Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Germana dari Okaba

6 Juli 2024   17:26 Diperbarui: 7 Juli 2024   15:53 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Germana mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah dan juga Gereja Katolik melalui Pastor Paroki. "Germana, kau adalah pilar bagi keluargamu. Tuhan tak akan membiarkanmu jatuh," kata Pastor dengan penuh keyakinan setiap kali bertemu di gereja kecil mereka.

"Bu, aku akan pergi ke kota. Aku akan menjadi dokter dan kembali membanggakan Ibu dan Silvia," kata Monika, memeluk erat ibunya. Air mata Germana menetes, namun itu adalah air mata kebanggaan dan harapan. Germana tahu bahwa ini adalah awal dari perjalanan panjang yang penuh tantangan bagi putri sulungnya.

Tahun 2005, Monika diterima di SMA Yoanes XXIII Merauke, jurusan IPA. Sekolah ini terkenal dengan para siswa yang cerdas dan penuh semangat belajar. Monika, meski berasal dari kampung yang jauh, tak pernah merasa kecil hati. Ia tahu bahwa kesempatan ini adalah hasil dari kerja keras dan doa ibunya.

"Monika, ingatlah bahwa ilmu adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik. Jangan pernah menyerah," pesan Germana ketika Monika berangkat ke Merauke. Kata-kata itu selalu terngiang di telinga Monika, menjadi penyemangat setiap kali ia merasa lelah atau ragu.

Di SMA Yoanes XXIII, Monika menghadapi persaingan yang ketat. Teman-temannya adalah siswa-siswa pintar dari berbagai daerah, namun Monika tidak kalah bersaing. Setiap hari, ia bangun pagi dalam suasana doa syukur, untuk belajar dan berusaha sebaik mungkin. Di laboratorium, ia mengamati setiap percobaan dengan penuh ketelitian, mempelajari setiap teori dengan antusias.

Monika sering menghabiskan waktu di perpustakaan, menggali ilmu dari buku-buku dan jurnal ilmiah. Ketika ada tugas kelompok, ia selalu aktif berpartisipasi, berbagi ide dan pengetahuan. Gurunya, Pak Anton, sering memuji ketekunan dan semangat Monika.

Monika berhasil menunjukkan prestasi gemilang. Ia tak hanya berkompetisi dengan teman-temannya, tetapi juga menjadi yang terbaik di kelas. Monika mengukir banyak prestasi akademik, dari juara lomba sains hingga nilai ujian yang selalu menonjol.

Di rumah, Silvia mengikuti jejak kakaknya, meski dengan minat yang berbeda. Ia bercita-cita menjadi tentara angkatan laut. "Aku ingin melindungi tanah dan laut kita, Bu," kata Silvia dengan tekad yang kuat. Germana melihat tekad itu dari mata putrinya yang bungsu dan merasa bangga.

Setiap pagi, sebelum berangkat sekolah, Silvia sering berlatih fisik di halaman rumah mereka. Ia berlari mengelilingi kampung, melompati rintangan-rintangan kecil yang dibuat dari kayu dan bata merah. Suara langkah kakinya yang cepat dan napasnya yang teratur menggema di antara pepohonan sagu. "Bu, aku harus kuat. Aku harus siap menghadapi segala tantangan," ujarnya setiap kali selesai berlatih.

Di sekolah, Silvia menjadi siswa yang rajin dan tekun. Ia membaca banyak buku tentang angkatan laut, strategi militer, dan sejarah perjuangan bangsanya. Gurunya, Bu Maria, sering melihat Silvia tenggelam dalam buku-buku di perpustakaan sekolah.

Di sore hari, setelah semua tugas sekolah selesai, Silvia duduk di tepi Sungai Digoel, memandangi air yang mengalir tenang. Di hatinya, ia berjanji untuk menjaga setiap jengkal tanah dan laut yang begitu berarti bagi keluarganya dan bangsanya. "Bu, suatu hari nanti aku akan berlayar di lautan luas, menjaga perairan kita dari ancaman apa pun," kata Silvia dengan penuh keyakinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun