Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

[Novel] Menapak Jejak di Kimaam, Episode 31-32

20 Oktober 2024   06:10 Diperbarui: 20 Oktober 2024   06:14 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inspirasi dari Didimus

Didimus terus memberikan inspirasi yang mendalam bagi Josefa dalam perjalanannya mengejar mimpi di bidang pertanian. Pertemuan mereka tidak lagi hanya berlangsung di ruang perpustakaan, tetapi juga di berbagai sudut kampus dan lingkungan alam di sekitar Merauke. Didimus, dengan semangatnya yang menular, mengajak Josefa untuk menjelajahi kekayaan alam Papua yang masih belum banyak dieksplorasi.

"Sekarang kita ke hutan di sebelah timur kampus, Josefa. Ada banyak flora yang belum kita teliti di sana," ajak Didimus pada suatu pagi.

Josefa mengangguk antusias. "Ayo, Didimus! Aku sudah tidak sabar ingin melihat keanekaragaman hayati yang selalu kamu ceritakan."

Mereka sering menghabiskan waktu di hutan-hutan belantara, meneliti flora dan fauna yang khas bagi Papua. Didimus tidak hanya mengajarkan Josefa tentang keanekaragaman hayati dan ekologi, tetapi juga memperkenalkannya pada nilai-nilai kearifan lokal yang telah terbukti bertahan selama berabad-abad di tengah tantangan lingkungan modern.

"Josefa, lihat tanaman ini," kata Didimus sambil menunjuk sebuah tanaman dengan daun lebar. "Ini disebut 'daun bahar'. Nenek moyang kita menggunakan daun ini untuk obat tradisional. Sangat berguna dalam berbagai kondisi."

Josefa memerhatikan dengan seksama. "Menarik sekali, Didimus. Kearifan lokal ini sangat berharga. Aku merasa semakin terhubung dengan akar budaya kita."

Pertemuan di alam terbuka ini membawa pengalaman langsung bagi Josefa tentang betapa rapuhnya ekosistem Papua dan sekaligus betapa pentingnya upaya konservasi.

"Josefa, perhatikan sungai ini," ujar Didimus suatu hari di tepi sungai kecil. "Airnya semakin berkurang setiap tahun karena deforestasi. Kita harus belajar memelihara tanah dan air dengan baik."

Josefa merespons dengan serius. "Kamu benar, Didimus. Aku ingin tahu lebih banyak tentang cara-cara kita bisa membantu memelihara lingkungan ini."

Didimus mengajarkan cara-cara untuk memelihara tanah dan air, serta bagaimana teknik pertanian dapat diadaptasi untuk tetap ramah lingkungan sambil meningkatkan hasil pertanian.

"Teknik pertanian yang ramah lingkungan sangat penting, Josefa. Misalnya, sistem rotasi tanaman dapat membantu menjaga kesuburan tanah," Didimus menjelaskan sambil menanam benih.

"Wow, ini sangat informatif. Aku akan menerapkan ini di kampung halamanku nanti," kata Josefa sambil membantu Didimus.

Selain itu, Didimus juga menginspirasi Josefa melalui pendekatannya yang holistik terhadap kehidupan. Dia menekankan bahwa keberhasilan dalam pertanian tidak hanya tentang teknik dan ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang hubungan yang baik dengan alam dan masyarakat sekitar.

"Josefa, ingatlah bahwa kita bukan hanya petani, tapi juga bagian dari ekosistem ini. Kita harus menjaga keseimbangan dengan alam dan komunitas," kata Didimus saat mereka beristirahat di bawah pohon besar.

Josefa mulai melihat bahwa impian besar tentang mengembangkan pertanian berkelanjutan di kampung halamannya tidak hanya mungkin dilakukan, tetapi juga penting untuk masa depan Papua. Dia merasa terdorong untuk terus belajar dan menggabungkan pengetahuan modern yang diperolehnya dengan nilai-nilai lokal yang mendalam yang diajarkan oleh Didimus.

"Didimus, aku semakin yakin bahwa kita bisa membuat perubahan besar. Aku akan berusaha keras untuk mewujudkan impian ini," kata Josefa dengan penuh semangat.

Didimus tersenyum bangga. "Aku tahu kamu bisa, Josefa. Kamu punya semangat dan dedikasi yang luar biasa. Kita bersama-sama akan membuat Papua lebih baik."

Inilah menandai peran penting Didimus sebagai mentor dan pendorong dalam perjalanan Josefa. Inspirasi dan pengetahuan yang diberikan Didimus tidak hanya membuka wawasan Josefa tentang pertanian dan lingkungan, tetapi juga membantunya menemukan kedalaman dalam visi dan tujuan hidupnya di masa depan.

Keputusan untuk Belajar Lebih Jauh

Saat Josefa duduk di meja makan dengan kedua orang tuanya, udara terasa tegang. Ibunya menatapnya dengan penuh kekhawatiran, "Josefa, kamu harus memahami bahwa kami hanya ingin yang terbaik untukmu. Mengapa tidak melanjutkan studi di Universitas Musamus? Kita bisa membantumu lebih dekat."

Josefa menjawab dengan mantap, "Ibu, Ayah, saya sangat menghargai dukungan kalian. Tapi saya yakin bahwa melanjutkan studi di IPB akan memberi saya kesempatan untuk mempelajari teknologi pertanian terkini. Ini adalah langkah penting untuk membantu memajukan pertanian di kampung halaman kita."

Ayahnya mengangguk perlahan, "Namun, Josefa, kamu harus siap menghadapi perbedaan budaya dan tantangan di luar sana. Kamu tahu bahwa di sini, di Papua, kita punya nilai-nilai tradisional yang berharga."

Josefa tersenyum, "Saya tahu, Ayah. Tapi saya percaya bahwa saya dapat memadukan ilmu pengetahuan modern dengan kearifan lokal yang kita miliki. Itu sebabnya saya harus belajar di tempat yang dapat memberi saya pengalaman dan pengetahuan yang luas."

Ibu Josefa mencoba menenangkan situasi, "Baiklah, Josefa. Kami akan mendukungmu dalam keputusan ini, meskipun ada perbedaan pandangan. Kami hanya ingin kamu bahagia dan sukses."

Mereka berpelukan dalam kehangatan keluarga, merayakan keputusan yang telah dibuat Josefa dengan penuh keberanian dan tekad. Ini adalah awal dari perjalanan panjangnya untuk membangun masa depan yang cerah bagi pertanian di kampung halamannya.

(Bersambung)

Merauke, 20 Oktober 2024

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun