Menurut Gereja Katolik, pikiran positif yang selaras dengan kehendak Tuhan meningkatkan frekuensi getaran spiritual kita, membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Katekismus Gereja Katolik (KGK 1733) mengajarkan bahwa pikiran harus diarahkan kepada kebaikan untuk mencapai kebahagiaan sejati dan hidup dalam rahmat Tuhan.
Emosi juga memancarkan frekuensi tertentu. Emosi positif seperti cinta dan syukur memiliki frekuensi tinggi, yang membawa kita pada kondisi spiritual dan fisik yang lebih baik. David R. Hawkins (1995), dalam Power vs. Force: The Hidden Determinants of Human Behavior, menyatakan bahwa emosi ini menyelaraskan kita dengan energi lebih tinggi, menarik hal-hal positif dalam hidup.
Cinta, sebagai emosi tertinggi, dianggap sebagai kekuatan utama di alam semesta. Gereja Katolik mengajarkan bahwa cinta adalah panggilan tertinggi manusia, membuat kita lebih serupa dengan Tuhan (KGK 1822). Syukur juga meningkatkan frekuensi kita, membuat kita lebih terbuka terhadap rahmat Tuhan.
Sebaliknya, emosi negatif seperti kebencian dan ketakutan memiliki frekuensi rendah, yang menurunkan vibrasi kita dan menarik situasi negatif. Gereja Katolik memperingatkan bahaya emosi negatif ini karena menghalangi kita dari cinta Tuhan (KGK 2302). Dengan menggantinya dengan cinta, syukur, dan kegembiraan, kita dapat meningkatkan frekuensi getaran dan mencapai harmoni yang lebih besar dalam hidup.
Lingkungan dan Getaran
Lingkungan sekitar kita sangat memengaruhi frekuensi getaran yang kita pancarkan. Orang, tempat, dan benda di sekitar kita memancarkan energi dengan frekuensi tertentu yang dapat memengaruhi vibrasi kita. James Allen (1903), dalam As a Man Thinketh, menyatakan bahwa pikiran kita dan lingkungan saling terkait; pikiran baik menciptakan lingkungan baik, dan sebaliknya. Ini menunjukkan bahwa lingkungan kita tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi batin, tetapi juga memengaruhi bagaimana kita berpikir dan merasa.
Tempat-tempat tertentu, seperti tempat ibadah atau alam, sering memiliki frekuensi getaran lebih tinggi karena energi spiritual atau kedamaian alam yang melekat. Berada di tempat seperti ini dapat meningkatkan vibrasi kita, membawa harmoni dan kesejahteraan. Sebaliknya, lingkungan yang penuh kekacauan, kebisingan, atau energi negatif dari orang-orang dapat menurunkan getaran kita, menyebabkan stres dan ketidaknyamanan.
Gereja Katolik menekankan pentingnya menjaga lingkungan yang suci dan penuh kasih. Katekismus Gereja Katolik (KGK 2415) mengajarkan bahwa Tuhan hadir dalam semua ciptaan-Nya, sehingga kita dipanggil untuk memperlakukan ciptaan dengan hormat dan kasih. Ini mencakup menjaga tempat tinggal atau tempat ibadah tetap bersih dan penuh energi positif yang mencerminkan kehadiran Tuhan.
Untuk menjaga frekuensi getaran tetap tinggi, kita harus secara sadar memilih dan merawat lingkungan kita. Memilih orang-orang yang memancarkan energi positif, penuh cinta, dan dukungan dapat meningkatkan vibrasi kita. Henry Cloud (1992) dalam Boundaries: When to Say Yes, How to Say No to Take Control of Your Life, menekankan pentingnya menetapkan batasan yang sehat dalam hubungan untuk melindungi diri dari pengaruh negatif dan menjaga integritas emosional.
Menjaga tempat tinggal yang bersih dan diisi dengan benda-benda positif juga penting. Dalam tradisi Katolik, pemberkatan rumah adalah praktik umum untuk menyucikan tempat tinggal dan mengundang rahmat Tuhan, memastikan vibrasi rumah tetap tinggi dan selaras dengan kasih Tuhan.
Menghadirkan elemen alami seperti tanaman atau air mengalir di rumah dapat meningkatkan energi positif dan menciptakan atmosfer yang menenangkan. Penelitian dalam psikologi lingkungan menunjukkan bahwa elemen alam dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional. Edward O. Wilson (1984), dalam Biophilia, menyatakan bahwa interaksi manusia dengan alam adalah mendalam dan menghadirkan elemen alami dapat memperkaya hidup kita.