Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Pencinta membaca dan menulis, dengan karya narasi, cerpen, esai, dan artikel yang telah dimuat di berbagai media. Tertarik pada filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Berpegang pada moto: “Bukan banyaknya, melainkan mutunya,” selalu mengutamakan pemikiran kritis, kreatif, dan solusi inspiratif dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melawan Praktik Plagiarisme: Membangun Integritas Akademik

15 April 2024   06:30 Diperbarui: 15 April 2024   13:48 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Praktik plagiarisme di perguruan tinggi tampaknya meningkat secara signifikan. Apalagi di era digital saat ini ketika informasi mudah diakses melalui internet. Akademisi tergoda mengambil jalan pintas, dengan menyalin teks dari sumber-sumber lain. Tidak hanya terjadi dalam karya tulis (seperti tugas, makalah, atau tesis), tetapi juga dalam presentasi, projek, dan penelitian.

Praktik plagiarisme mengandung konsekuensi, tidak hanya merusak integritas intelektual, tetapi juga mengancam fondasi etika akademik. Plagiarisme merupakan tindak 'kejahatan intelektual' karena mencuri ide, gagasan, atau karya yang merupakan hak orang lain. Jika praktik ini dibiarkan, dampaknya semakin meluas dan merusak individu, institusi, dan masyarakat.

Bagi mahasiswa, plagiarisme merugikan proses pembelajaran serta perkembangan intelektualnya. Bagi dosen, tindakan tersebut merusak reputasi profesional serta integritas ilmiahnya. Dari segi sosial, plagiarisme merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi pendidikan tinggi sebagai pusat sah ilmu pengetahuan.

Artikel ini membahas akar permasalahan plagiarisme, faktor-faktor penyebabnya, dan upaya yang dilakukan untuk mencegah dan/atau mengatasinya. Melalui langkah yang tepat, terciptalah lingkungan akademik yang lebih mengedepankan integritas dan etika sehingga kecerdasan, kreativitas, dan kejujuran dihargai sepenuhnya.   

Plagiarisme dalam Karya Intelektual

Plagiarisme di perguruan tinggi merujuk pada tindakan mengambil, menyalin, atau menggunakan ide, gagasan, atau karya orang lain, tanpa izin. Jika hal ini terjadi, pengakuan terhadap hak atas kekayaan intelektual disepelekan. Plagiarisme meliputi tindakan menyalin teks secara langsung dari sumber lain tanpa mencantumkan sumber, mengubah beberapa kata atau frasa tetapi tetap mempertahankan struktur dan gagasan asli, serta menggunakan ide atau konsep orang lain tanpa memberikan pengakuan.

Plagiarisme tidak hanya mencakup penyalinan teks tanpa izin dari sumber tertulis, tetapi juga melibatkan penggunaan grafik, gambar, data, atau materi lainnya. Selain itu, praktik ini juga mencakup penggunaan karya sendiri sebelumnya atau makalah orang lain, baik secara internal maupun eksternal.

Dalam konteks akademik, plagiarisme dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap etika akademik dan integritas intelektual. Hal ini merusak kejujuran ilmiah, memengaruhi kualitas pendidikan, dan mengurangi 'nilai perjuangan' dalam proses pendidikan. Karena itu, institusi pendidikan tinggi sering mengambil tindakan tegas untuk mencegah dan menangani kasus plagiarisme guna menjaga integritas akademik dan moralitas dalam komunitas akademik.

Bentuk-bentuk Plagiarisme 

Beberapa bentuk plagiarisme yang sering dipraktikkan di perguruan tinggi dapat diidentikasikan sebagai berikut.

Plagiarisme teks adalah bentuk yang paling umum, ketika seseorang menyalin teks secara langsung dari sumber lain, tanpa memberikan pengakuan. Misalnya mengambil frasa, kalimat, atau paragraf secara utuh dari sumber tertentu, tanpa mengutipnya dengan benar.

Meskipun tidak menyalin teks secara langsung, plagiarisme ide atau konsep terjadi ketika seseorang mengambil ide, gagasan, atau konsep orang lain, tanpa memberikan pengakuan. Misalnya, mereformulasikan atau menyajikan kembali ide orang lain sebagai karyanya sendiri.

Plagiarisme grafis atau visual melibatkan penggunaan grafis, gambar, diagram, atau materi visual lainnya tanpa izin. Misalnya, mengambil grafis dari sebuah jurnal atau presentasi tanpa menyebutkan sumbernya.

Ketika peneliti bekerja dalam tim, ada kemungkinan bahwa satu anggota tim mengambil karya atau kontribusi dari anggota lainnya tanpa memberikan pengakuan. Tindakan ini disebut plagiarisme dalam projek kolaboratif.

Seseorang menggunakan karya sendiri yang dibuat sebelumnya di perguruan tinggi yang sama maupun institusi yang berbeda, tanpa pengakuan yang sesuai. Tindakan ini disebut plagiarisme mandiri.

Seseorang mengambil teks dari bahasa lain dan menerjemahkannya ke dalam bahasa yang berbeda tanpa memberikan kredit kepada penulis asli atau menyatakan bahwa karya itu terjemahan. Praktik ini disebut plagiarisme terjemahan.

Dampak Praktik Plagiarisme di Perguruan Tinggi

Pertama, mahasiswa yang terlibat dalam plagiarisme bisa kehilangan kesempatan memahami benar-benar materi yang dipelajari. Mereka mengabaikan proses pemikiran kritis, analisis, dan sintesis yang diperlukan dalam penulisan asli. Selain itu, menghambat perkembangan keterampilan penelitian dan penulisan untuk kesuksesan akademik dan profesional di masa depan.

Kedua, pelaku plagiarisme tidak memperoleh manfaat penuh dari pendidikan yang mereka terima, yang pada gilirannya merugikan dalam kompetisi pekerjaan dan karier di masa depan. Institusi pendidikan menderita dampak serius  terhadap reputasinya. Hal ini berarti mengurangi daya tarik institusi bagi mahasiswa dan masyarakat. Seorang dosen yang melakukan plagiarisme akan kehilangan kepercayaan kolega dan peserta konferensi akademi, dan tercemar reputasinya sebagai ahli dalam bidang keilmuan.

Ketiga, plagiarisme berdampak hukum, terutama jika terjadi pelanggaran hak cipta. Penulis asli atau pemilik hak cipta dapat mengambil tindakan hukum terhadap pelakunya. Secara moral, plagiarisme melanggar prinsip-prinsip etika akademik, termasuk kejujuran, integritas, dan tanggung jawab intelektual. Hal ini berdampak negatif terhadap pandangan individu tentang diri mereka sendiri dan citra mereka sebagai profesional yang bermoral.

Strategi Membangun Kewibawaan Akademik di Perguruan Tinggi

Pertama, memberikan pendidikan yang komprehensif tentang etika akademik kepada mahasiswa dan staf perguruan tinggi. Ditekankan pentingnya kejujuran dalam penulisan, penggunaan sumber dengan benar, dan konsekuensi plagiarisme.

Kedua, menggunakan perangkat lunak deteksi plagiarisme untuk mendeteksi terjadinya plagiarisme dalam tugas mahasiswa. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan plagiarisme, selain memberikan sanksi yang sepadan dengan perbuatannya.

Ketiga, perlunya kebijakan yang jelas dan ditegakkan secara konsisten. Hal ini termasuk sanksi yang tegas bagi pelanggar, mulai dari peringatan hingga diskualifikasi atau pemecatan.

Keempat, perlunya promosi budaya akademik yang menghargai integritas, kejujuran, dan tanggung jawab intelektual. Misalnya melalui penghargaan bagi karya-karya orisinal, kampanye kesadaran tentang etika akademik, dan pembentukan komunitas akademik yang peduli terhadap integritas.

Kelima, mencari pendekatan proaktif dengan mendorong mahasiswa melakukan pembelajaran yang aktif dan orisinal, serta memberikan dukungan yang cukup dalam pengembangan keterampilan menulis dan meneliti.

Penutup

Plagiarisme di perguruan tinggi merupakan masalah serius yang tidak hanya mengancam integritas akademik, tetapi juga menimbulkan dampak negatif yang luas bagi individu, institusi, dan masyarakat. Selain merugikan proses pembelajaran dan pengembangan intelektual, plagiarisme merusak reputasi akademik. Dampaknya juga meluas hingga aspek hukum dan moral, dengan mengancam integritas etika akademik dan kepercayaan masyarakat terhadap dunia pendidikan. Karena itu, praktik ini harus dilawan dengan tegas.

Untuk mengatasi praktik plagiarisme, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi. Beberapa upaya yang dapat dilakukan, misalnya pendidikan tentang etika akademik, penerapan teknologi anti-plagiarisme, penegakan kebijakan yang tegas, promosi budaya integritas akademik, dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Pencegahan dan penanggulangan plagiarisme membutuhkan komitmen bersama seluruh komunitas akademik, seperti mahasiswa, dosen, staf, dan pimpinan institusi pendidikan tinggi. Dengan demikian, terciptalah lingkungan akademik yang lebih berintegritas, beretika, dan berdaya saing tinggi sehingga  kejujuran, kecerdasan, dan kreativitas dihargai secara pantas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun