Pepatah Latin De Gustibus Non Disputandum Est berpadanan dengan "Tentang selera, tidak ada yang perlu diperdebatkan." Ungkapan ini menunjukkan bahwa selera, baik dalam hal makanan, seni, atau preferensi pribadi lainnya, sangat subjektif, dan tidak dapat diperdebatkan secara objektif. Setiap individu memiliki preferensi unik yang dibentuk oleh berbagai faktor seperti budaya, latar belakang, pengalaman hidup, dan kepribadian. Karena itu, apa yang disukai oleh seseorang mungkin tidak disukai oleh orang lain, dan inilah sesuatu yang harus diterima dan dihormati. Artikel ini bertujuan mengupas pentingnya menghargai perbedaan selera. Hal ini memengaruhi kehidupan sehari-hari, dan membawa dampak positif bagi komunikasi dan interaksi sosial kita.
Menghormati Perbedaan
Selera adalah preferensi atau kecenderungan seseorang terhadap sesuatu, yang berupa makanan, musik, pakaian, seni, dan banyak aspek lainnya dalam kehidupan. Pengalaman yang sangat pribadi ini dipengaruhi oleh faktor budaya, pengalaman hidup, dan preferensi individu.
Selera merupakan suatu aspek kehidupan yang paling subjektif. Tidak ada standar objektif untuk menentukan apakah satu selera lebih baik atau benar dibandingkan yang lain. Hal ini terjadi karena variasi individu yang berbeda latar belakang. Tidak ada ukuran universal untuk menilai selera secara objektif. Selain itu, selera sering dibentuk oleh norma dan nilai-nilai sosial serta budaya tempat seseorang berada.
Berdasarkan argumen bahwa selera itu bersifat pribadi, kita hendaknya menghormati perbedaan. Hal ini merujuk pada penghargaan terhadap keunikan dan toleransi selera. Menghargai keunikan setiap individu adalah langkah pertama dalam menghormati perbedaan selera. Menghargai perbedaan dapat terwujud melalui penghargaan terhadap setiap individu, dan menerima perbedaan yang membentuk seleranya.
Toleransi terhadap perbedaan selera adalah sikap mengakui bahwa selera setiap orang adalah sah, dan tidak perlu diperdebatkan. Toleransi ini penting untuk menciptakan lingkungan sosial yang harmonis dan inklusif. Toleransi terhadap perbedaan selera dapat dinyatakan melalui penerimaan apa adanya, menghindari pertentangan yang tidak perlu, dan tidak memaksakan selera sendiri kepada orang lain.
Fokus pada Persamaan
Mencari persamaan dalam selera adalah strategi efektif untuk memperkuat hubungan interpersonal. Meskipun setiap individu memiliki preferensi yang unik, selalu ada titik temu yang bisa ditemukan, dan inilah yang bisa menjadi dasar untuk membangun ikatan yang lebih kuat.
Menemukan kesamaan dalam selera menjadi jembatan yang menghubungkan individu yang berbeda. Ketika kita menemukan kesamaan, misalnya dalam hal hobi, makanan favorit, atau jenis musik yang disukai, kita merasa lebih terhubung dengan orang lain.
Dengan berfokus pada persamaan, kita dapat menciptakan pengalaman bersama yang memperkuat ikatan emosional. Misalnya, menikmati film yang sama atau bermain olahraga yang sama dapat menjadi aktivitas yang mempererat hubungan.
Fokus pada persamaan tidak hanya menemukan titik temu, tetapi juga membangun rasa saling pengertian yang lebih dalam antara individu. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan penuh pengertian. Hal ini membantu mengurangi prasangka dan memperkuat rasa solidaritas. Menekankan persamaan, dapat mengurangi potensi konflik yang sering muncul dari perbedaan. Ketika berfokus pada apa yang disepakati, kita mengalihkan perhatian dari perbedaan yang dapat memicu perselisihan. Berfokus pada persamaan juga dapat meningkatkan kualitas komunikasi. Ketika merasa memiliki kesamaan dengan orang lain, kita lebih cenderung terbuka dan jujur dalam berkomunikasi, yang akan memperkuat hubungan interpersonal.
Membuka Pikiran
Membuka pikiran terhadap selera yang berbeda adalah langkah penting untuk memperkaya kehidupan pribadi dan sosial. Hal ini melibatkan keberanian untuk mencoba hal-hal baru, dan menerima perbedaan sebagai bagian dari pertumbuhan pribadi.
Keterbukaan terhadap selera yang berbeda membantu kita memahami dan menghargai keragaman. Ketika bersedia mencoba makanan, musik, atau budaya baru, kita memperluas wawasan dan memperkaya pengalaman hidup kita. Mencoba hal-hal baru dapat mengatasi prasangka dan stereotip yang ada terhadap budaya atau kelompok lain. Langkah ini penting untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif dan toleran. Mencoba hal baru bukan hanya menambah pengetahuan, tetapi juga memperkaya hidup dengan berbagai cara. Misalnya, menambah kedalaman emosional, meningkatkan kreativitas, dan mengembangkan empati.
Menghindari Konflik
Perbedaan selera sering menjadi pemicu konflik dan pertengkaran, terutama ketika individu tidak menghargai selera orang lain. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai konteks, mulai dari keluarga hingga tempat kerja, dan dapat memengaruhi kualitas hubungan interpersonal. Misalnya, perdebatan tentang selera sering terjadi karena kurangnya pemahaman dan toleransi terhadap preferensi orang lain. Perbedaan selera dalam musik, dekorasi kantor, atau metode di lingkungan kerja dapat menyebabkan ketegangan di antara rekan.
Selera itu sangat pribadi dan subjektif. Tidak ada gunanya berdebat tentang preferensi individu. Menghindari perselisihan tentang selera dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih harmonis.
Selera tidak bisa diukur dengan standar objektif. Berdebat tentang mana yang 'benar' atau 'salah' tidaklah produktif. Menghindari perselisihan tentang selera dapat meningkatkan kualitas komunikasi. Menghormati perbedaan selera berarti menghargai keanekaragaman yang ada dalam masyarakat. Hal ini dapat meningkatkan inklusivitas dan kerja sama di berbagai konteks, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
Diskusi Selera yang Sehat
Berdiskusi tentang selera adalah hal yang wajar dan merupakan cara yang baik untuk memperkaya wawasan serta memperdalam hubungan interpersonal, asalkan dilakukan dengan sikap saling menghargai. Diskusi mengenai selera dapat membuka ruang untuk memahami perspektif orang lain dan mengeksplorasi hal-hal baru. Tidak memaksakan pendapat pribadi kepada orang lain.
Menjaga rasa hormat dalam berdiskusi tentang selera adalah kunci untuk memastikan bahwa diskusi tetap konstruktif dan tidak berubah menjadi konflik. Ketika berdiskusi tentang selera, penting untuk selalu menjaga rasa hormat terhadap pendapat dan preferensi orang lain. Menggunakan teknik komunikasi yang baik, seperti mendengarkan, menghindari interupsi, dan memberikan tanggapan yang konstruktif. Menghindari kritik yang merusak atau merendahkan preferensi orang lain adalah esensial dalam diskusi tentang selera. Kritik yang konstruktif dan penuh empati menghasilkan dialog yang produktif dan saling menghargai.
Dalam konteks komunikasi dan interaksi sosial, memahami subjektivitas selera (De gustibus non disputandum est) adalah kunci untuk membangun hubungan yang lebih harmonis dan menghargai perbedaan. Selera yang bervariasi dari individu ke individu harus diterima sebagai bagian dari kehidupan sosial kita.
Pentingnya menerima bahwa selera bersifat pribadi dan tidak dapat diperdebatkan secara objektif. Hal ini mendorong kita ke arah diskusi yang sehat dan melibatkan pertukaran pendapat tanpa memaksakan kehendak pribadi, dan lebih mudah menerima serta menghormati preferensi orang lain. Dengan menerapkan prinsip-prinsip komunikasi yang baik dan penuh empati, kita dapat menciptakan lingkungan yang inklusif, dan mendorong kerja sama yang produktif. Pada gilirannya, hal ini akan memperkuat kohesi sosial dan meningkatkan kualitas komunikasi kita. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI