Episode 03: Ritual dan Tradisi
Pesta Adat Dambu menjadi momen sakral bagi masyarakat Marind Anim di Kampung Tabonji, Pulau Kimaam, tahun 2008. Ritual yang diwarisi secara turun-temurun ini tidak hanya sekadar perayaan, tetapi juga wujud penghormatan pada leluhur dan alam sekitar yang melimpah.
Pagi itu, sebelum matahari mencapai puncaknya, penduduk kampung telah sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk acara yang ditunggu-tunggu ini. Di tepi pantai, pohon-pohon kelapa dihiasi dengan daun-daun rumbia yang teranyam rapi, menciptakan corak warna-warni yang menawan. Di sekitar balai adat, beberapa sesepuh berkumpul untuk memimpin prosesi ritual yang akan dilakukan dalam beberapa jam ke depan.
"Josefa, lihat betapa indahnya hiasan di pohon kelapa itu!" seru adiknya, Mikael, dengan mata berbinar.
"Benar, Mikael. Mereka benar-benar bekerja keras untuk membuat semuanya sempurna," jawab Josefa sambil tersenyum.
Josefa menyaksikan dengan penuh kagum bagaimana ibu-ibu muda dari kampung menghias diri mereka dengan motif-motif tatahan tanah yang indah dan berwarna-warni. Mereka mengenakan baju adat yang dipercantik dengan manik-manik dan bulu burung cendrawasih, menjadikan mereka tampak anggun dan memesona di antara kerumunan yang semakin ramai.
"Kakak, apakah aku juga akan terlihat secantik mereka ketika besar nanti?" tanya adik perempuannya, Lina, dengan penuh harap.
"Tentu saja, Lina. Kamu akan menjadi lebih cantik dari mereka," kata Josefa sambil mengelus rambut adiknya.
Ritual dimulai dengan doa syukur yang dipimpin oleh sesepuh tertua dari kampung. Mereka berdiri di hadapan altar sederhana yang terbuat dari batu-batu besar yang diatur dengan rapi. Suara mereka terdengar merdu, menggema di antara pepohonan yang menjulang tinggi di sekitar kampung. Josefa menutup matanya sejenak, merasakan kekuatan spiritual yang mengalir begitu kuat di tempat ini.
"Josefa, mari kita berdoa bersama," bisik ibunya, Maria, sambil menggenggam tangan putrinya.