Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Janji di Balik Perbedaan

12 Juli 2024   18:58 Diperbarui: 12 Juli 2024   19:04 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam keheningan yang menyelimuti mereka, Ismail merasakan pertempuran batin yang semakin intens. Di satu sisi, ia mencintai Helena dengan segenap hatinya. Setiap momen bersama Helena telah memberinya kebahagiaan yang luar biasa, sebuah perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Namun di sisi lain, keyakinannya adalah bagian integral dari dirinya. Agamanya bukan hanya sebuah identitas, tetapi juga landasan moral dan spiritual yang telah membentuk siapa dirinya saat ini.

Helena, dengan tatapan yang penuh harap, merasakan konflik batin Ismail. Ia tahu bahwa permintaannya adalah sebuah beban yang berat. "Ismail, aku mengerti ini sulit bagimu," bisiknya lembut, "tetapi aku berharap kamu bisa melihat masa depan kita bersama. Aku ingin kita bersatu dalam satu iman, menjalani hidup dengan keyakinan yang sama, saling mendukung dan menguatkan."

Ismail menarik napas panjang, berusaha mencari ketenangan dalam pergolakan yang ada di hatinya. "Helena, kamu adalah segalanya bagiku. Tetapi, meminta aku untuk meninggalkan agamaku adalah sesuatu yang sangat besar. Aku tidak bisa mengambil keputusan ini dengan mudah. Iman adalah bagian dari hidupku yang tidak bisa begitu saja aku lepaskan."

Helena merasakan air mata menggenang di sudut matanya. "Aku tahu, Ismail. Aku hanya ingin kita bisa bersama tanpa ada dinding pemisah di antara kita. Aku ingin kita membangun keluarga dengan fondasi yang sama, berjalan di jalan yang sama."

Ismail menundukkan kepalanya, merasakan beratnya keputusan yang harus diambil. Ia ingin sekali memenuhi keinginan Helena, tetapi ia juga tidak bisa mengkhianati keyakinan yang telah ia anut sepanjang hidupnya. "Helena, aku akan mencoba untuk memahami apa yang kamu inginkan. Berikan aku waktu untuk merenungkan ini semua."

Helena mengangguk, meskipun hatinya dipenuhi dengan keraguan dan kekhawatiran. "Aku akan menunggu, Ismail. Aku percaya pada cinta kita, dan aku berharap kita bisa menemukan jalan tengah."

Mereka berdua tenggelam dalam pikiran masing-masing, memikirkan cinta yang telah menyatukan mereka, tetapi juga merasakan pahitnya perbedaan yang memisahkan. Taman Wasur Indah yang hijau dan tenang seakan menjadi saksi bisu atas pergulatan batin yang tengah mereka hadapi, sebuah pergulatan yang tidak mudah, tetapi penuh dengan harapan dan cinta yang tulus.

Waktu berlalu, dan Ismail memutuskan untuk mencoba mengikuti masa katekumenat. Namun, pekerjaan terus menuntut perhatian dan waktunya. Helena terus menunggu kabar darinya. Sementara itu, Helena memutuskan untuk meninggalkan Merauke dan tinggal sementara di Jayapura, berharap jarak akan memberikan kedamaian bagi hati yang bimbang.

Suatu hari, Helena menerima telepon dari Ismail. "Helena, aku minta maaf. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku tidak bisa melanjutkan masa pembinaanku," kata Ismail dengan suara berat.

"Ismail, apa arti cintamu jika kamu tidak bisa berkorban untukku?" tanya Helena dengan air mata mengalir di pipinya.

"Aku mencintaimu, Helena. Tapi, mungkin cinta kita memang tidak ditakdirkan," jawab Ismail dengan kesedihan yang mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun