Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Membaca dan menulis, kesukaanku. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tenunan Tradisional, Simbol Martabat Perempuan dalam Masyarakat Atadei Kabupaten Lembata

29 April 2024   05:24 Diperbarui: 30 April 2024   08:47 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Yosefina Ure Pukan (14) atau akrab disapa Oce Pukan memukau banyak orang saat pergelaran Eksplorasi Budaya Lembata Kecamatan Nagawutung di desa Labalimut, Rabu, 23 Februari 2022. (Pos-Kupang.com/Ricko Wawo)

Sebagaimana orang Lamaholot lain di Lembata atau Flores Timur, NTT, masyarakat Atadei menyimpan tradisi tenun sarung yang berlangsung selama berabad-abad, termasuk kain lipa (nowing) untuk laki-laki. Kerajinan ini tidak hanya menjadi warisan budaya yang bernilai tinggi, tetapi juga simbol martabat perempuan di wilayah itu.

Setiap helai sarung ditenun dengan penuh ketelatenan oleh perempuan penenun. Motif dan corak yang dihasilkan mencerminkan filosofi hidup, cerita rakyat, dan identitas masyarakat. 

Di tengah arus modernisasi, upaya pelestarian dan pengembangan tradisi tenun menjadi penting. Dengan demikian, kita tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga memperkuat identitas lokal dan martabat perempuan.

Dalam tulisan ini, yang dimaksud masyarakat Atadei adalah mereka yang mendiami Kecamatan Atadei, seperti Lamanuna, Lerek, Tobilolong, Atawawolo, Watuwawer, Lewogroma, Bauraja, Waiwejak, Karangora, Kalikasa, Bakan, dan lain-lain. Termasuk sebagian yang berasal dari budaya yang sama, tetapi sekarang berada di Kecamatan Wulandoni, khususnya Kenotan dan Kahatawa.

Proses Pembuatan Tenunan Tradisional

Proses pembuatan tenunan tradisional dalam masyarakat Atadei mengikuti beberapa langkah yang telah menjadi bagian dari tradisi dan budaya setempat. Bahkan, prosesnya melibatkan tindakan ritual tertentu.

Pertama, penanaman dan pemanenan kapas. 

Proses ini dimulai dengan penanaman kapas oleh masyarakat lokal. Kapas merupakan bahan baku utama untuk pembuatan benang. Setelah tumbuh dan berkembang, tanaman kapas dipanen untuk diolah lebih lanjut.

Kedua, pengolahan kapas.

Setelah dipanen, kapas diolah untuk mendapatkan serat yang dapat digunakan untuk pembuatan benang. Proses pengolahan ini meliputi penggulungan kapas, pembersihan dari biji-bijian yang tidak diinginkan, dan pemisahan serat-serat kapas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun