Hubungan adalah bagian esensial dalam kehidupan manusia. Dalam perjalanan hidup, membangun hubungan yang dekat menjadi kebutuhan mendasar yang mendukung pertumbuhan emosional dan sosial. Ketika seseorang merasakan kedekatan dengan orang lain, baik keluarga, teman, atau pasangan, ia menemukan tempat berlindung dan dukungan dalam menghadapi tantangan hidup. Manfaat dari hubungan yang dekat tidak bisa diabaikan. Dukungan sosial yang diberikan oleh orang-orang terdekat dapat membantu seseorang merasa lebih kuat dan mampu menghadapi berbagai masalah. Keintiman, baik dalam bentuk fisik maupun emosional, memberikan rasa nyaman dan aman, membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan psikologis. Selain itu, hubungan yang dekat juga berkontribusi pada kebahagiaan seseorang, menciptakan momen-momen berharga yang mengisi hidup dengan makna dan kebahagiaan. Namun, di balik keindahan hubungan yang dekat, ada juga risiko yang tak terelakkan. Terluka, dimanfaatkan, atau dikhianati oleh orang yang dipercayai adalah kenyataan pahit yang sering dihadapi. Karena itu, memahami dan mengelola risiko-risiko ini adalah bagian penting dari seni membangun hubungan yang sehat, sehingga keseimbangan antara kedekatan dan kebebasan individu dipelihara dengan bijaksana.
Mencari Keseimbangan
Membangun hubungan yang sehat memerlukan keseimbangan antara kedekatan dan kewaspadaan. Kedekatan memungkinkan kita merasakan kasih sayang, dukungan, dan keintiman. Namun, tanpa kewaspadaan, kita rentan terhadap risiko seperti dimanfaatkan atau dikhianati. Keseimbangan ini penting untuk menjaga kesehatan emosional dan memastikan bahwa hubungan yang kita bangun saling menguntungkan dan mendukung pertumbuhan pribadi. Menurut John Gottman (2011), The Science of Trust: Emotional Attunement for Couples, hubungan yang sehat adalah hubungan yang terjadi ketika kedua belah pihak merasa aman untuk menjadi diri mereka sendiri, namun tetap memiliki batasan yang jelas untuk menjaga kesejahteraan pribadi masing-masing.
Beberapa tips untuk membangun hubungan yang dekat tanpa kehilangan diri sendiri, antara lain menetapkan batasan yang jelas: apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Menjaga kemandirian tanpa mengabaikan kesempatan untuk berbagi dengan orang lain atau pasangan. Mengevaluasi diri sendiri dan kebutuhan pribadi. Berbagi perasaan dan pemikiran secara terbuka dengan orang lain atau pasangan. Ini akan membantu menciptakan hubungan yang lebih dekat dan otentik, tetapi tidak mengorbankan kesejahteraan pribadi.
Untuk mencapai keseimbangan diperlukan komunikasi yang terbuka, jujur, dan asertif. Komunikasi yang terbuka, jujur, dan asertif adalah landasan dari hubungan yang sehat. Melalui komunikasi yang baik, kita bisa menyampaikan perasaan, kebutuhan, dan batasan dengan jelas tanpa merasa tertekan atau takut. Komunikasi asertif memungkinkan kita untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan kita dengan tegas, namun tetap menghormati orang lain. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan komunikasi, antara lain mendengarkan aktif, mengungkapkan perasaan dengan jelas, menghargai perspektif pasangan, berbicara dengan jelas dan spesifik.
Memahami Risiko
Membangun hubungan yang terlalu dekat tanpa mempertimbangkan batasan yang sehat dapat membawa berbagai risiko yang merugikan kesehatan emosional dan mental. Terlalu terikat dalam hubungan dapat menciptakan dinamika yang tidak seimbang dan berbahaya, karena salah satu atau kedua pihak mungkin mengalami tekanan yang tidak semestinya. Menurut Linda Sapadin (2011), Master Your Fears: How to Triumph Over Your Worries and Get On With Your Life, ketika hubungan menjadi terlalu dekat tanpa adanya batasan yang sehat, hal ini dapat menimbulkan dinamika yang merusak, seperti kontrol berlebihan, kecemburuan yang berlebihan, dan manipulasi. Beberapa tanda hubungan yang tidak sehat, seperti kontrol berlebihan, kecemburuan yang berlebihan, dan manipulasi.
Penting untuk mendengarkan intuisi dan memperhatikan tanda-tanda yang mungkin menunjukkan adanya masalah dalam hubungan. Jika ada perasaan tidak nyaman atau tertekan dalam hubungan, hal ini perlu diperhatikan dan diatasi. Intuisi sering memberi isyarat tentang sesuatu yang tidak benar sebelum pikiran rasional kita menangkapnya. Menurut Gavin de Becker (1997), The Gift of Fear: Survival Signals That Protect Us from Violence, intuisi adalah alat penting yang membantu kita mengenali situasi berbahaya atau tidak sehat.
Memprioritaskan kesejahteraan emosional diri sendiri adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan mental dan hubungan yang sehat. Ini berarti memastikan bahwa kita merasa dihargai, didukung, dan aman dalam hubungan. Jika suatu hubungan membuat kita merasa tidak aman atau tidak dihargai, penting untuk mempertimbangkan kembali keberlanjutan hubungan tersebut.
Membangun Kepercayaan dan Kemandirian
Kepercayaan adalah fondasi utama dalam setiap hubungan yang sehat. Tanpa kepercayaan, hubungan akan mudah terguncang oleh keraguan, kecemburuan, dan ketidakpastian. Kepercayaan menciptakan rasa aman dan keyakinan bahwa pasangan kita akan selalu ada untuk kita, baik dalam suka maupun duka. Menurut John Gottman (2011), kepercayaan adalah lem yang menyatukan hubungan. Tanpa kepercayaan, hubungan tidak akan mampu bertahan dari tekanan dan tantangan yang muncul.
Beberapa tips untuk membangun kepercayaan, antara lain konsisten, jujur, saling menghormati, beri waktu dan kesabaran. Menurut Bren Brown (2015), Rising Strong: How the Ability to Reset Transforms the Way We Live, Love, Parent, and Lead, kepercayaan dibangun dari kepercayaan-kepercayaan kecil. Ini adalah tindakan sehari-hari yang menunjukkan bahwa kita dapat diandalkan dan dapat dipercaya.
Selain membangun kepercayaan, menjaga kemandirian dalam hubungan adalah aspek penting untuk kesejahteraan emosional dan keseimbangan. Kemandirian berarti tetap memiliki kehidupan pribadi, minat, dan aktivitas di luar hubungan. Ini tidak hanya memberikan ruang bagi individu untuk tumbuh, tetapi juga memperkuat hubungan dengan memberikan waktu untuk merindukan dan menghargai satu sama lain. Menurut Harriet Lerner (2005), The Dance of Connection: How to Talk to Someone When You're Mad, Hurt, Scared, Frustrated, Insulted, Betrayed, or Desperate, menjaga kemandirian dalam hubungan adalah tentang keseimbangan antara keintiman dan identitas pribadi.
Menavigasi Konflik dan Patah Hati
Konflik adalah bagian yang tak terhindarkan dalam setiap hubungan, bahkan dalam hubungan yang paling sehat sekalipun. Menurut John Gottman (2011), konflik adalah tanda bahwa dua individu dalam hubungan tersebut memiliki perspektif dan kebutuhan yang berbeda, yang adalah hal yang normal dan sehat.
Tips untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif dan penuh hormat, antara lain tetap tenang dan mengontrol emosi, dengarkan dengan aktif, berbicara dengan jelas dan spesifik, menghindari kritik dan penyalahgunaan, mencari solusi bersama, berikan waktu dan ruang untuk meredakan ketegangan. Menurut Sue Johnson (2013), Hold Me Tight: Seven Conversations for a Lifetime of Love, menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif memerlukan keterbukaan, empati, dan keinginan untuk memahami perspektif pasangan. Dengan mendekati konflik sebagai peluang untuk tumbuh bersama, pasangan dapat memperkuat hubungan mereka.
Selain konflik, kita juga menghadapi patah hati dan pulih dari hubungan yang tidak sehat. Patah hati adalah pengalaman yang menyakitkan dan sulit, tetapi juga merupakan bagian dari perjalanan emosional yang normal. Pulih dari patah hati memerlukan waktu, kesabaran, dan upaya untuk memulihkan diri dan menemukan kembali keseimbangan emosional. Menurut Guy Winch (2018), How to Fix a Broken Heart, pemulihan dari patah hati memerlukan waktu dan usaha. Penting untuk mengizinkan diri merasakan dan menyembuhkan, serta fokus pada pertumbuhan pribadi dan kesejahteraan emosional.
Paparan di atas menunjukkan bahwa membangun hubungan yang sehat adalah seni yang melibatkan keseimbangan antara kedekatan dan kemandirian, kepercayaan dan kewaspadaan, serta komunikasi yang jujur dan konstruktif. Melalui pemahaman mendalam tentang risiko dalam hubungan, teknik membangun kepercayaan, dan cara menyelesaikan konflik, kita dapat menciptakan ikatan yang kuat dan memuaskan tanpa kehilangan identitas pribadi. Menghadapi patah hati dengan keberanian dan dukungan yang tepat juga menjadi bagian penting dari perjalanan ini. Dengan demikian, kita tidak hanya memperkaya kehidupan kita sendiri, tetapi juga membangun dasar yang kokoh untuk hubungan yang harmonis dan penuh kasih. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H