Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tantangan dan Solusi yang Efektif untuk Menyelamatkan Mahasiswa di Ambang Drop Out

26 April 2024   04:50 Diperbarui: 27 April 2024   07:27 1259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mahasiswa drop out. (Freepik)

Idealnya, mahasiswa perlu memiliki rencana yang jelas untuk menyelesaikan studinya tepat waktu. Waktu yang disediakan bagi program S1 misalnya, adalah empat tahun atau delapan semester. Apalagi tersedia peluang untuk menyelesaikan studi minimal tiga setengah tahun. Meskipun demikian, fakta yang terjadi, sejumlah mahasiswa harus berada di ambang batas drop out.

Berbagai alasan dapat menjadi pemicu, seperti masalah finansial, iklim kampus yang kurang kondusif, dan tentu saja persoalan pribadi mahasiswa sendiri. Yang menentukan sukses-tidaknya seseorang di perguruan tinggi adalah mahasiswa yang bersangkutan. Dialah yang lebih tahu tentang dirinya berserta kelebihan dan kekurangannya.

Mahasiswa yang terancam drop out mungkin telah berjuang melawan tantangan yang menghambat perjalanan akademik mereka, dengan bantuan orangtua, para dosen, atau pihak-pihak lain. Ada yang merasa tertekan secara mental dan emosional atau putus ada. Namun, di tengah keputusasaan itu, masih ada harapan. 

Melalui pendekatan yang tepat dan dukungan yang memadai, banyak mahasiswa yang terancam drop out dapat diselamatkan. Esai ini berusaha mendeskripsikan alasan di balik drop out mahasiswa serta solusi efektif untuk mengatasi masalah tersebut.

Alasan-alasan di Balik Drop Out Mahasiswa

Berbicara tentang fenomena drop out di perguruan tinggi, sering dilupakan satu faktor kunci, yaitu peran dan tanggung jawab mahasiswa sendiri, seperti kurangnya disiplin dan tak ada rencana yang jelas. Masalah finansial, misalnya merupakan salah satu faktor eksternal yang memicunya.

Pertama, disiplin adalah fondasi yang penting dalam mencapai kesuksesan. Mahasiswa yang kurang memiliki disiplin cenderung terjebak dalam siklus 'penundaan akademik' dan kurangnya motivasi. Mereka biasa menunda tugas-tugas penting, melewatkan kelas, atau bahkan tidak memenuhi persyaratan akademik yang telah ditetapkan.

Kedua, sebuah rencana dan target yang jelas merupakan pemandu penting bagi mahasiswa selama masa studi. Tanpa visi yang jelas tentang tujuan mereka di perguruan tinggi, mahasiswa dapat merasa tersesat atau kehilangan motivasi. 

Jika tidak memiliki tujuan yang ditetapkan, mereka cenderung kehilangan fokus, dan dengan mudah jatuh ke dalam jurang ketidakpastian.

Ketiga, stres akademik, kecemasan, dan depresi adalah masalah yang umum di kalangan mahasiswa. Kurangnya akses terhadap layanan kesehatan mental, dan stigma yang terkait dengan masalah kesehatan mental membuat mahasiswa merasa terisolasi dan putus asa.

Keempat, mahasiswa yang merasa tidak didukung secara akademik, cenderung merasa terpinggirkan dan kehilangan motivasi. Kurangnya mentor, atau bimbingan akademik yang memadai melalui dosen wali membuat mahasiswa merasa terjebak dalam lingkaran keputusasaan.

Kelima, ada mahasiswa yang harus menghadapi beban finansial yang berat, termasuk biaya kuliah yang tinggi dan keterbatasan akses terhadap bantuan keuangan. Kesulitan ini memaksa mereka untuk mencari pekerjaan paruh waktu, yang pada gilirannya dapat mengganggu fokus dan waktu belajar mereka.

Solusi Efektif Mengatasi Drop Out Mahasiswa

Beberapa solusi berikut diharapkan dapat menyelamatkan mahasiswa dari ancaman drop out.

Pertama, perguruan tinggi harus menyediakan program atau sumber daya, yang membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan manajemen waktu dan disiplin. Hal ini termasuk seminar, workshop, atau konseling individu yang difokuskan pada peningkatan disiplin pribadi.

Kedua, mahasiswa perlu didorong untuk merancang rencana studi yang terstruktur dan realistis, yang mencakup target jangka pendek dan jangka panjang. Dengan memiliki panduan yang jelas tentang langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapai tujuan mereka, mahasiswa akan merasa lebih termotivasi dan memiliki orientasi yang jelas.

Ketiga, perguruan tinggi juga harus mendorong tanggung jawab pribadi dan otonomi mahasiswa. Hal ini mencakup membiasakan mereka pada praktik-praktik self reflection dan pembuatan keputusan yang bertanggung jawab terkait dengan pendidikan mereka.

Keempat, perlunya program mentorship antara senior dan junior, klub atau organisasi yang berfokus pada dukungan mahasiswa, dan inisiatif lain yang membangun komunitas yang peduli dan inklusif. Hal ini dapat memberikan dukungan emosional dan akademik yang dibutuhkan oleh mahasiswa.

Kelima, lembaga pendidikan tinggi perlu menyediakan layanan kesehatan mental yang mudah diakses dan ramah terhadap mahasiswa. 

Program konseling, dukungan kelompok, dan advokasi kesehatan mental dapat membantu mahasiswa mengatasi tantangan emosional mereka. Termasuk di dalamnya, memberdayakan layanan dosen wali, yang sering hanya sebatas menandatangani kartu rencana studi (KRS).

Keenam, lembaga pendidikan dan pemerintah harus meningkatkan akses terhadap beasiswa berbasis kebutuhan dan bantuan keuangan lainnya. Hal ini dapat membantu mengurangi beban finansial yang memaksa mahasiswa untuk putus kuliah.

Kesimpulan

Dalam mengatasi masalah drop out mahasiswa, tidak cukup menawarkan solusi-solusi tersebut secara terpisah. Diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan kolaborasi antara lembaga pendidikan, pemerintah, komunitas, dan mahasiswa sendiri. 

Dengan demikian, terbentuklah lingkungan pendidikan yang mendukung dan memungkinkan setiap mahasiswa untuk mencapai potensi mereka secara penuh. Tindakan yang tepat dan komitmen yang kuat dapat memperbaiki arah masa depan bagi mahasiswa yang berjuang, dan memastikan bahwa mereka tidak pernah merasa sendirian dalam perjalanan menuju kesuksesan.

Meskipun faktor eksternal seperti finansial dan kesehatan mental memicu drop out mahasiswa, tidak boleh diabaikan peran dan tanggung jawab mahasiswa sendiri. Mendorong disiplin, merencanakan tujuan atau target yang jelas, dan menyediakan dukungan yang tepat, dapat membantu mahasiswa mengatasi tantangan internal yang mungkin menghalangi mereka dalam menyelesaikan pendidikan mereka. 

Mahasiswa perlu menyadari bahwa mereka memiliki kendali atas nasib pendidikan mereka sendiri. Dengan tekad dan dedikasi yang tepat, mereka dapat meraih kesuksesan akademik yang mereka impikan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun