Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Repetitio est Mater Studiorum: Membongkar Rahasia untuk Menguasai Apapun

15 Juli 2024   11:57 Diperbarui: 15 Juli 2024   17:58 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pepatah Latin Repetitio est mater studiorum yang bermakna "Pengulangan adalah ibu dari pembelajaran," mengandung kearifan kuno yang tetap relevan hingga hari ini. Dalam berbagai aspek kehidupan, pengulangan menjadi kunci penting dalam proses belajar dan penguasaan keahlian. Mulai dari menguasai bahasa asing, bermain alat musik, hingga memahami konsep ilmiah yang kompleks, pengulangan berperan sebagai fondasi kokoh yang mendukung pemahaman dan keterampilan kita.

Pengulangan tidak hanya membantu kita mengingat informasi, tetapi juga memperkuat koneksi neural di otak, memfasilitasi pembentukan memori jangka panjang, dan meningkatkan kecepatan serta ketepatan dalam melakukan tugas tertentu. 

Dalam dunia yang serba cepat ini, ketika informasi baru datang tanpa henti, memahami dan menerapkan prinsip pengulangan bisa menjadi alat yang sangat berharga untuk mencapai keahlian dan keunggulan. Artikel ini berusaha membongkar rahasia di balik kekuatan pengulangan dan bagaimana kita dapat memanfaatkannya untuk mencapai penguasaan dalam berbagai bidang kehidupan.

Apa itu Pengulangan?

Pengulangan dalam konteks belajar adalah proses melakukan sesuatu berulang-ulang untuk memperkuat ingatan, pemahaman, dan keterampilan. Berdasarkan penelitian, pengulangan membantu mengukuhkan informasi dalam memori jangka panjang, memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam, dan meningkatkan kemampuan dalam melakukan tugas-tugas tertentu. Menurut Ebbinghaus (1885), dalam Memory: A Contribution to Experimental Psychology, pengulangan adalah metode efektif untuk mengurangi pelupaan dan meningkatkan retensi memori.

Pengulangan dalam konteks belajar dapat dibagi menjadi beberapa jenis utama. Pertama, menghafal: Pengulangan kata atau informasi secara verbatim untuk mengingat fakta atau data spesifik. Misalnya menghafal rumus matematika atau kata-kata dalam bahasa asing. 

Kedua, latihan: Pengulangan tindakan atau prosedur tertentu untuk meningkatkan keahlian dan efisiensi. Misalnya, latihan mengerjakan soal matematika berulang-ulang hingga menguasai teknik penyelesaiannya. Ketiga, praktik: Pengulangan dalam konteks nyata untuk meningkatkan keterampilan praktis, seperti memainkan alat musik, berolahraga, atau melakukan prosedur laboratorium.

Pengulangan memiliki berbagai manfaat dalam proses belajar. Pertama, meningkatkan memori: Pengulangan membantu memperkuat memori jangka panjang dengan cara mengukuhkan informasi dalam otak. Menurut Willingham (2009), dalam Why Don't Students Like School, pengulangan adalah salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan daya ingat.

Kedua, meningkatkan pemahaman: Melalui pengulangan, pemahaman terhadap materi dapat lebih mendalam karena setiap kali kita mengulang, kita memperbaiki dan memperjelas pemahaman terhadap konsep tersebut. Brown, Roediger, dan McDaniel (2014), dalam Make It Stick: The Science of Successful Learning, menyatakan bahwa pengulangan adalah kunci untuk memperkuat pemahaman yang mendalam dan langgeng.

Ketiga, meningkatkan keterampilan: Praktik berulang-ulang dalam konteks nyata membantu meningkatkan keahlian dan ketepatan dalam melakukan tugas tertentu. Ericsson, Krampe, dan Tesch-Rmer (1993), dalam studi mereka mengenai deliberate practice, menunjukkan bahwa pengulangan yang disengaja dan terarah adalah faktor utama dalam mencapai tingkat keahlian tinggi di berbagai bidang.

Mengapa Pengulangan Penting?

Pengulangan berperan penting dalam memperkuat koneksi saraf di otak melalui proses yang disebut neuroplastisitas. Neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk membentuk dan memperkuat koneksi sinoptik baru sebagai respons terhadap aktivitas dan pengalaman berulang. 

Menurut Hebb (1949), dalam teori Hebbian Theory, koneksi antara neuron diperkuat ketika aktif secara bersamaan. Dalam konteks belajar, ini berarti pengulangan informasi atau keterampilan menyebabkan neuron-neuron yang terkait menjadi lebih kuat dan efisien dalam mentransmisikan sinyal, yang pada akhirnya memperkuat memori dan keterampilan tersebut.

Eric Kandel (2007), dalam In Search of Memory: The Emergence of a New Science of Mind, menunjukkan bahwa pengulangan aktivitas tertentu meningkatkan efisiensi sinapsis, memungkinkan komunikasi yang lebih cepat dan lebih kuat antara neuron. Hal ini, pada gilirannya, memperkuat pembelajaran dan ingatan jangka panjang.

Pengulangan dan cramming adalah dua metode belajar yang berbeda dengan efektivitas yang berbeda pula.

Pengulangan terjadwal (spaced repetition): Melibatkan pengulangan materi secara berkala dalam interval waktu yang ditentukan. Metode ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa pengulangan yang teratur dan berjangka waktu membantu memperkuat memori jangka panjang lebih efektif daripada pengulangan yang dilakukan dalam satu sesi intensif (Cepeda et al., 2006, Distributed Practice in Verbal Recall Tasks: A review and Quantitative Synthesis).

Cramming: Metode belajar yang melibatkan intensifikasi studi dalam waktu yang singkat, biasanya sebelum ujian atau presentasi penting. Meskipun cramming dapat membantu mengingat informasi dalam jangka pendek, metode ini kurang efektif untuk retensi jangka panjang. Dalam Making Things Hard on Yourself, but in a Good Way: Creating Desirable Difficulties to Enhance Learning, Bjork dan Bjork (2011), dalam, cramming cenderung menghasilkan pemahaman superfisial dan mudah lupa setelah tekanan ujian berlalu.

Pengulangan telah terbukti menjadi kunci sukses dalam berbagai bidang, seperti atletik, musik, dan ilmu pengetahuan. Misalnya, Michael Jordan, sebagai salah seorang pemain bola basket terbaik sepanjang masa, terkenal dengan etos kerjanya yang luar biasa dan latihannya yang berulang-ulang. Jordan menekankan pentingnya latihan konstan untuk menguasai keterampilan dasar dan memperbaiki teknik permainan. 

Pianis legendaris, Vladimir Horowitz, diketahui berlatih berjam-jam setiap hari, mengulang potongan musik hingga mencapai kesempurnaan teknis dan ekspresi artistik. Pengulangan intensif ini memungkinkannya untuk mengeksekusi komposisi yang kompleks dengan keahlian yang luar biasa. 

Thomas Alfa Edison, penemu bola lampu, menghabiskan waktu bertahun-tahun mengulang eksperimen dan memperbaiki desainnya untuk menciptakan lampu pijar yang praktis dan tahan lama. Ketekunannya dalam melakukan pengulangan eksperimen yang tak terhitung jumlahnya menunjukkan bahwa kegigihan dan pengulangan adalah kunci dalam inovasi dan penemuan ilmiah.

Cara Menerapkan Pengulangan secara Efektif

Pertama, strategi pengulangan yang berbeda, yang meliputi pengulangan berselang, dan campuran.

Spaced pepetition (pengulangan berselang): Spaced repetition adalah metode pengulangan di mana informasi diulang dengan interval waktu yang semakin panjang. Teknik ini berdasarkan kurva pelupaan yang diperkenalkan oleh Ebbinghaus (1885), di mana informasi diulang tepat sebelum kita lupa. Aplikasi spaced repetition, seperti Anki dan Quizlet, telah membuktikan keefektifannya dalam meningkatkan retensi memori jangka panjang. Menurut Cepeda et al. (2006), spaced repetition adalah metode yang efektif untuk memperkuat memori dan memastikan retensi jangka panjang.

Interleaving (pencampuran): Interleaving adalah metode belajar di mana berbagai topik atau jenis masalah dipelajari secara berselang-seling alih-alih memfokuskan pada satu topik dalam satu sesi belajar. Dalam Interleaving Helps Students Apply Their Learning, Rohrer (2012) menyatakan bahwa interleaving membantu dalam membangun keterampilan diskriminasi dan adaptasi, meningkatkan pemahaman yang lebih mendalam. Brown, Roediger, dan McDaniel (2014), dalam Make It Stick: The Science of Successful Learning, menjelaskan bahwa interleaving membantu mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi dan menerapkan konsep-konsep yang dipelajari dalam berbagai konteks.

Kedua, tips untuk menghindari kebosanan dan meningkatkan motivasi saat belajar dengan pengulangan.

Variasi dalam metode belajar: Menggunakan berbagai metode belajar seperti membaca, menulis, mendengarkan, dan melakukan aktivitas praktis dapat membantu menjaga minat dan mencegah kebosanan. Menurut Fiorella dan Mayer (2015, Learning as a Generative Activity: Eight Learning Strategies that Promote Understanding, variasi dalam metode belajar dapat meningkatkan keterlibatan dan efektivitas belajar.

Membuat tujuan kecil dan terukur: Memecah materi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan menetapkan tujuan yang jelas dan dapat dicapai membantu dalam mempertahankan motivasi. Locke dan Latham (2002), Building a Practically Useful Theory of Goal Setting and Task Motivation: A 35-Year Odyssey, menunjukkan bahwa tujuan yang jelas dan menantang namun dapat dicapai meningkatkan motivasi dan kinerja.

Memberikan reward atau penghargaan: Menetapkan sistem reward untuk diri sendiri setelah mencapai tujuan belajar tertentu dapat meningkatkan motivasi. Menurut Deci dan Ryan (2000), The 'What' and 'Why' of Goal Pursuits: Human Needs and the Self-Determination of Behavior, penghargaan intrinsik dan ekstrinsik dapat berfungsi sebagai pendorong motivasi untuk belajar.

Menggabungkan waktu istirahat yang teratur: Memberikan waktu istirahat yang cukup selama sesi belajar dapat membantu menyegarkan pikiran dan mencegah kejenuhan. Penelitian oleh Dempster (1988) menyatakan bahwa istirahat yang teratur membantu meningkatkan efisiensi belajar dan retensi informasi.

Ketiga, pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan bebas gangguan. Lingkungan belajar yang kondusif dan bebas gangguan sangat penting untuk efektivitas pengulangan dan proses belajar secara keseluruhan. Menurut Baddeley dan Hitch (1974), dalam Working Memory, gangguan eksternal dapat mengganggu proses memori kerja dan menghambat pembelajaran. Berikut, beberapa langkah untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Memilih tempat belajar yang tenang dan terorganisir. Menggunakan teknologi (alat bantu belajar digital) secara bijak. Menetapkan jadwal belajar yang konsisten, yang akan membantu membangun kebiasaan belajar yang baik dan meminimalkan gangguan.

Paparan di atas menunjukkan bahwa pengulangan, bagaikan mantra ajaib dalam dunia belajar. Pepatah Latin Repetitio est mater studiorum telah lama menjadi pengingat akan kekuatannya dalam membuka pintu penguasaan. Melalui pengulangan, kita mengantarkan informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang, menjadikannya pengetahuan yang tertanam kuat. Otot-otot memori kita terlatih, memungkinkan kita untuk terampil dalam berbagai hal, dari memainkan alat musik hingga menguasai bahasa asing. Pengulangan bukan sekadar membosankan diri dengan melakukan hal yang sama berulang-ulang. Pengulangan yang efektif melibatkan strategi, variasi, dan dedikasi. Temukan cara belajar yang menarik, atur waktu istirahat yang cukup, dan jangan ragu untuk mencari bantuan jika diperlukan. Bukalah pintu potensi belajar dengan kekuatan pengulangan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun