Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dekat Tapi Tak Terikat: Seni Membangun Hubungan yang Sehat

16 Juli 2024   05:58 Diperbarui: 16 Juli 2024   06:06 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hubungan adalah bagian esensial dalam kehidupan manusia. Dalam perjalanan hidup, membangun hubungan yang dekat menjadi kebutuhan mendasar yang mendukung pertumbuhan emosional dan sosial. Ketika seseorang merasakan kedekatan dengan orang lain, baik keluarga, teman, atau pasangan, ia menemukan tempat berlindung dan dukungan dalam menghadapi tantangan hidup. Manfaat dari hubungan yang dekat tidak bisa diabaikan. Dukungan sosial yang diberikan oleh orang-orang terdekat dapat membantu seseorang merasa lebih kuat dan mampu menghadapi berbagai masalah. Keintiman, baik dalam bentuk fisik maupun emosional, memberikan rasa nyaman dan aman, membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan psikologis. Selain itu, hubungan yang dekat juga berkontribusi pada kebahagiaan seseorang, menciptakan momen-momen berharga yang mengisi hidup dengan makna dan kebahagiaan. Namun, di balik keindahan hubungan yang dekat, ada juga risiko yang tak terelakkan. Terluka, dimanfaatkan, atau dikhianati oleh orang yang dipercayai adalah kenyataan pahit yang sering dihadapi. Karena itu, memahami dan mengelola risiko-risiko ini adalah bagian penting dari seni membangun hubungan yang sehat, sehingga keseimbangan antara kedekatan dan kebebasan individu dipelihara dengan bijaksana.

Mencari Keseimbangan

Membangun hubungan yang sehat memerlukan keseimbangan antara kedekatan dan kewaspadaan. Kedekatan memungkinkan kita merasakan kasih sayang, dukungan, dan keintiman. Namun, tanpa kewaspadaan, kita rentan terhadap risiko seperti dimanfaatkan atau dikhianati. Keseimbangan ini penting untuk menjaga kesehatan emosional dan memastikan bahwa hubungan yang kita bangun saling menguntungkan dan mendukung pertumbuhan pribadi. Menurut John Gottman (2011), The Science of Trust: Emotional Attunement for Couples, hubungan yang sehat adalah hubungan yang terjadi ketika kedua belah pihak merasa aman untuk menjadi diri mereka sendiri, namun tetap memiliki batasan yang jelas untuk menjaga kesejahteraan pribadi masing-masing.

Beberapa tips untuk membangun hubungan yang dekat tanpa kehilangan diri sendiri, antara lain menetapkan batasan yang jelas: apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Menjaga kemandirian tanpa mengabaikan kesempatan untuk berbagi dengan orang lain atau pasangan. Mengevaluasi diri sendiri dan kebutuhan pribadi. Berbagi perasaan dan pemikiran secara terbuka dengan orang lain atau pasangan. Ini akan membantu menciptakan hubungan yang lebih dekat dan otentik, tetapi tidak mengorbankan kesejahteraan pribadi.

Untuk mencapai keseimbangan diperlukan komunikasi yang terbuka, jujur, dan asertif. Komunikasi yang terbuka, jujur, dan asertif adalah landasan dari hubungan yang sehat. Melalui komunikasi yang baik, kita bisa menyampaikan perasaan, kebutuhan, dan batasan dengan jelas tanpa merasa tertekan atau takut. Komunikasi asertif memungkinkan kita untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan kita dengan tegas, namun tetap menghormati orang lain. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan komunikasi, antara lain mendengarkan aktif, mengungkapkan perasaan dengan jelas, menghargai perspektif pasangan, berbicara dengan jelas dan spesifik.

Memahami Risiko

Membangun hubungan yang terlalu dekat tanpa mempertimbangkan batasan yang sehat dapat membawa berbagai risiko yang merugikan kesehatan emosional dan mental. Terlalu terikat dalam hubungan dapat menciptakan dinamika yang tidak seimbang dan berbahaya, karena salah satu atau kedua pihak mungkin mengalami tekanan yang tidak semestinya. Menurut Linda Sapadin (2011), Master Your Fears: How to Triumph Over Your Worries and Get On With Your Life, ketika hubungan menjadi terlalu dekat tanpa adanya batasan yang sehat, hal ini dapat menimbulkan dinamika yang merusak, seperti kontrol berlebihan, kecemburuan yang berlebihan, dan manipulasi. Beberapa tanda hubungan yang tidak sehat, seperti kontrol berlebihan, kecemburuan yang berlebihan, dan manipulasi. 

Penting untuk mendengarkan intuisi dan memperhatikan tanda-tanda yang mungkin menunjukkan adanya masalah dalam hubungan. Jika ada perasaan tidak nyaman atau tertekan dalam hubungan, hal ini perlu diperhatikan dan diatasi. Intuisi sering memberi isyarat tentang sesuatu yang tidak benar sebelum pikiran rasional kita menangkapnya. Menurut Gavin de Becker (1997), The Gift of Fear: Survival Signals That Protect Us from Violence, intuisi adalah alat penting yang membantu kita mengenali situasi berbahaya atau tidak sehat.

Memprioritaskan kesejahteraan emosional diri sendiri adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan mental dan hubungan yang sehat. Ini berarti memastikan bahwa kita merasa dihargai, didukung, dan aman dalam hubungan. Jika suatu hubungan membuat kita merasa tidak aman atau tidak dihargai, penting untuk mempertimbangkan kembali keberlanjutan hubungan tersebut.

Membangun Kepercayaan dan Kemandirian

Kepercayaan adalah fondasi utama dalam setiap hubungan yang sehat. Tanpa kepercayaan, hubungan akan mudah terguncang oleh keraguan, kecemburuan, dan ketidakpastian. Kepercayaan menciptakan rasa aman dan keyakinan bahwa pasangan kita akan selalu ada untuk kita, baik dalam suka maupun duka. Menurut John Gottman (2011), kepercayaan adalah lem yang menyatukan hubungan. Tanpa kepercayaan, hubungan tidak akan mampu bertahan dari tekanan dan tantangan yang muncul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun