Setelah mengembangkan plot cerita, siswa memainkan peran yang ingin mereka mainkan, dan berdiskusi tentang bagaimana karakter mereka akan berinteraksi. Setiap kelompok mementaskan cerita mereka di depan kelas, menggunakan bahasa Indonesia secara aktif, berdialog antarkarakter, dan menggambarkan adegan dalam cerita.
Setelah mementaskan cerita, siswa dan guru melakukan refleksi bersama, berbagi pengalaman dalam membuat dan memainkan peran. Guru memberikan umpan balik yang positif tentang kemampuan komunikatif, dan jika perlu memberikan saran untuk perbaikan.
Dengan aktivitas membuat cerita bersama, siswa terdorong untuk menggunakan bahasa Indonesia secara aktif dalam konteks komunikatif yang bermakna. Selain itu, siswa mengembangkan kemampuan kolaboratif dan kreatif, serta meningkatkan penggunaan struktur bahasa Indonesia melalui praktik bercerita.
Penerapan pendekatan komunikatif yang berasal dari peran sosiolinguistik, mempertimbangkan kemampuan gramatikal dan komunikatif secara simultan atau terintegrasi. Hal ini dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan bahasa mereka secara holistik, dengan fokus utama pada kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dalam situasi kehidupan nyata. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H