekatan yang lebih komprehensif dan integratif, siswa dan mahasiswa tidak hanya mampu membaca dan menulis, tetapi juga mampu memahami serta mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh ke dalam kehidupan nyata. Pendidikan yang menekankan keterampilan literasi yang bermakna akan memberikan bekal berharga bagi siswa, baik dalam menyelesaikan studi di perguruan tinggi, maupun dalam berkontribusi positif di masyarakat. Dengan demikian, literasi bukan hanya alat untuk mencapai nilai akademis, melainkan juga keterampilan esensial yang membantu mereka memahami dunia dan membangun masa depan yang lebih baik. (*)
Merauke, 21 Oktober 2024
Agustinus Gereda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H