Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mata Kuliah Bahasa di Perguruan Tinggi, Memperkuat Fondasi atau Membuang Waktu?

12 Juli 2024   05:26 Diperbarui: 12 Juli 2024   05:31 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memenuhi kurikulum dan standar pendidikan. Di beberapa negara, termasuk Indonesia, mata kuliah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris mungkin diwajibkan oleh kurikulum atau standar pendidikan tinggi. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua lulusan perguruan tinggi memiliki kemampuan bahasa yang memadai untuk melanjutkan studi atau memasuki dunia kerja.

Menurut Jeremy Harmer (2007), memasukkan bahasa Inggris dalam kurikulum perguruan tinggi adalah langkah penting untuk memenuhi standar pendidikan internasional, yang menuntut kemampuan bahasa Inggris yang baik sebagai bagian dari kompetensi global. Menurut Anton Moeliono, et al. (2017), mata kuliah bahasa Indonesia di perguruan tinggi berperan dalam memenuhi kurikulum nasional yang menekankan pentingnya penguasaan bahasa nasional sebagai sarana komunikasi dan identitas budaya.

Argumen yang Mempertanyakan

Benar bahwa mata kuliah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris masih ditemukan di perguruan tinggi. Namun, terdapat pula argumen yang mempertanyakan perlunya mata kuliah bahasa di perguruan tinggi.

Kemampuan dasar bahasa seharusnya telah dikuasai di sekolah. Sekolah seharusnya sudah memberikan fondasi yang kuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, sehingga mahasiswa di perguruan tinggi dapat fokus pada materi yang lebih kompleks. Jika kemampuan dasar bahasa belum dikuasai di sekolah, perguruan tinggi harus menitikberatkan pada pemulihan kemampuan tersebut, yang dapat memakan waktu dan menghambat pembelajaran materi lain.

Menurut Bambang Sugeng (2006), dalam Language Education in Indonesia: Issues and Prospects, kemampuan dasar bahasa seharusnya telah dikuasai oleh siswa pada tingkat sekolah menengah, sehingga pengajaran bahasa di perguruan tinggi mungkin hanya mengulang materi yang telah dipelajari sebelumnya tanpa memberikan pengetahuan baru yang signifikan. Stephen Krashen (1981), dalam Second Language Acquisition and Second Language Learning, menyatakan bahwa siswa yang telah melalui pendidikan dasar dan menengah seharusnya memiliki keterampilan bahasa yang memadai. Fokus pada mata kuliah bahasa di perguruan tinggi dapat dianggap sebagai pengulangan yang tidak perlu.

Inefisiensi penggunaan waktu dan biaya. Bagi mahasiswa yang sudah memiliki kemampuan bahasa yang mumpuni, mengikuti mata kuliah bahasa di perguruan tinggi bisa dianggap membuang waktu dan biaya. Sumber daya yang digunakan untuk mata kuliah bahasa dapat dialokasikan untuk mata kuliah lain yang lebih relevan dengan bidang studi mahasiswa.

Lyle Bachman & Adrian Palmer (1996), dalam Language Testing in Practice, menyatakan bahwa pengajaran bahasa di perguruan tinggi memerlukan sumber daya yang signifikan dalam hal waktu dan biaya, yang mungkin lebih baik dialokasikan untuk mata kuliah yang lebih relevan dengan bidang studi utama mahasiswa. Menurut Brian Tomlinson (2001), dalam Materials Development in Language Teaching, menghabiskan waktu dan biaya untuk mata kuliah bahasa di perguruan tinggi mungkin tidak efisien, terutama jika mahasiswa telah mencapai tingkat kemahiran yang diperlukan pada jenjang pendidikan sebelumnya.

Kurangnya relevansi dengan kebutuhan tertentu. Materi yang diajarkan dalam mata kuliah bahasa mungkin tidak selalu relevan dengan kebutuhan semua mahasiswa. Mahasiswa dari jurusan atau program studi tertentu mungkin membutuhkan materi bahasa yang lebih spesifik dan terfokus pada bidang mereka.

Menurut Bernard Spolsky (1989), dalam Conditions for Second Language Learning, tidak semua program studi membutuhkan kemampuan bahasa yang mendalam. Mata kuliah bahasa mungkin kurang relevan bagi mahasiswa di bidang teknis atau ilmiah yang lebih membutuhkan keterampilan spesifik sesuai dengan bidang mereka. Menurut Tom Hutchinson & Alan Waters (1987), dalam English for Specific Purposes: A Learning-centred Approach, mata kuliah bahasa umum mungkin tidak memenuhi kebutuhan spesifik mahasiswa dalam bidang studi tertentu. Pembelajaran bahasa yang disesuaikan dengan konteks profesional mereka akan lebih relevan dan bermanfaat.

Kemungkinan alternatif pembelajaran bahasa. Saat ini, terdapat banyak alternatif cara untuk belajar bahasa, seperti kursus online, aplikasi belajar bahasa, dan komunitas pertukaran bahasa. Mahasiswa dapat memilih cara belajar bahasa yang paling sesuai dengan kebutuhan, gaya belajar, dan anggaran mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun