Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membaca, Menulis, dan Mempraktikkan: Solusi untuk Literasi yang Terabaikan

21 Oktober 2024   06:05 Diperbarui: 21 Oktober 2024   07:16 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indikasi kurangnya pemahaman bacaan adalah ketidakmampuan siswa menceritakan ulang teks. Menceritakan ulang tidak hanya melibatkan ingatan, tetapi juga kemampuan mengorganisir informasi secara logis. Guthrie dalam Motivating Reading Comprehension: Concept-Oriented Reading Instruction (2004), menekankan bahwa kegiatan ini penting dalam memperkuat pemahaman dan merangkai kembali informasi dengan bahasa sendiri.

Sayangnya, menceritakan ulang belum menjadi bagian rutin dalam pembelajaran literasi. Tanpa latihan ini, siswa kehilangan kesempatan memperkuat pemahaman dan mengidentifikasi bagian teks yang kurang dipahami, sehingga mereka hanya menjadi konsumen pasif informasi.

Selain itu, rendahnya kemampuan menulis secara kritis dan reflektif berdasarkan bacaan juga menjadi tantangan. Menurut Graham dan Perin, dalam Writing Next: Effective Strategies to Improve Writing of Adolescents in Middle and High Schools (2007), menulis berkualitas membutuhkan kemampuan mengembangkan ide, argumen kuat, dan bahasa efektif, namun banyak siswa belum terlatih untuk ini.

Secara keseluruhan, rendahnya pemahaman membaca, kesulitan menceritakan ulang, dan kelemahan menulis kritis menunjukkan bahwa pendidikan literasi harus lebih menekankan pemahaman mendalam, refleksi, dan penerapan informasi dalam berbagai konteks.

Solusi: Membaca, Menulis, dan Mempraktikkan

Latihan membaca dengan pemahaman penting agar siswa tidak hanya membaca secara mekanis, tetapi juga mampu memahami dan menganalisis bacaan. Anderson dan Pearson (1984) menegaskan bahwa pemahaman bacaan adalah proses aktif yang menghubungkan pengetahuan lama dengan informasi baru. Latihan membaca kritis sejak dini perlu diterapkan melalui diskusi dan refleksi, di mana diskusi kelompok membantu siswa memperdalam pemahaman melalui berbagi pandangan.

Refleksi, seperti yang disarankan Marzano dalam The Art and Science of Teaching (2007), membantu siswa mengaitkan bacaan dengan kehidupan sehari-hari. Latihan menceritakan ulang juga efektif memperkuat pemahaman, seperti diungkapkan oleh Keene dan Zimmermann dalam Mosaic of Thought: Teaching Comprehension in a Reader's Workshop (1997). Menceritakan ulang membantu siswa menyusun ulang informasi dalam bahasa mereka sendiri, memperdalam pemahaman dan mengasah keterampilan menulis.

Menulis berdasarkan bacaan, seperti yang dijelaskan oleh Graham dan Perin  (2007), membantu siswa mengorganisir ide, menganalisis informasi, dan mengkritisi teks. Menulis esai reflektif, misalnya, mengajak siswa mengaitkan bacaan dengan pengalaman pribadi, sehingga memperkuat pemahaman dan keterampilan berpikir kritis.

Paulo Freire (1970) menekankan pentingnya mengaitkan pembelajaran dengan konteks sosial melalui proyek nyata, seperti simulasi atau laporan lapangan. Ini membantu siswa melihat relevansi bacaan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga meningkatkan pemahaman dan kualitas pembelajaran mereka.

Pentingnya Kolaborasi Guru dan Sekolah

Guru berperan penting dalam membentuk kemampuan literasi siswa sebagai fasilitator yang mendorong praktik literasi mendalam. Vygotsky dalam Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes (1978), menekankan bahwa guru adalah pemandu yang membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui interaksi sosial. Guru perlu merancang kegiatan yang menekankan pemahaman membaca dan penulisan analitis, serta memberikan bimbingan langsung. Hattie, dalam Visible Learning: A Synthesis of Over 800 Meta-Analyses Relating to Achievement (2009), menyatakan bahwa umpan balik guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun