Pertama, pelibatan generasi muda.
Salah satu tantangan utama adalah memastikan regenerasi para penenun sarung di masa depan. Diperlukan upaya untuk melibatkan generasi muda, baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan keterampilan khusus. Dengan demikian, keterampilan tenun sarung dapat terus diturunkan dari generasi ke generasi.
Kedua, pelatihan dan pengembangan keterampilan.
Pemerintah daerah dan lembaga terkait dapat mengadakan program pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi para penenun sarung. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk, diversifikasi motif dan corak, serta mengadopsi teknologi modern yang dapat membantu mempercepat proses produksi.
Ketiga, pemasaran dan promosi.
Diperlukan upaya pemasaran dan promosi yang lebih efektif untuk meningkatkan permintaan dan nilai jual sarung tenun Atadei. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikutsertakan produk dalam pameran kerajinan lokal maupun nasional, serta memanfaatkan platform online dan media sosial untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Keempat, perlindungan Hak Kekayaan Intelektual.
Motif dan corak sarung tenun Atadei merupakan warisan budaya yang perlu dilindungi. Pemerintah daerah dapat membantu para penenun dalam mendaftarkan hak kekayaan intelektual (HKI) atas motif dan corak tersebut, sehingga tidak dapat dieksploitasi secara ilegal oleh pihak lain.
Kelima, pengembangan desa wisata tenun.
Menciptakan desa wisata tenun dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan sarung tenun, berinteraksi dengan para penenun, dan membeli produk secara langsung.
Keenam, dukungan pemerintah dan lembaga terkait.