Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menguak Taktik atau Perilaku Berpura-pura Tuli: Dampak dan Solusi Mengatasinya

24 Mei 2024   06:56 Diperbarui: 24 Mei 2024   07:04 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketiga, menyadari dan menangani perilaku berpura-pura tuli sejak dini, yang dapat mencegah terjadinya penyebaran dan memastikan bahwa masalah tersebut tidak berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius.

Keempat, Guru dapat mengembangkan pendekatan pengajaran yang lebih interaktif dan menarik untuk meningkatkan keterlibatan siswa dan mengurangi kecenderungan berpura-pura tuli.

Kelima, memberikan dukungan tambahan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas atau tanggung jawabnya, yang membantu mengurangi kemungkinan untuk berpura-pura tuli.

Keenam, membangun hubungan komunikasi yang kuat antara guru dan siswa. Ini akan membantu mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dihadapi siswa dan mengatasinya sebelum menjadi masalah yang lebih besar.

Ketujuh, membangun komunikasi yang jujur dan terbuka antara anggota keluarga. Hal ini dapat membantu mengatasi masalah berpura-pura tuli, dengan memungkinkan anggota keluarga mengungkapkan kekhawatiran atau kebutuhan mereka secara terbuka.

Kedelapan, mendidik anak-anak tentang pentingnya tanggung jawab dan kejujuran sejak dini, yang akan membantu mencegah mereka mengembangkan perilaku berpura-pura tuli di masa depan.

Kesembilan, menetapkan batasan dan konsekuensi yang jelas terhadap perilaku berpura-pura tuli. Hal ini akan membantu mengurangi kemungkinan munculnya perilaku tersebut dalam keluarga.

Kesepuluh, bertindak jujur dan terlibat lebih aktif dalam kehidupan keagamaan, agar tidak menjadi tuli hati dalam menanggapi kehendak Tuhan.

Menurut psikolog Susan Newman, dalam artikel The Case for Honest and Open Communication in Families, "Komunikasi yang jujur dan terbuka, bersama dengan batasan yang jelas dan konsekuensi yang diterapkan secara konsisten, merupakan fondasi yang kuat untuk mengatasi perilaku berpura-pura tuli dalam lingkungan keluarga."

Taktik atau perilaku pura-pura tuli berdampak negatif terhadap berbagai konteks kehidupan, termasuk tempat kerja, lingkungan pendidikan, keluarga, dan keagamaan (tuli hati). Penting bagi kita untuk mengenali dan mengatasi perilaku tersebut dengan menerapkan strategi yang efektif. Kini saatnya kita bertindak, yakni menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi terbuka, tanggung jawab, dan akuntabilitas. Dengan memperkuat komunikasi dan membangun hubungan yang sehat, kita dapat mencegah munculnya perilaku berpura-pura tuli, dan meningkatkan efektivitas serta kesejahteraan dalam berbagai aspek kehidupan. Melalui kesadaran, pengertian, dan tindakan, kita dapat mengatasi dampak negatif berpura-pura tuli, dan menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk semua orang. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun