Mohon tunggu...
Agustinus Tamen
Agustinus Tamen Mohon Tunggu... Freelancer - Sekolah bisa tamat, tapi belajar tak pernah tamat.

Freelancer, Jurnalis & Editor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peduli Kepada Kaum Milenial, Maria Goreti Sosialisasi Empat Pilar di Asrama Petrina

27 November 2019   03:40 Diperbarui: 27 November 2019   03:56 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggota DPD RI Maria Goreti berfoto dengan para mahasiswa penghuni Asrama Petrina Pontianak. (dokpri)

Peduli kepada kaum milenial, anggota DPD RI Maria Goreti mengunjungi Asrama Petrina di Jalan RA. Kartini Gang Palem Kota Pontianak, Minggu malam, (24/11/2019). Senator legendaris empat periode itu menggelar sosialisasi empat pilar di aula asrama mahasiswi asuhan Kongregasi Suster SFIC.

Menurut Maria, dirinya sengaja menyasar segmen kecil milenial kota yang kerapkali luput dari perhatian, yakni asrama putri yang dihuni para mahasiswi dari berbagai perguruan tinggi di Pontianak. Kepedualian ini didasari keinginan untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada generasi muda.

"Saya sebagai anggota DPD RI sekaligus anggota MPR RI sengaja menggelar sosialiasi empat pilar di asrama putri seperti ini. Para penghuninya mayoritas mahasiswi. Mereka kaum muda milenial. Tapi mereka rentan tergerus modernisasi di era digital ini," papar Maria Goreti.

Acara sosialisasi empat pilar yang digelar dengan format dialog ini tetap mengusung tema utama, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

Pada kesempatan itu, Maria Goreti memberikan motivasi kepada generasi milenial untuk berani mengeksplorasi potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Senator yang bernomor anggota DPD RI B-78 itu menekankan pentingnya keseimbangan antara ilmu pengetahuan, iman dan nasionalisme di kalangan milenial.

"Orang-orang muda, yang populernya saat ini kita sebut kaum milenial, sering terhanyut dan terbawa arus karena tidak mempunyai pegangan, baik itu pengetahuan yang cukup, iman yang kuat dan rasa nasionalisme.

Arus informasi yang begitu cepat menjejali menit demi menit, detik demi detik dalam keseharian kita, jika kita tidak memiliki filter yang kuat, maka semua akan kita telan mentah-mentah. Padahal, di antara informasi-informasi itu sebagiannya adalah racun, dan sebagiannya lagi memang berguna.

Maka, kita memerlukan filter untuk bisa memilahnya. Pengetahuan yang cukup, iman yang kuat dan nasionalisme yang tinggi. Itu filter kita. Sehingga kita tidak kehilangan identitas dan jatidiri di tengah-tengah perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan pengaruh berbagai macam ideologi yang berseliweran di setiap jalur komunikasi," papar Maria Goreti.

Senator asal Kalbar yang kini memasuki tahun ke-16 di DPD RI itu juga menyampaikan pesan kepada generasi muda untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

"Sebagai orang muda, kita harus menyadari bahwa mendirikan bangsa ini yang dilakukan oleh para founding fathers kita bukanlah hal yang mudah. Tugas kita tinggal merawatnya, menjaganya, dan mengusahakan tercapainya apa yang menjadi cita-cita bersama para pendahulu kita, yaitu terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jangan sampai kapal besar bernama Indonesia ini pecah karena konflik-konflik berbau SARA. Kita harus menerima kenyataan bahwa perbedaan dan keragaman menjadi fakta sejarah bangsa kita. Kita harus menerima kenyataan bahwa ada perbedaan suku maupun agama dalam masyarakat kita. 

Menolak perbedaan itu sama halnya melawan kenyataan. Hal itu bisa menjadi awal bagi perpecahan. Dan, kita di Kalbar ini punya pengalaman pahit dengan konflik-konflik seperti itu. Mengulanginya adalah kebodohan," kata Maria.

Desi, salah satu peserta sangat antusias mengajukan pertanyaan kepada Maria Goreti.

"Bagaimana cara kita bisa menempatkan diri dengan benar, kita yang berasal dari lingkungan yang homogen, dari satu suku dan satu agama, kemudian masuk dalam lingkungan yang berbeda-beda suku maupun agama? Biasanya kami merasa tidak nyaman karena ada banyak hal yang berbeda. Sukunya berbeda. Bahasanya berbeda. Agamanya berbeda." papar mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Kota Pontianak itu.

Menanggapi pertanyaan itu, Maria Goreti menyampaikan bahwa kuncinya adalah pengetahuan, iman dan nasionalisme. Dengan pengetahuan, iman dan nasionalisme, kita bisa bertoleransi dan beradaptasi tanpa kehilangan jatidiri.

"Kita harus memperkaya pengetahuan kita tentang orang lain di luar suku maupun agama kita. Hal-hal apa yang sensitif bagi mereka harus kita tahu agar kita tidak menyinggung dan melukai perasaan mereka. Kita juga harus mempertebal iman kita, sehingga ketika kita tidak perlu khawatir akan kehilangan iman kita ketika bergaul dengan orang-orang yang berbeda agama.

Kita juga harus mempunyai semangat persatuan, bahwa perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat kita telah dipersatukan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar negara dan konstitusi kita," terang Maria.

dokpri
dokpri
Sementara itu, Bola, salah satu peserta menanyakan bagaimana meningkatkan peran serta generasi muda dalam bidang politik. Menurutnya, banyak orang muda yang apatis dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka lebih tertarik pada teknologi dan tidak peduli dengan dunia politik.

Menanggapi pertanyaan itu, menurut Maria, semua orang mempunyai bidangnya sendiri-sendiri. Tetapi karena segala hal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini ditentukan oleh politik, maka sikap apatis tidak baik.

"Tidak semua harus terjun ke dunia politik. Tetapi juga orang muda jangan apatis terhadap politik. Mempunyai pemahaman dan kesadaran yang benar terhadap politik dapat disalurkan dengan memberikan pilihan pada figur-figur yang tepat, sehingga negara kita ini tidak salah urus," tutur Maria.

Peserta lain, Monika, menyampaikan tanggapannya bahwa materi dialog yang baik pada malam itu jangan hanya menjadi sia-sia karena tidak dipraktekkan. Monika menghimbau kepada semua peserta untuk berani tampil menjadi garam dan terang dunia.

Acara malam itu ditutup dengan menyanyikan bersama lagu "Padamu Negeri" sebagai pengingat akan apa yang telah mereka perbincangkan.

Penulis: Pius Sujarno

Editor: Agustinus Tamen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun