Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merajut Kendali Diri, Menjadi Penguasa atas Pikiran, Perasaan, dan Tindakan

9 September 2024   06:05 Diperbarui: 9 September 2024   17:24 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di tengah kehidupan modern yang serbacepat dan penuh tantangan, kendali diri sangat penting. Ini bukan sekadar menahan godaan atau menghindari perilaku negatif, melainkan mengarahkan pikiran, perasaan, dan tindakan ke arah yang lebih positif. Dalam tekanan dari pekerjaan, keluarga, dan masyarakat, kendali diri menjadi fondasi ketenangan batin dan stabilitas emosional. Pikiran, perasaan, dan tindakan saling terkait, membentuk inti pengalaman manusia. Tanpa kendali diri, kita bisa terjebak dalam reaksi impulsif yang merugikan. Dengan kendali diri, kita dapat mencapai keseimbangan hidup dan keberhasilan pribadi, menghadapi perubahan dengan lebih bermakna dan memuaskan.

Menguasai Pikiran

Pikiran memiliki kekuatan yang luar biasa (penggerak utama) dalam membentuk cara kita melihat dunia. Apa yang kita pikirkan secara langsung memengaruhi persepsi kita terhadap situasi, orang, dan peristiwa. Menurut Wayne Dyer (2004), dalam The Power of Intention, "Jika Anda mengubah cara Anda memandang sesuatu, hal-hal yang Anda lihat juga akan berubah." Hal ini menekankan betapa pentingnya pikiran kita dalam membentuk realitas yang kita alami.

Pikiran positif dan negatif memiliki dampak besar terhadap kesejahteraan kita. Pikiran negatif dapat memicu stres, kecemasan, dan depresi, sementara pikiran positif dapat meningkatkan kesehatan mental dan fisik. Menurut Barbara L. Fredrickson (2009), dalam Positivity, pikiran positif tidak hanya meningkatkan kesejahteraan emosional, tetapi juga memperluas pandangan kita dan membuka peluang baru dalam hidup. Sebaliknya, pikiran negatif mempersempit fokus kita dan menghalangi kemampuan kita untuk melihat peluang.

Untuk mengendalikan pikiran, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan, seperti meditasi dan mindfulness; menetapkan tujuan yang jelas; melatih pola pikir positif. Dengan menguasai pikiran kita melalui meditasi, menetapkan tujuan yang jelas, dan melatih pola pikir positif, kita dapat mencapai kesejahteraan yang lebih baik dan hidup yang lebih bermakna.

Mengendalikan Perasaan

Pikiran, perasaan, dan tindakan adalah tiga elemen yang saling terkait dan membentuk dasar dari semua pengalaman manusia. Pikiran kita membentuk cara kita melihat dunia, perasaan kita muncul sebagai respons terhadap pikiran tersebut, dan tindakan kita adalah hasil dari interaksi antara pikiran dan perasaan ini. Menurut Albert Ellis (1962), dalam Reason and Emotion in Psychotherapy, "pikiranlah yang menyebabkan emosi, bukan peristiwa eksternal. Dengan mengubah pikiran kita, kita dapat mengubah perasaan kita." Hal ini menekankan bahwa cara kita berpikir secara langsung memengaruhi perasaan kita dan, pada akhirnya, tindakan yang kita ambil. Katekismus Gereja Katolik (KGK 1853) menekankan bahwa "dosa dalam hati atau pikiran, jika dibiarkan berkembang, akan menghasilkan tindakan yang keliru." Artinya, perasaan yang dipicu oleh pikiran negatif dapat mengarah pada tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral.

Sebagai contoh, jika seseorang terus-menerus memikirkan ketidakadilan yang dialaminya, ia mungkin akan merasakan kemarahan yang mendalam. Perasaan marah ini, jika tidak dikendalikan, dapat menyebabkan tindakan yang merugikan, seperti kekerasan atau tindakan balas dendam. 

Sebaliknya, jika seseorang mengisi pikirannya dengan rasa syukur dan pengampunan, ia akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang kemudian mendorong tindakan yang lebih positif, seperti membantu orang lain atau berbuat baik. Hal ini menggarisbawahi bagaimana pikiran dan perasaan yang kita pelihara dapat mengarahkan tindakan kita secara langsung.

Bagaimana cara mengambil kendali atas tindakan? Pertama, disiplin diri dan pengambilan keputusan yang sadar. Disiplin diri adalah kunci untuk mengendalikan tindakan kita. Disiplin diri memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang bijaksana dan terhindar dari tindakan yang didorong oleh emosi sesaat. Kedua, membangun kebiasaan positif yang mendukung tujuan hidup. 

Ini  adalah cara efektif untuk memastikan bahwa tindakan kita selalu mendukung tujuan hidup kita. Kebiasaan positif membantu kita untuk bertindak secara konsisten dalam cara yang sejalan dengan nilai-nilai kita. Ketiga, menghindari reaksi impulsif dan refleksi sebelum bertindak. Reaksi impulsif sering dipicu oleh perasaan yang kuat dan dapat mengarah pada tindakan yang disesali kemudian. 

Refleksi sebelum bertindak memberi kita waktu untuk merenungkan dampak dari tindakan kita dan memastikan bahwa tindakan tersebut selaras dengan nilai-nilai kita.

Mengarahkan Tindakan

Tindakan sebagai manifestasi dari pikiran dan perasaan: Pikiran, perasaan, dan tindakan merupakan tiga komponen yang saling berkaitan dan membentuk bagaimana kita berinteraksi dengan dunia. Pikiran memberikan kerangka untuk bagaimana kita menafsirkan pengalaman kita, perasaan memberikan bobot emosional pada interpretasi tersebut, dan tindakan adalah manifestasi nyata dari pikiran dan perasaan tersebut. Menurut Daniel Kahneman (2011), dalam Thinking, Fast and Slow, "pikiran kita sering beroperasi dalam dua sistem---sistem cepat yang bersifat intuitif dan emosional, serta sistem lambat yang lebih logis dan analitis." Kedua sistem ini bekerja sama untuk membentuk reaksi kita terhadap situasi yang kemudian diungkapkan melalui tindakan. 

Pikiran yang penuh dengan keyakinan positif dan harapan akan cenderung menghasilkan tindakan yang konstruktif dan proaktif. Sebaliknya, pikiran yang dipenuhi ketakutan atau keraguan sering kali mengarah pada tindakan yang pasif atau bahkan destruktif. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki keyakinan kuat akan keberhasilan dalam pekerjaan mereka cenderung mengambil inisiatif dan bertindak dengan percaya diri, sementara mereka yang dipenuhi keraguan mungkin akan menunda-nunda dan gagal mencapai tujuan mereka.

Mengambil kendali atas tindakan: Hal ini memerlukan disiplin diri dan kemampuan untuk membuat keputusan yang sadar. Disiplin diri adalah kemampuan untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan jangka panjang, meskipun menghadapi godaan atau tantangan. Menurut M. Scott Peck (1978), dalam The Road Less Traveled, "disiplin adalah sarana dasar untuk memecahkan masalah. Tanpa disiplin, kita tidak dapat menyelesaikan apa pun yang penting." Disiplin diri memungkinkan kita untuk tetap fokus pada tujuan kita dan membuat keputusan yang mendukung pertumbuhan pribadi dan profesional.

Membangun kebiasaan positif adalah kunci untuk mengambil kendali atas tindakan kita. Kebiasaan adalah rangkaian tindakan yang dilakukan secara otomatis karena telah terinternalisasi dalam diri kita. Dengan membentuk kebiasaan positif, kita dapat memastikan bahwa tindakan sehari-hari kita selaras dengan tujuan hidup yang lebih besar.  Menurut Charles Duhigg (2012), dalam The Power of Habit, "kebiasaan adalah rutinitas atau perilaku yang berulang secara otomatis dan dipicu oleh isyarat tertentu." Dengan mengidentifikasi dan mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik, kita dapat mengarahkan hidup kita ke jalur yang lebih produktif dan bermakna.

Menghindari reaksi impulsif adalah aspek penting dalam mengarahkan tindakan secara sadar. Reaksi impulsif sering dipicu oleh perasaan atau situasi tertentu tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Refleksi sebelum bertindak memberi kita waktu untuk menilai situasi, memahami motivasi kita, dan memilih tindakan yang paling sesuai dengan nilai-nilai kita. Menurut Viktor Frankl (1946), dalam Man's Search for Meaning, "di antara stimulus dan respons, ada ruang. Dalam ruang itu terletak kebebasan kita dan kekuatan kita untuk memilih respons kita. Dalam respons kita terletak pertumbuhan kita dan kebebasan kita."

Integrasi Kendali Diri dalam Kehidupan Sehari-hari

Menerapkan kendali diri secara konsisten: Ini adalah salah satu tantangan terbesar dalam kehidupan sehari-hari. Kendali diri menuntut kemampuan untuk mengendalikan dorongan dan keinginan yang tidak selalu selaras dengan tujuan jangka panjang atau nilai-nilai kita. Menurut Roy Baumeister (2011), dalam Willpower: Rediscovering the Greatest Human Strength, kendali diri adalah seperti otot yang bisa lelah jika digunakan terlalu sering tanpa istirahat. Tantangan utama dalam menjaga kendali diri meliputi kelelahan mental, godaan lingkungan, dan tekanan sosial.

Untuk memperkuat kendali diri, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam rutinitas harian. Salah satu tips utama adalah menetapkan tujuan yang jelas dan spesifik. Dengan memiliki tujuan yang terarah, individu dapat lebih mudah menolak godaan yang tidak sejalan dengan tujuan tersebut. Selain itu, menjaga kesehatan fisik dan mental melalui nutrisi yang baik, olahraga, dan istirahat yang cukup juga berkontribusi pada peningkatan kendali diri.

Manfaat kendali diri yang efektif: Hal ini memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental dan fisik. Dengan kendali diri, individu mampu mengurangi stres dan kecemasan, yang merupakan faktor utama dalam berbagai masalah kesehatan mental. Selain itu, kendali diri berkontribusi pada peningkatan hubungan interpersonal dan profesional. Ketika seseorang mampu mengendalikan emosi dan tindakannya, ia lebih mampu berkomunikasi secara efektif, menghindari konflik yang tidak perlu, dan membangun hubungan yang sehat dan produktif. Selanjutnya, kendali diri yang efektif memungkinkan pencapaian tujuan jangka panjang dan memberikan rasa kepuasan diri yang mendalam. Ketika seseorang mampu mengendalikan dorongan-dorongan yang bertentangan dengan tujuannya, ia lebih mampu mencapai keberhasilan dalam berbagai aspek kehidupan.

Pikiran, perasaan, dan tindakan kita saling terkait dan menentukan bagaimana kita menjalani hidup. Menguasai pikiran membentuk persepsi positif; mengendalikan perasaan memungkinkan respons bijaksana; dan mengarahkan tindakan membantu mencapai tujuan. Meskipun tidak mudah, kendali diri dapat diraih melalui disiplin, latihan, dan kesadaran diri. Para pakar menyatakan bahwa kendali diri adalah kunci kesehatan mental, hubungan harmonis, dan keberhasilan hidup. Lebih dari itu, kendali diri membuka jalan menuju kebahagiaan sejati, memungkinkan kita hidup sesuai nilai-nilai luhur, dan mencapai kedamaian serta cinta kasih. (*)

Merauke, 9 September 2024

Agustinus Gereda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun