Menolak perbedaan itu sama halnya melawan kenyataan. Hal itu bisa menjadi awal bagi perpecahan. Dan, kita di Kalbar ini punya pengalaman pahit dengan konflik-konflik seperti itu. Mengulanginya adalah kebodohan," kata Maria.
Desi, salah satu peserta sangat antusias mengajukan pertanyaan kepada Maria Goreti.
"Bagaimana cara kita bisa menempatkan diri dengan benar, kita yang berasal dari lingkungan yang homogen, dari satu suku dan satu agama, kemudian masuk dalam lingkungan yang berbeda-beda suku maupun agama? Biasanya kami merasa tidak nyaman karena ada banyak hal yang berbeda. Sukunya berbeda. Bahasanya berbeda. Agamanya berbeda." papar mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Kota Pontianak itu.
Menanggapi pertanyaan itu, Maria Goreti menyampaikan bahwa kuncinya adalah pengetahuan, iman dan nasionalisme. Dengan pengetahuan, iman dan nasionalisme, kita bisa bertoleransi dan beradaptasi tanpa kehilangan jatidiri.
"Kita harus memperkaya pengetahuan kita tentang orang lain di luar suku maupun agama kita. Hal-hal apa yang sensitif bagi mereka harus kita tahu agar kita tidak menyinggung dan melukai perasaan mereka. Kita juga harus mempertebal iman kita, sehingga ketika kita tidak perlu khawatir akan kehilangan iman kita ketika bergaul dengan orang-orang yang berbeda agama.
Kita juga harus mempunyai semangat persatuan, bahwa perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat kita telah dipersatukan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar negara dan konstitusi kita," terang Maria.
Menanggapi pertanyaan itu, menurut Maria, semua orang mempunyai bidangnya sendiri-sendiri. Tetapi karena segala hal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini ditentukan oleh politik, maka sikap apatis tidak baik.
"Tidak semua harus terjun ke dunia politik. Tetapi juga orang muda jangan apatis terhadap politik. Mempunyai pemahaman dan kesadaran yang benar terhadap politik dapat disalurkan dengan memberikan pilihan pada figur-figur yang tepat, sehingga negara kita ini tidak salah urus," tutur Maria.
Peserta lain, Monika, menyampaikan tanggapannya bahwa materi dialog yang baik pada malam itu jangan hanya menjadi sia-sia karena tidak dipraktekkan. Monika menghimbau kepada semua peserta untuk berani tampil menjadi garam dan terang dunia.
Acara malam itu ditutup dengan menyanyikan bersama lagu "Padamu Negeri" sebagai pengingat akan apa yang telah mereka perbincangkan.