Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyelami Prinsip Kepatutan Ujaran dalam Interaksi Sehari-hari: Perspektif Sosiolinguistik

6 April 2024   08:07 Diperbarui: 7 April 2024   16:15 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Idealnya, seseorang perlu menyadari pentingnya kesopanan atau kesantunan dalam berinteraksi sosial. Namun kenyataannya, sering terjadi kesenjangan antara kesadaran dan praktik penggunaan bahasa. Karena itu, para penutur dan mitra tutur hendaknya memperhatikan prinsip kepatutan ujaran. Prinsip ini disebutkan Gunarwan (2007) dalam bukunya Pragmatik: Teori dan Kajian Nusantara, selain pemilihan strategi, pengungkapan fungsi ujaran, pemilihan ragam tutur, dan penguasaan kompetensi komunikatif. Artikel ini tidak bermaksud menyalahkan atau mengkritik masyarakat secara umum. Sebaliknya, sebagai upaya meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesopanan atau kepatutan dalam berkomunikasi, sekaligus mempromosikan penggunaan bahasa yang lebih efektif dan saling menghormati dalam berbagai konteks sosial dan budaya.

Perlunya Memperhatikan Prinsip Kepatutan Ujaran

Prinsip kepatutan ujaran dalam tindak tutur merupakan topik yang menarik dan penting dalam memahami bagaimana bahasa digunakan dalam berbagai konteks sosial dan budaya. Prinsip ini berkaitan dengan cara orang menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi, norma, nilai, dan ekspektasi sosial dalam masyarakat tertentu. Prinsip kepatutan ujaran berkaitan dengan prinsip kerja sama, yang dikemukakan Grice (1975) dalam bukunya Logic and Conversation, yang menyatakan: "Prinsip-prinsip kerja sama dalam percakapan, seperti prinsip kuantitas, kualitas, relevansi, dan cara ekspresif, membentuk dasar dari kesopanan bahasa dalam tindak tutur."

Prinsip kepatutan ujaran adalah konsep dalam sosiolinguistik yang menekankan pentingnya menggunakan bahasa sesuai dengan konteks sosial, budaya, dan situasi komunikasi. Hal ini melibatkan pemahaman tentang norma-norma sosial, hierarki kekuasaan, tingkat kesopanan, serta nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat dalam penggunaan bahasa. Dalam buku Politeness: Some Universal in Language Usage, Brown dan Levinson (1987) menyatakan bahwa kesopanan adalah konsep yang beragam, tetapi terkait dengan factor-faktor sosial, budaya, dan situasional, yang membentuk norma-norma dalam interaksi.

Beberapa alasan mengapa prinsip kepatutan ujaran perlu diperhatikan, antara lain perubahan sosial dan budaya, pengaruh media sosial dan teknologi, multikulturalisme dan globalisasi, konteks sosial yang beragam, dan kurangnya pendidikan tentang kesantunan berbahasa.

Pertama, dalam masyarakat yang terus berkembang, norma-norma sosial dan budaya dapat berubah seiring waktu. Hal ini dapat memengaruhi cara orang berbicara dan memahami apa yang dianggap sopan atau tidak sopan dalam komunikasi.

Kedua, dengan semakin meluasnya penggunaan media sosial dan teknologi komunikasi, batasan-batasan dalam berkomunikasi menjadi kabur. Orang cenderung lebih tidak sopan atau kurang memperhatikan prinsip kepatutan ujaran saat berinteraksi secara daring.

Ketiga, dalam masyarakat yang semakin terbuka dan multikultural, orang sering berinteraksi dengan individu dari latar belakang budaya yang berbeda. Hal ini menimbulkan tantangan dalam memahami dan mengikuti norma-norma sosial dan kepatutan ujaran yang berbeda-beda.

Keempat, setiap situasi komunikasi memiliki konteks sosial yang unik, dan orang tidak selalu memahami konteks tersebut dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan ketidaksesuaian dalam penggunaan bahasa.

Kelima, kurangnya pendidikan atau kesadaran tentang pentingnya kesopanan bahasa dalam komunikasi sering menjadi faktor yang menyebabkan pelanggaran terhadap prinsip kepatutan ujaran.

Aspek-aspek Prinsip Kepatutan Ujaran

Prinsip Kepatutan ujaran mencakupi beberapa aspek, antara lain situasi komunikasi, norma-norma sosial, kesopanan atau kesantunan, dan nilai-nilai budaya.

Situasi Komunikasi

Pemilihan bahasa dan gaya berbicara harus sesuai dengan situasi komunikasi yang sedang terjadi. Bahasa yang digunakan dalam konteks formal berbeda dengan yang digunakan dalam konteks informal. Misalnya, "Selamat pagi, Bapak/Ibu Direktur. Saya ingin melaporkan perkembangan projek yang telah kita diskusikan pada rapat sebelumnya" adalah ujaran dalam situasi formal. Sebaliknya, "Halo teman-teman! Sudah lama tidak bertemu nih. Ada yang punya rencana untuk akhir pekan ini?" adalah ujaran dalam situasi informal. Situasi sosial merujuk pada konteks atau kondisi ketika komunikasi berlangsung. Hal ini mencakup tempat, waktu, hubungan antarpartisipan, dan tujuan komunikasi.

Norma-norma Sosial

Prinsip kepatutan ujaran mencakup pemahaman tentang norma-norma sosial dalam masyarakat. Ada norma-norma tertentu yang mengatur cara berbicara antara anggota keluarga, teman sebaya, atau rekan kerja. Misalnya, "Maafkan saya, Pak, apakah Bapak dapat membantu saya dengan pertanyaan ini?" adalah bahasa hormat. Sementara, "Saudara-saudara, saya ingin mengucapkan terima kasih atas kesempatan ini untuk berbicara di hadapan Anda semua" adalah istilah yang tepat. Norma-norma sosial mengacu pada aturan dan ekspektasi yang mengatur perilaku berbicara dalam masyarakat tertentu. Hal ini termasuk cara berbicara kepada orang yang lebih tua, gaya bahasa yang dianggap sopan, atau aturan tidak tertulis lainnya.

Kesopanan atau Kesantunan

Bahasa yang dianggap sopan atau tidak sopan dapat berbeda-beda tergantung pada konteks budaya dan situasi komunikasi. Misalnya, "Tolong maaf, Bisakah Anda memberi tahu saya alamat kantor pos terdekat?" adalah permintaan yang ramah. Sementara, "Terima kasih banyak atas bantuan Anda. Saya sangat menghargainya" adalah ucapan terima kasih. Kesopanan atau kesantunan mencerminkan penggunaan bahasa yang memperhatikan perasaan dan martabat orang lain. Hal ini termasuk menghindari bahasa yang kasar atau menyakitkan, serta menggunakan ungkapan penghormatan atau penghargaan.

Nilai-nilai Budaya

Bahasa yang digunakan harus konsisten dengan nilai-nilai budaya setempat agar tidak menyinggung atau melanggar norma-norma sosial. Misalnya, "Mari kita makan bersama-sama. Di sini ada banyak makanan yang bisa dinikmati" adalah ujaran yang menyatakan kebersamaan, keramahan, atau keakraban. Sementara, "Terima kasih, Nek. Saya akan mengikuti saran Nenek" adalah hormat menurut usia dan/atau otoritas. Nilai-nilai budaya mencakup prinsip-prinsip yang dianggap penting atau dihormati dalam suatu masyarakat. Nilai-nilai ini dapat memengaruhi gaya berbicara, penggunaan bahasa, dan norma-norma komunikasi.

Pentingnya Memperhatikan Prinsip Kepatutan Ujaran

Prinsip kepatutan perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari. Beberapa alasan, antara lain menjaga hubungan yang harmonis, meningkatkan efektivitas komunikasi, membangun kredibilitas dan kepercayaan, menghormati nilai-nilai budaya, mencegah kesalahpahaman, dan membentuk citra diri yang positif.

Pertama, prinsip kepatutan ujaran membantu menjaga hubungan yang harmonis antara individu atau kelompok dalam masyarakat. Dengan cara demikian, seseorang dapat menghindari konflik atau ketegangan yang disebabkan oleh penggunaan bahasa yang tidak pantas atau tidak sesuai dengan situasi.

Kedua,  pemahaman tentang prinsip kepatutan ujaran membantu meningkatkan efektivitas komunikasi. Melalui penggunaan bahasa yang sesuai dengan situasi dan audiens, pesan dapat disampaikan dengan lebih jelas dan diterima dengan baik oleh pihak yang menerima.

Ketiga, penggunaan bahasa yang sesuai dengan norma-norma sosial dan kesopanan dapat membangun kredibilitas dan kepercayaan dalam hubungan interpersonal. Orang yang mampu berbicara dengan sopan dan menghormati orang lain cenderung lebih dihargai dan dianggap lebih dapat dipercaya.

Keempat, dengan memperhatikan prinsip kepatutan ujaran, seseorang menghormati nilai-nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya. Hal ini penting untuk memelihara identitas budaya dan menghindari perilaku yang dianggap tidak sopan atau mengganggu dalam konteks budaya tertentu.

Kelima, pemilihan kata dan gaya berbicara yang tepat dapat membantu mencegah terjadinya kesalahpahaman atau perasaan terluka dalam interaksi sosial. Bahasa yang kurang tepat dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau konflik yang tidak perlu.

Keenam, orang yang menggunakan bahasa sesuai dengan konteks sosial, cenderung membentuk citra diri yang positif di mata orang lain. Keterampilan berbicara dengan sopan dan menghormati orang lain merupakan salah satu indikator kepribadian yang dihargai dalam masyarakat.

Prinsip kepatutan ujaran merupakan bagian integral dari kajian sosiolinguistik (juga pragmatik). Prinsip ini memainkan peran penting untuk memahami penggunaan bahasa dalam berbagai konteks sosial. Pemahaman yang baik tentang prinsip ini membantu individu untuk berkomunikasi secara efektif dan sesuai dengan norma-norma sosial dan budaya yang berlaku. Dengan memahami prinsip kepatutan ujaran dalam pergaulan sehari-hari, seseorang dapat menjadi komunikator yang lebih sensitif terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat sekitar, serta menghindari kesalahpahaman atau ketidaknyamanan dalam interaksi sosial. Selain itu, individu atau kelompok sosial dapat menciptakan lingkungan komunikasi yang lebih harmonis, efektif, dan dihargai oleh orang lain. Hal ini membantu memelihara hubungan yang baik, membangun kredibilitas, dan menjaga keserasian dalam masyarakat secara keseluruhan. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun