Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mata Kuliah Bahasa di Perguruan Tinggi, Memperkuat Fondasi atau Membuang Waktu?

12 Juli 2024   05:26 Diperbarui: 12 Juli 2024   05:31 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di era globalisasi, kemampuan berbahasa Indonesia dan Inggris yang baik menjadi semakin penting bagi para profesional di berbagai bidang. Hal ini mendorong banyak perguruan tinggi di Indonesia untuk memasukkan mata kuliah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris ke dalam kurikulum. Namun, masih banyak perdebatan mengenai perlunya mata kuliah bahasa di perguruan tinggi. 

Ada yang berpendapat bahwa mata kuliah ini penting untuk memperkuat fondasi bahasa mahasiswa, sementara yang lain beranggapan bahwa mata kuliah ini hanya membuang waktu dan tidak relevan dengan kebutuhan mahasiswa.

Artikel ini berusaha membahas pro dan kontra keberadaan mata kuliah bahasa di perguruan tinggi, yang memperlihatkan argumennya masing-masing. Argumen yang mendukung maupun yang mempertanyakan mata kuliah bahasa di perguruan tinggi mendorong diskusi konstruktif tentang solusi terbaik untuk meningkatkan kualitas pendidikan bahasa di Indonesia.

Argumen yang Mendukung

Ada beberapa argumen yang mendukung keberadaan mata kuliah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di perguruan tinggi.

Memperdalam pengetahuan dan keterampilan bahasa. Perguruan tinggi dapat memberikan fokus yang lebih dalam pada aspek-aspek bahasa yang belum tereksplorasi di sekolah, seperti bahasa ilmiah, bahasa akademis, atau bahasa untuk bidang studi tertentu. Mahasiswa di perguruan tinggi memiliki kebutuhan bahasa yang lebih kompleks dibandingkan dengan di sekolah, seperti untuk keperluan penelitian, presentasi internasional, atau publikasi ilmiah.

Menurut Hasan Alwi, et.al. (2003), dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, pengajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi memungkinkan mahasiswa untuk memperdalam pengetahuan tata bahasa dan retorika yang lebih kompleks, yang penting untuk komunikasi yang efektif dan terstruktur. Sementara itu, Jeremy Harmer (2007), dalam The Practice of English Language Teaching, menyataakan bahwa pembelajaran bahasa Inggris secara mendalam di perguruan tinggi memungkinkan mahasiswa untuk menguasai berbagai register dan gaya bahasa, serta meningkatkan kefasihan dan ketepatan dalam penggunaan bahasa.

Meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Perguruan tinggi dapat membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan komunikasi yang lebih efektif dalam konteks akademis dan profesional. Mahasiswa dihadapkan pada situasi komunikasi yang lebih beragam di perguruan tinggi, seperti diskusi kelas, seminar, dan presentasi, yang membutuhkan keterampilan komunikasi yang lebih mumpuni.

Anton Moeliono, et al. (2017), dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, menyatakan bahwa kemampuan berkomunikasi yang baik dan benar sangat penting dalam dunia akademik dan profesional. Pengajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi membantu mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan komunikasi lisan dan tulisan yang efektif. Menurut David Crystal (2003), dalam English as a Global Language, bahasa Inggris sebagai bahasa global meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk berkomunikasi dengan beragam orang dari berbagai latar belakang, yang sangat penting dalam konteks internasional.

Mempersiapkan diri untuk dunia kerja. Di era globalisasi, kemampuan berbahasa Indonesia dan Inggris yang baik menjadi penting bagi para profesional di berbagai bidang. Banyak perusahaan dan organisasi menuntut karyawannya untuk memiliki kemampuan bahasa yang mumpuni untuk berkomunikasi dengan kolega, klien, atau mitra dari berbagai negara.

Menurut David Nunan (1999), dalam Second Language Teaching & Learning, pendidikan bahasa Inggris di perguruan tinggi mempersiapkan mahasiswa untuk dunia kerja dengan memberikan keterampilan bahasa yang diperlukan untuk berkomunikasi secara efektif dalam lingkungan kerja internasional. Sementara itu, Tri Haryono (2020), dalam Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, menyatakan bahwa kemampuan berbahasa Indonesia yang baik sangat diperlukan di dunia kerja di Indonesia. Mata kuliah bahasa Indonesia di perguruan tinggi membantu mahasiswa untuk mempersiapkan diri menghadapi tuntutan komunikasi profesional.

Memenuhi kurikulum dan standar pendidikan. Di beberapa negara, termasuk Indonesia, mata kuliah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris mungkin diwajibkan oleh kurikulum atau standar pendidikan tinggi. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua lulusan perguruan tinggi memiliki kemampuan bahasa yang memadai untuk melanjutkan studi atau memasuki dunia kerja.

Menurut Jeremy Harmer (2007), memasukkan bahasa Inggris dalam kurikulum perguruan tinggi adalah langkah penting untuk memenuhi standar pendidikan internasional, yang menuntut kemampuan bahasa Inggris yang baik sebagai bagian dari kompetensi global. Menurut Anton Moeliono, et al. (2017), mata kuliah bahasa Indonesia di perguruan tinggi berperan dalam memenuhi kurikulum nasional yang menekankan pentingnya penguasaan bahasa nasional sebagai sarana komunikasi dan identitas budaya.

Argumen yang Mempertanyakan

Benar bahwa mata kuliah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris masih ditemukan di perguruan tinggi. Namun, terdapat pula argumen yang mempertanyakan perlunya mata kuliah bahasa di perguruan tinggi.

Kemampuan dasar bahasa seharusnya telah dikuasai di sekolah. Sekolah seharusnya sudah memberikan fondasi yang kuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, sehingga mahasiswa di perguruan tinggi dapat fokus pada materi yang lebih kompleks. Jika kemampuan dasar bahasa belum dikuasai di sekolah, perguruan tinggi harus menitikberatkan pada pemulihan kemampuan tersebut, yang dapat memakan waktu dan menghambat pembelajaran materi lain.

Menurut Bambang Sugeng (2006), dalam Language Education in Indonesia: Issues and Prospects, kemampuan dasar bahasa seharusnya telah dikuasai oleh siswa pada tingkat sekolah menengah, sehingga pengajaran bahasa di perguruan tinggi mungkin hanya mengulang materi yang telah dipelajari sebelumnya tanpa memberikan pengetahuan baru yang signifikan. Stephen Krashen (1981), dalam Second Language Acquisition and Second Language Learning, menyatakan bahwa siswa yang telah melalui pendidikan dasar dan menengah seharusnya memiliki keterampilan bahasa yang memadai. Fokus pada mata kuliah bahasa di perguruan tinggi dapat dianggap sebagai pengulangan yang tidak perlu.

Inefisiensi penggunaan waktu dan biaya. Bagi mahasiswa yang sudah memiliki kemampuan bahasa yang mumpuni, mengikuti mata kuliah bahasa di perguruan tinggi bisa dianggap membuang waktu dan biaya. Sumber daya yang digunakan untuk mata kuliah bahasa dapat dialokasikan untuk mata kuliah lain yang lebih relevan dengan bidang studi mahasiswa.

Lyle Bachman & Adrian Palmer (1996), dalam Language Testing in Practice, menyatakan bahwa pengajaran bahasa di perguruan tinggi memerlukan sumber daya yang signifikan dalam hal waktu dan biaya, yang mungkin lebih baik dialokasikan untuk mata kuliah yang lebih relevan dengan bidang studi utama mahasiswa. Menurut Brian Tomlinson (2001), dalam Materials Development in Language Teaching, menghabiskan waktu dan biaya untuk mata kuliah bahasa di perguruan tinggi mungkin tidak efisien, terutama jika mahasiswa telah mencapai tingkat kemahiran yang diperlukan pada jenjang pendidikan sebelumnya.

Kurangnya relevansi dengan kebutuhan tertentu. Materi yang diajarkan dalam mata kuliah bahasa mungkin tidak selalu relevan dengan kebutuhan semua mahasiswa. Mahasiswa dari jurusan atau program studi tertentu mungkin membutuhkan materi bahasa yang lebih spesifik dan terfokus pada bidang mereka.

Menurut Bernard Spolsky (1989), dalam Conditions for Second Language Learning, tidak semua program studi membutuhkan kemampuan bahasa yang mendalam. Mata kuliah bahasa mungkin kurang relevan bagi mahasiswa di bidang teknis atau ilmiah yang lebih membutuhkan keterampilan spesifik sesuai dengan bidang mereka. Menurut Tom Hutchinson & Alan Waters (1987), dalam English for Specific Purposes: A Learning-centred Approach, mata kuliah bahasa umum mungkin tidak memenuhi kebutuhan spesifik mahasiswa dalam bidang studi tertentu. Pembelajaran bahasa yang disesuaikan dengan konteks profesional mereka akan lebih relevan dan bermanfaat.

Kemungkinan alternatif pembelajaran bahasa. Saat ini, terdapat banyak alternatif cara untuk belajar bahasa, seperti kursus online, aplikasi belajar bahasa, dan komunitas pertukaran bahasa. Mahasiswa dapat memilih cara belajar bahasa yang paling sesuai dengan kebutuhan, gaya belajar, dan anggaran mereka.

Phil Benson (2001), dalam Teaching and Researching Autonomy in Language Learning, ada berbagai alternatif pembelajaran bahasa yang lebih fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan individu, seperti kursus online dan program pembelajaran mandiri, yang mungkin lebih efektif daripada mata kuliah bahasa konvensional di perguruan tinggi. Menurut Jack Richards & Theodore Rodgers (2001), Approaches and Methods in Language Teaching, pendekatan modern dalam pembelajaran bahasa, termasuk teknologi digital dan kursus berbasis proyek, menawarkan cara yang lebih dinamis dan terjangkau untuk meningkatkan keterampilan bahasa tanpa perlu mengikuti mata kuliah formal di perguruan tinggi.

Penutup

Keberadaan mata kuliah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di perguruan tinggi memiliki pro dan kontra yang perlu dipertimbangkan secara cermat. Di satu sisi, mata kuliah bahasa dapat membantu mahasiswa memperkuat fondasi bahasa mereka, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan mempersiapkan diri untuk dunia kerja global. Di sisi lain, mata kuliah bahasa mungkin tidak relevan bagi semua mahasiswa, dan bisa dianggap membuang waktu dan biaya.

Penting untuk mencari solusi alternatif yang dapat meningkatkan kemampuan bahasa mahasiswa dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Beberapa solusi alternatif yang dapat dipertimbangkan, termasuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa di sekolah; menawarkan program bahasa yang lebih fleksibel dan terpersonalisasi di perguruan tinggi; mendorong penggunaan teknologi dan media pembelajaran bahasa yang inovatif; dan meningkatkan kerja sama antara perguruan tinggi dan industri.

Pada akhirnya, keputusan mengenai perlunya mata kuliah bahasa di perguruan tinggi harus dibuat berdasarkan pertimbangan yang matang terhadap konteks pendidikan di Indonesia, kebutuhan mahasiswa, dan ketersediaan sumber daya. Penting untuk dicari keseimbangan antara memberikan fondasi bahasa yang kuat di sekolah dan menyediakan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan bahasa di perguruan tinggi, khususnya memahami teks yang dibaca, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.  

Selain itu, perlu dipertimbangkan alternatif pembelajaran bahasa yang lebih fleksibel dan relevan dengan kebutuhan individu mahasiswa. Diharapkan agar semua pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan berdiskusi dan mencari solusi konstruktif untuk meningkatkan mutu pendidikan bahasa di Indonesia. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun