Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menemukan Keseimbangan Sejati: Antara Makan, Kerja, dan Spiritualitas

11 Agustus 2024   10:20 Diperbarui: 11 Agustus 2024   10:44 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di sebuah restoran, seorang pria menikmati makanan dengan penuh kebahagiaan, sementara sekelompok karyawan menganggap makanan sebagai kebutuhan sehari-hari. Kisah ini mencerminkan hubungan individu yang berbeda dengan makanan, yang berfungsi lebih dari sekadar nutrisi. Dalam kehidupan modern, makanan menjadi bagian penting dari identitas sosial dan emosional kita. 

Artikel ini mengajak pembaca untuk mengevaluasi kebiasaan makan mereka dalam konteks hidup seimbang, menyoroti pentingnya memahami makna makan dan menemukan keseimbangan antara kebutuhan fisik dan spiritual. Diharapkan, pembaca dapat memahami cara memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta mencapai harmoni dalam hidup.

Tujuan Makan

Aspek Biologis: Hal ini mencakup kebutuhan dasar untuk mempertahankan hidup dan Kesehatan, dan peran gizi dalam mendukung fungsi tubuh.

Makan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk bertahan hidup. Tubuh memerlukan nutrisi dan energi yang berasal dari makanan untuk menjalankan fungsi dasar seperti bernapas, bergerak, dan berpikir. Tanpa asupan makanan yang memadai, tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik, dan risiko malnutrisi atau kekurangan gizi meningkat. Menurut Marion Nestle (2006), dalam What to Eat, makanan adalah sumber energi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai proses biologis yang esensial.

Gizi yang baik memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Nutrisi seperti vitamin, mineral, protein, karbohidrat, dan lemak dibutuhkan dalam jumlah yang tepat untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan, dan pemeliharaan fungsi tubuh. Misalnya, protein diperlukan untuk membangun dan memperbaiki jaringan tubuh, sedangkan vitamin dan mineral membantu mengatur berbagai proses metabolisme. Menurut Walter Willett (2001), dalam Eat, Drink, and Be Healthy: The Harvard Medical School Guide to Healthy Eating, mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dapat membantu mencegah penyakit kronis dan menjaga kesehatan optimal.

Aspek Sosial: Hal ini meliputi makan sebagai aktivitas sosial dan budaya, dan tradisi makan bersama sebagai bentuk interaksi sosial.

Makan bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga merupakan aktivitas sosial dan budaya. Di banyak budaya, makanan memiliki peran penting dalam acara-acara sosial seperti pernikahan, ulang tahun, dan hari raya. Makan bersama menjadi kesempatan untuk berkumpul dan berinteraksi dengan keluarga dan teman-teman. Menurut Claude Fischler (1988), dalam artikel Food, Self and Identity, makanan merupakan bagian penting dari identitas budaya dan cara kita berhubungan dengan orang lain.

Tradisi makan bersama, seperti makan malam keluarga atau pesta makan bersama, memiliki nilai sosial yang tinggi. Aktivitas ini memfasilitasi komunikasi, mempererat hubungan, dan menciptakan rasa kebersamaan. Dalam banyak budaya, makan bersama sebagai ritual penting yang membantu membangun dan memperkuat ikatan sosial. Menurut Michael Pollan (2008), dalam In Defense of Food, makan bersama membantu mempertahankan tradisi dan nilai-nilai budaya sambil memperkuat hubungan antarindividu.

Aspek Emosional: Hal ini mencakup makan untuk kenyamanan emosional dan pemenuhan kebutuhan psikologis, dan dampak emosional dari kebiasaan makan.

Makanan juga berfungsi sebagai sumber kenyamanan emosional. Banyak orang mencari makanan untuk mengatasi stres, kesedihan, atau kebahagiaan. Makanan tertentu, seperti cokelat atau es krim, sering dikaitkan dengan perasaan nyaman dan bahagia. Menurut David Kessler (2009), dalam The End of Overeating: Taking Control of the Insatiable American Appetite, makanan memiliki kemampuan untuk memicu respons emosional yang kuat dan memengaruhi suasana hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun