Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Pilkada 2024 Papua Selatan: Pilih Pemimpin Melayani, Hindari Janji Tak Realistis

23 September 2024   06:09 Diperbarui: 24 September 2024   22:43 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemimpin yang melayani melihat kepemimpinan sebagai tanggung jawab untuk melayani masyarakat, bukan sebagai alat untuk memperkuat kekuasaan pribadi. Robert K. Greenleaf, dalam Servant Leadership: A Journey into the Nature of Legitimate Power and Greatness (1977), menegaskan bahwa "pemimpin sejati adalah seseorang yang pertama-tama melayani, baru kemudian memimpin," dengan prioritas kesejahteraan rakyat. Sebaliknya, pemimpin yang hanya ingin berkuasa sering mengorbankan rakyat demi kepentingan pribadi.

Gereja Katolik juga mengajarkan bahwa kekuasaan sejati adalah pelayanan. Paus Fransiskus, dalam ensiklik Evangelii Gaudium (2013), menekankan bahwa pemimpin harus menjadi "pelayan rakyat, bukan penguasa yang menjauh dari kebutuhan masyarakat." Hal ini menuntut kerendahan hati dan komitmen untuk mengutamakan kepentingan publik.

Kepemimpinan yang melayani merupakan dasar bagi masyarakat yang adil dan harmonis. Pemimpin yang melayani memprioritaskan kebutuhan rakyat dan merancang kebijakan yang inklusif. John C. Maxwell, dalam The 21 Irrefutable Laws of Leadership (1999) menyatakan "Pemimpin besar adalah mereka yang melayani, bukan sekadar mengejar status."

Gereja Katolik melalui Kompendium Ajaran Sosial Gereja (2004) menegaskan bahwa pemimpin baik berkomitmen pada kesejahteraan umum dan keadilan sosial. Dengan kepemimpinan yang melayani, masyarakat akan menjadi lebih adil dan setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.

Penutup

Pilkada 2024 di Papua Selatan bukan hanya sekadar kontestasi politik, melainkan momen penting dalam sejarah pembangunan daerah ini. Pemilihan pemimpin yang memiliki visi jelas, integritas, dan komitmen untuk melayani rakyat harus menjadi prioritas utama masyarakat. 

Pemimpin yang sejati bukanlah yang hanya pandai berjanji atau menjanjikan hal-hal yang tidak realistis, melainkan mereka yang dengan tulus bekerja untuk kesejahteraan rakyat, mendengarkan kebutuhan masyarakat, dan membawa perubahan positif yang berkelanjutan.

Dalam menghadapi dinamika politik yang sering diwarnai oleh janji-janji kampanye dan praktik politik uang, masyarakat perlu semakin kritis dan cerdas untuk menentukan pilihan. Tidak terjebak dalam janji kosong dan godaan uang, tetapi dengan hati dan pikiran terbuka memilih pemimpin yang benar-benar mampu memajukan Papua Selatan. 

Inilah saatnya masyarakat berdiri teguh pada nilai-nilai demokrasi yang sehat, memilih pemimpin yang melayani, bukan pemimpin yang hanya ingin menguasai. Masa depan Papua Selatan ada di tangan rakyat, dan keputusan yang tepat akan membawa kemajuan yang nyata bagi generasi yang akan datang. (*)

Merauke, 23 September 2024

Agustinus Gereda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun