Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Takut akan Allah: Permulaan Kebijaksanaan untuk Hidup yang Benar dan Suci

17 Juni 2024   06:33 Diperbarui: 17 Juni 2024   08:10 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kesadaran akan Dosa dan Kebutuhan akan Penebusan

Dalam ajaran Katolik, dosa dipahami sebagai pelanggaran terhadap hukum Tuhan dan penolakan terhadap kasih-Nya. Ada dua jenis dosa, yaitu dosa asal dan dosa pribadi. Dosa asal, diwariskan dari Adam dan Hawa, mengakibatkan pemisahan dari Allah dan kerusakan dalam hubungan manusia. Dosa pribadi terbagi menjadi dosa berat (mortal) dan dosa ringan (venial), yang memengaruhi hubungan seseorang dengan Tuhan.

Akibat dari dosa adalah keterpisahan dari Allah, penderitaan, dan kematian rohani (Rom 6: 23). Sakramen Pengakuan Dosa memberikan rahmat pengampunan dan pemulihan hubungan dengan Tuhan, membebaskan dari dosa dan memulihkan persekutuan dengan Gereja (KGK 1422).

Sakramen Pengakuan Dosa adalah salah satu dari tujuh sakramen yang diinstitusikan oleh Kristus untuk memberikan rahmat pengampunan dan pemulihan hubungan dengan Tuhan. Selain itu, Sakramen Pengakuan memberikan rahmat untuk menghindari dosa di masa depan, memperkuat kesadaran akan kelemahan manusia dan kebutuhan akan rahmat Tuhan.

Takut akan Allah menjadi motivasi untuk hidup dalam pertobatan. Kesadaran akan dosa membawa seseorang kepada penyesalan dan pertobatan yang tulus (bdk. Mzm 51: 1-2). Menurut Paus Yohanes Paulus II, dalam Reconciliatio et Paenitentia (1984), takut akan Allah adalah awal dari kebijaksanaan, mengakui kedaulatan-Nya, dan keinginan untuk tetap berada dalam kasih dan kasih karunia-Nya.

Ketaatan dan Penyerahan Diri

Dalam tradisi Katolik, ketaatan berarti tunduk pada kehendak Tuhan dan ajaran Gereja. Ini bukan kepatuhan buta, tapi tindakan penuh kasih dan hormat kepada Allah. Menurut Santo Benediktus (480-547), ketaatan adalah jalan menuju kekudusan, yang harus dilakukan dengan sukarela dan penuh kasih.

Menurut Gereja Katolik, ketaatan kepada Allah adalah cara utama untuk mengasihi-Nya (KGK 1825). Yesus dalam Injil mengatakan bahwa mengasihi-Nya berarti menaati perintah-Nya (Yoh 14:15). Ketaatan kepada Tuhan dan ajaran Gereja adalah bentuk penghormatan kita kepada-Nya.

Para santo dan santa menjadi teladan ketaatan. Santo Fransiskus dari Assisi (1181-1226) meninggalkan kehidupan kaya untuk hidup dalam kemiskinan total demi menjalankan kehendak Allah. Santa Teresa dari Avila (1515-1582) setia pada panggilan Tuhan untuk mereformasi Tarekat Karmelit. Santo Ignatius dari Loyola (1491-1556) mendirikan Serikat Yesus untuk kemuliaan Tuhan, menunjukkan ketaatan sepenuh hati pada kehendak-Nya.

Kebijaksanaan dan Kehidupan yang Benar

Kitab Amsal mengatakan, "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian" (Ams 9: 10), menekankan bahwa takut akan Allah adalah dasar kebijaksanaan sejati. Dalam tradisi Katolik, kebijaksanaan tidak hanya tentang pengetahuan atau kecerdasan, tapi juga tentang pengenalan dan pemahaman mendalam tentang Tuhan dan kehendak-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun