Ketiga, mengurangi kepercayaan dari atasan dan rekan kerja, yang dapat memengaruhi reputasi dan kemajuan karier individu.
Keempat, mengganggu pembelajaran dan prestasi akademik siswa karena melewatkan instruksi atau informasi penting yang diberikan oleh guru.
Kelima, mengganggu dinamika kelas dan hubungan antara siswa dan guru, yang dapat memengaruhi lingkungan belajar secara keseluruhan.
Keenam, terjadinya ketidakstabilan dalam hubungan keluarga dan komunikasi karena anggota keluarga merasa frustrasi atau kecewa dengan ketidakpedulian atau ketidakresponsifan individu.
Ketujuh, meningkatnya frustrasi dan konflik antara anggota keluarga, yang dapat merusak hubungan yang harmonis.
Kedelapan, menghalangi individu mendapatkan pengalaman spiritual yang bermakna karena menghindari situasi-situasi yang memungkinkan pertumbuhan spiritual melalui kegiatan keagamaan.
Menurut psikolog David Ballard (2017), dalam artikel Avoiding Responsibility: The Impact of Avoidance Behavior in the Workplace, "Perilaku menghindari tanggung jawab atau menghindari tugas yang tidak disukai dapat menghasilkan dampak negatif yang signifikan, baik dalam konteks kerja, pendidikan, maupun dalam interpersonal."
Strategi Mengatasi Perilaku Pura-pura Tuli
Beberapa strategi yang dapat dilakukan di tempat kerja, di lingkungan pendidikan, dan keluarga untuk mengatasi perilaku berpura-pura tuli.
Pertama, memperkuat budaya komunikasi terbuka di tempat kerja. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan perilaku tersebut dengan memberikan ruang bagi karyawan untuk menyampaikan kekhawatiran atau kesulitannya.
Kedua, membuat sistem penghargaan dan konsekuensi yang jelas dan adil. Hal ini dapat memberikan insentif bagi karyawan untuk bertanggung jawab dan mengurangi kecenderungan untuk menghindari tanggung jawab.