Menghargai usaha dan proses. Menghargai usaha lebih dari hasil akhir penting untuk membangun motivasi dan ketekunan anak. Carol Dweck (2006) dalam Mindset: The New Psychology of Success menyatakan bahwa pujian atas usaha, bukan hanya hasil, mendorong pola pikir tumbuh (growth mindset). Ini membantu anak melihat tantangan sebagai peluang untuk belajar dan bertumbuh, agar anak memahami bahwa usaha dan ketekunannya dihargai.
Menjalin komunikasi yang terbuka. Komunikasi efektif melibatkan mendengarkan penuh perhatian dan memberikan tanggapan yang mendukung. Adele Faber dan Elaine Mazlish (1980), dalam How to Talk So Kids Will Listen & Listen So Kids Will Talk, menekankan pentingnya mendengarkan aktif dan responsif untuk membantu anak merasa dihargai dan dimengerti. Orang tua harus menunjukkan empati dan memberikan nasihat yang konstruktif untuk membangun hubungan yang kuat dan mendukung, termasuk saat anak tidak berhasil atau menghadapi tantangan.
Bekerja sama dengan sekolah. Kerja sama antara orang tua dan sekolah penting untuk mendukung kesuksesan akademik dan sosial anak. Joyce Epstein (2019) dalam School, Family, and Community Partnerships menekankan pentingnya kolaborasi ini untuk menciptakan lingkungan belajar yang kohesif dan konsisten. Bentuk keterlibatan orang tua meliputi menghadiri pertemuan orang tua-guru, berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, menjadi sukarelawan, dan terlibat dalam komite sekolah.
Gengsi orang tua berdampak negatif, baik segi psikologis maupun perkembangan holistik anak. Hal ini dapat memicu stres, kecemasan, depresi; termasuk membatasi potensi anak di bidang lain, menciptakan kompetisi yang tidak sehat. Perlu disadari bahwa kualitas pendidikan, sejatinya tidak diukur dari nilai akademik semata, tetapi juga bagaimana pendidikan tersebut mampu mengembangkan potensi siswa secara holistik. Pengembangan karakter dan kepribadian, proses belajar yang bermakna, serta pengembangan fisik, sosial, emosional, dan spiritual adalah aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam pendidikan. Peran orang tua adalah mendukung pendidikan anak dengan mengenali dan memperhatikan minat atau bakatnya, menghargai usaha dan proses belajar, menjalin komunikasi terbuka, dan bekerja sama dengan sekolah. Dengan demikian, pendidikan yang memanusiakan mencerminkan seluruh aspek perkembangan anak: segi akademik, karakter, dan emosional. Hal ini membantu anak bertumbuh menjadi individu yang seimbang, bahagia, dan mampu menghadapi tantangan. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H