Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa langit berwarna biru? Pertanyaan sederhana ini mungkin tampak sepele, namun di baliknya tersimpan potensi besar untuk mengasah kemampuan berpikir kritis. Ketika seorang siswa bertanya tentang warna langit, ia tidak hanya mencari jawaban, tetapi juga melibatkan diri dalam proses berpikir yang lebih dalam mengenai cahaya, atmosfer, dan fenomena alam lainnya. Pertanyaan memungkinkan siswa untuk tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga mengkritisi dan memahami konteks serta implikasi dari informasi tersebut. Keterampilan bertanya yang baik membantu siswa mengembangkan pemahaman yang lebih kaya dan terperinci, yang pada gilirannya meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya. Ketika siswa didorong untuk bertanya, mereka belajar untuk tidak menerima informasi begitu saja, tetapi untuk menggali lebih dalam, mengevaluasi bukti, dan mempertimbangkan berbagai perspektif. Keterampilan bertanya atau mempertanyakan membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir logis dan sistematis, yang merupakan dasar berpikir kritis. Karena itu, membudayakan keterampilan bertanya di kalangan siswa bukan hanya membantunya dalam proses belajar, tetapi juga mempersiapkannya menjadi pemikir kritis yang mampu menghadapi tantangan dunia modern.
Apa Itu Keterampilan Bertanya?
Keterampilan bertanya adalah kemampuan untuk merumuskan dan menyampaikan pertanyaan yang efektif untuk memperoleh informasi, pemahaman, atau klarifikasi. Menurut Rothstein & Santana (2011), dalam Make Just One Change: Teach Students to Ask Their Own Questions, keterampilan bertanya melibatkan beberapa komponen utama: kemampuan mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan, menyusun pertanyaan yang tepat, dan menggunakan pertanyaan tersebut untuk menggali jawaban yang mendalam dan bermakna.
Benjamin Bloom (1956), dalam taksonominya tentang tujuan pendidikan, menyebutkan berbagai jenis pertanyaan, seperti pertanyaan fakta, pertanyaan interpretasi, pertanyaan evaluasi, dan pertanyaan kritis memainkan peran penting dalam mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mulai dari pemahaman dasar hingga analisis, sintesis, dan evaluasi.
Keterampilan bertanya tidak dapat dilepaskan dari kemampuan 'mempertanyakan' atau 'mempersoalkan'. Mempertanyakan adalah tindakan atau proses mengajukan pertanyaan untuk mengeksplorasi, menguji, atau menantang informasi, asumsi, atau keyakinan yang ada. Tindakan ini biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam, mengidentifikasi kekurangan atau inkonsistensi dalam argumen, dan mengembangkan pemikiran kritis. Menurut Richard Paul & Linda Elder (2012), dalam Critical Thinking: Tools for Taking Charge of Your Learning and Your Life, mempertanyakan adalah inti dari berpikir kritis. Dengan mempertanyakan, kita tidak hanya menerima informasi mentah-mentah, tetapi juga mengevaluasi, menganalisis, dan merefleksikannya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.
Manfaat Membudayakan Keterampilan Bertanya
Meningkatkan pemahaman konsep. Dengan bertanya, siswa terlibat aktif dalam proses belajar, mencari klarifikasi, dan menjelajahi konsep-konsep yang belum dipahami. Rothstein & Santana (2011) menekankan bahwa kemampuan bertanya yang baik membantu siswa mengidentifikasi kesenjangan dalam pemahamannya sendiri dan memfasilitasi pembelajaran yang lebih mendalam dan bermakna. Pertanyaan yang diajukan siswa dapat membuka diskusi yang mengarah pada penjelasan yang lebih lengkap dan mendalam dari guru atau teman sekelas, sehingga memperkuat pemahaman konsep secara keseluruhan.
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan komunikatif. Richard Paul & Linda Elder (2012) menjelaskan bahwa keterampilan bertanya adalah inti berpikir kritis. Dengan bertanya, siswa belajar mengevaluasi informasi, menganalisis argumen, dan mencari solusi kreatif untuk masalah. Selain itu, proses bertanya mendorong siswa untuk mengomunikasikan pemikirannya dengan jelas dan efektif, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Pertanyaan yang baik menuntut penjelasan, justifikasi, dan eksplorasi, yang semuanya merupakan elemen penting dari komunikasi yang efektif dan pemikiran kreatif.
Meningkatkan motivasi belajar. Membudayakan keterampilan bertanya juga berdampak positif pada motivasi belajar siswa. Ketika merasa didorong untuk bertanya, siswa merasa lebih terlibat dan memiliki kontrol atas proses belajarnya. Alfie Kohn (1999), dalam The Schools Our Children Deserve: Moving Beyond Traditional Classrooms and Tougher Standards, berargumen bahwa lingkungan belajar yang mendorong pertanyaan dan eksplorasi membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar karena mampu melihat nilai dan relevansi dari apa yang dipelajari. Ketika merasa bahwa pertanyaannya dihargai dan dijawab, siswa merasa lebih termotivasi untuk terus belajar dan mengeksplorasi lebih jauh.
Strategi Membudayakan Keterampilan Bertanya
Model pembelajaran interaktif. Model ini merupakan salah satu strategi yang efektif dalam membudayakan keterampilan bertanya di kelas. Dengan menggunakan pendekatan ini, siswa didorong untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar melalui diskusi, kerja kelompok, dan kegiatan kolaboratif lainnya. Johnson dan Johnson (1999), dalam Learning Together and Alone: Cooperative, Competitive, and Individualistic Learning, menjelaskan bahwa pembelajaran interaktif memungkinkan siswa untuk saling bertanya dan berbagi pengetahuan, sehingga memperkaya pemahaman dan keterampilan bertanya. Interaksi antara siswa dan guru juga menjadi lebih dinamis, menciptakan lingkungan belajar yang lebih hidup dan responsif.
Pertanyaan Terbuka. Pertanyaan terbuka adalah jenis pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal dan memerlukan pemikiran mendalam serta refleksi. Menurut Richard Paul & Linda Elder (2012), pertanyaan terbuka mendorong siswa mengeksplorasi berbagai kemungkinan jawaban, memberikan argumen yang didukung oleh bukti, dan mempertimbangkan perspektif yang berbeda. Pertanyaan seperti "Mengapa kamu berpikir begitu?" atau "Bagaimana cara lain untuk memecahkan masalah ini?" membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Dengan sering menggunakan pertanyaan terbuka, guru dapat menstimulasi diskusi yang mendalam dan pemikiran yang lebih kompleks di kalangan siswa.
Menciptakan suasana kelas yang aman. Ini adalah kunci untuk membudayakan keterampilan bertanya. Alfie Kohn (1999) menekankan pentingnya lingkungan belajar yang menghargai setiap pertanyaan siswa dan tidak menghukum kesalahan. Suasana yang aman mendorong siswa merasa nyaman mengajukan pertanyaan tanpa takut dihakimi atau dikritik. Ini bisa dicapai melalui strategi seperti membuat aturan kelas yang mendukung, mendorong semua siswa untuk bertanya, dan membangun hubungan yang baik dengan siswa.
Tantangan dan Solusinya
Tantangan yang dihadapi dalam upaya membudayakan keterampilan bertanya siswa.
Kurangnya waktu. Salah satu tantangan utama dalam membudayakan keterampilan bertanya di kelas adalah kurangnya waktu. Kurikulum yang padat sering membuat guru merasa terburu-buru untuk menyelesaikan materi, sehingga tidak cukup waktu untuk mendorong siswa bertanya dan mengeksplorasi ide-idenya. Menurut John Hattie (2008), dalam Visible Learning: A Synthesis of Over 800 Meta-Analyses Relating to Achievement, alokasi waktu yang efektif sangat penting untuk meningkatkan pencapaian siswa. Karena itu, waktu yang terbatas dapat menghambat pengembangan keterampilan bertanya yang mendalam.
Ketakutan siswa. Siswa mungkin takut dianggap bodoh oleh teman-temannya atau takut menerima kritik dari guru. Alfie Kohn (1999), dalam Punished by Rewards: The Trouble with Gold Stars, Incentive Plans, A's, Praise, and Other Bribes, menyatakan bahwa lingkungan belajar yang kompetitif dapat menghambat keberanian siswa untuk bertanya karena merasa tertekan oleh ekspektasi tinggi dan evaluasi yang ketat.
Kurangnya keterampilan guru. Menurut Richard Paul & Linda Elder (2012), banyak guru belum dilatih untuk mengembangkan keterampilan bertanya yang efektif, sehingga mereka mungkin tidak tahu bagaimana cara terbaik untuk mendorong dan menanggapi pertanyaan siswa.
Solusi konkret untuk mengatasi tantangan membudayakan keterampilan bertanya siswa.
Integrasi pertanyaan dalam pembelajaran harian. Guru dapat mengintegrasikan aktivitas bertanya dalam setiap sesi pembelajaran. Misalnya, memulai kelas dengan satu atau dua pertanyaan pembuka yang relevan dengan topik yang akan dibahas.
Prioritaskan pertanyaan kritis. Fokus pada pertanyaan yang paling penting dan memiliki potensi untuk mengembangkan pemikiran kritis siswa. Hal ini membantu memaksimalkan waktu yang tersedia dengan lebih efektif.
Menciptakan lingkungan kelas yang aman dan mendukung. Guru harus membangun hubungan yang positif dengan siswa dan menciptakan iklim kelas yang menghargai setiap pertanyaan. Menurut Carol Dweck (2006), dalam Mindset: The New Psychology of Success, suasana yang mendukung dapat meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya dan berpartisipasi aktif dalam diskusi.
Mendorong pertanyaan anonim. Hal ini dapat mengurangi rasa takut siswa. Guru dapat menggunakan kotak pertanyaan atau platform online, sehingga siswa dapat mengirimkan pertanyaan tanpa menyebutkan nama.
Memberikan umpan balik positif. Guru harus memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif terhadap setiap pertanyaan yang diajukan siswa. Hal ini membantu siswa merasa dihargai dan didukung dalam proses belajar.
Pelatihan dan pengembangan profesional. Guru perlu mendapatkan pelatihan yang memadai dalam keterampilan bertanya dan manajemen diskusi. Program pelatihan berkelanjutan yang difokuskan pada pengembangan keterampilan ini sangat penting. John Hattie (2012) menekankan pentingnya pelatihan profesional yang berfokus pada peningkatan teknik mengajar.
Menggunakan sumber daya dan alat bantu. Ada banyak sumber daya dan alat bantu yang memungkinkan guru mengembangkan keterampilan bertanya, seperti buku panduan, video tutorial, dan lokakarya. Richard Paul & Linda Elder (2012) menyarankan penggunaan alat bantu ini untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajukan pertanyaan yang baik dan memfasilitasi diskusi yang produktif.
Paparan di atas menunjukkan, membudayakan keterampilan bertanya dan mempertanyakan di kalangan siswa merupakan langkah penting untuk meningkatkan sikap kritis mereka. Dengan memahami manfaat bertanya, seperti meningkatkan pemahaman konsep, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan komunikatif, serta meningkatkan motivasi belajar, guru dapat mendorong siswa untuk menjadi pembelajar yang lebih aktif dan reflektif. Dalam hal ini, peran guru, orang tua, dan pembuat kebijakana sangat penting. Guru dapat memfasilitasi proses belajar yang mendukung keterampilan bertanya, orang tua dapat mendorong rasa ingin tahu anak-anak di rumah, dan pembuat kebijakan dapat menyediakan sumber daya serta pelatihan yang diperlukan bagi para pendidik. Bersama-sama, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang memupuk sikap kritis dan keterampilan bertanya, membekali siswa dengan kemampuan yang esensial untuk menghadapi masa depan. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H