Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

(Novel) Menapak Jejak di Kimaam: Episode 05-06

15 September 2024   06:05 Diperbarui: 15 September 2024   06:10 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Cover Novel Menapak Jejak di Kimaam (Dokumen Pribadi)

Josefa duduk di pinggir pantai yang tenang, memandangi gemerlap matahari terbenam di ufuk barat Pulau Kimaam. Suasana Pesta Adat Dambu masih terasa dalam dirinya, memenuhi hatinya dengan kekaguman dan inspirasi yang tak terhingga. Ia merenungkan semua yang telah ia saksikan dan dengar hari ini, terutama mengenai keajaiban tanaman Dambu yang tumbuh subur di tanah kampung halamannya.

Pesta Adat Dambu bukan hanya sekadar perayaan budaya bagi Josefa, tetapi juga momen pencerahan yang membuka matanya akan kearifan lokal yang begitu dalam. Ia terpesona oleh keahlian para penduduk kampung dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, tanpa meninggalkan jejak yang merusak lingkungan sekitar.

"Josefa, kamu di sini rupanya," suara Didimus mengagetkan Josefa yang sedang asyik merenung.

"Ah, Didimus. Duduklah," Josefa menepuk pasir di sebelahnya. "Aku sedang memikirkan semua yang kita dengar hari ini tentang tanaman Dambu."

Didimus tersenyum dan duduk di samping Josefa, ikut memandang laut yang mulai gelap. "Aku juga merasa terinspirasi. Kearifan lokal mereka sungguh luar biasa."

"Betul, Didimus. Rasanya aku ingin belajar lebih banyak lagi. Aku yakin, ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari mereka," kata Josefa dengan semangat.

"Ya, siapa tahu, kita bisa menemukan cara baru yang menggabungkan metode tradisional dan teknologi modern. Mungkin kita bisa memulai proyek kecil-kecilan di sekolah," usul Didimus.

Josefa mengangguk setuju. "Itu ide bagus. Aku yakin kita bisa membawa perubahan yang positif bagi kampung kita."

Saat langit mulai gelap dan bintang-bintang muncul satu per satu di langit malam, Josefa terus mengamati pantulan cahaya bulan di permukaan air yang tenang. Ia merasa terhubung dengan alam dan budaya yang mengelilinginya, merasakan kehadiran nenek moyang yang telah menjaga kehidupan di pulau ini sejak zaman dahulu.

"Josefa, kamu percaya tidak kalau nenek moyang kita selalu mengawasi dan melindungi kita?" tanya Didimus tiba-tiba.

"Aku percaya, Didimus. Justru itu yang membuatku semakin ingin menjaga dan melestarikan warisan mereka," jawab Josefa dengan yakin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun