[caption caption="Anggota DPD RI Maria Goreti mengadakan kunjungan reses ke Dusun Bangkam."][/caption]
Anggota DPD RI Maria Goreti Ajak Warga Menjaga Alam
Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Penggalan lagu Koes Plus, grup band di era tahun 70-an itu sangat tepat untuk menggambarkan kondisi Dusun Bangkam, Desa Bukit Batu, Kec. Sungai Kunyit, Kab. Mempawah, Kalbar. Hampir semua potensi alamnya dapat dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup warga.
Imbul, (55) menggotong sebatang pohon singkong ke halaman Gereja Katolik Santo Serenus Dusun Bangkam, Desa Bukit Batu, Kec. Sungai Kunyit, Kab. Mempawah, Minggu (26/7). Ia seolah tak menghiraukan orang-orang di sekitarnya yang barusan keluar dari gereja, usai mengikuti ibadah Minggu. Perempuan itu memukul-mukulkan pangkal batang singkong ke tanah, sekedar melepaskan kotoran tanah yang melekat pada buahnya. Jari-jari tangannya dengan cekatan memelintir buah-buah singkong itu, kemudian memasukkannya ke dalam kardus bekas yang telah disiapkan. Beberapa buah singkong yang masih menempel kokoh pada pangkal batang segera dilepaskan menggunakan sebilah parang.
Pemandangan itu mengusik perhatian sekelompok orang terakhir yang keluar dari gedung gereja itu. Mereka antara lain: Anggota DPD RI/MPR RI asal Kalbar Maria Goreti, Anggota Dewan Pendidikan Provinsi Kalbar Hendrikus Clement, Ketua Umat Katolik Stasi Bangkam Marselus Adol, serta sejumlah tokoh umat Katolik Stasi Bangkam lainnya.
“Oh… ada yang cari buah singkong nih. Untuk siapa itu bu?” tanya Maria Goreti usai mengadakan pertemuan dengan warga Dusun Bangkam di gereja itu. Senator yang sehari-hari berkantor di Jakarta itu keheranan melihat seorang ibu sedang memotong-motong batang pohon singkong di halaman gereja. Untuk apa gerangan?
“Iya… untuk bu Maria lah. Sebagai oleh-oleh dibawa pulang.” Imbul, tokoh perempuan yang sebelumnya pernah menjadi Ketua Umat Katolik Stasi Bangkam itu menjawab sekenanya.
Rupanya, begitu selesai mengikuti pertemuan penyerapan aspirasi bersama anggota DPD RI/MPR RI Maria Goreti, Imbul cepat-cepat meninggalkan gereja. Perempuan yang berprofesi sebagai perawat kesehatan itu segera “memanen” singkong yang telah lama ditanamnya di area pekarangan gereja tua itu. Entah naluri apa yang mendorongnya untuk menyiapkan oleh-oleh bagi tamu yang datang ke dusunnya. Tak lama kemudian, sekardus ubi kayu alias singkong beserta potongan-potongan batangnya telah siap dikemas. “Sekedar buah tangan untuk bu Maria bawa pulang,” kata Imbul.
Menyerap Aspirasi
Pagi itu terasa istimewa di Gereja Katolik Santo Serenus Bangkam. Bertepatan dengan kegiatan ibadah rutin Minggu di gereja itu, umat Katolik setempat kedatangan anggota DPD RI/MPR RI Maria Goreti dari Jakarta. Pertemuan pun spontan digelar di akhir ibadah.
Maria Goreti mengawali pertemuan dengan perkenalan diri dan lembaga Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI). Meskipun dirinya sudah 3 periode – sejak 2004 hingga 2019 – mewakili masyarakat Kalbar menjadi senator DPD RI di Senayan Jakarta, namun masih banyak daerah yang belum dikunjunginya.
“Kalimantan Barat ini luas. Nomor empat terluas setelah Papua, Kaltim dan Kalteng. Jadi, belum semua daerah bisa dikunjungi,” ujar Maria Goreti.
Untuk itulah, dirinya masih berkepentingan mensosialisasikan keberadaan lembaga DPD RI sebagai lembaga yang relatif baru dalam ketatanegaraan Indonesia. “Lembaga DPD RI tidak punya cabang atau pengurus hingga tingkat ranting atau kampung, sehingga masih banyak orang yang belum mengenal apa itu DPD RI, termasuk apa peran dan fungsinya,” papar Maria Goreti.
Dijelaskannya, sebagai wakil rakyat di tingkat pusat, dirinya menjadi anggota DPD RI dari jalur perseorangan. Berbeda dengan anggota DPR RI yang berasal dari partai politik. “Mereka punya pengurus partai dari pusat hingga ke tingkat ranting. Sehingga informasi tentang pembangunan serta aspirasi masyarakat bisa dikomunikasikan melalui pengurus di tingkat bawah,” papar Maria.
Dalam kapasitas sebagai anggota DPD RI sekaligus anggota MPR RI, Maria Goreti juga mensosialisasikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang terkandung dalam konsepsi Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Menurutnya, konsep ini masih sangat relevan di tengah-tengah berkembangnya kelompok-kelompok ideologi radikal di Indonesia belakangan ini.
Selain menyerap aspirasi masyarakat, Maria Goreti juga menyampaikan pentingnya menjaga alam ciptaan Tuhan agar dapat dimanfaatkan untuk generasi mendatang. Menurutnya, secara ekonomi Dusun Bangkam banyak memiliki kekayaan alam pemberian Tuhan Yang Maha Esa. Di wilayah ini terdapat gugusan pohon kelapa yang masih produktif. Ada juga lahan sawah yang luas, serta bukit batu yang amat banyak. Hampir seluruh gugusannya adalah bukit batu, mempertegas bahwa tanah Kalbar kaya sumberdaya alam. Apa saja jenis tanaman yang ditanam akan tumbuh subur dan menghasilkan. Mulai dari ubi kayu sampai durian, merupakan warisan leluhur yang masih banyak terdapat disana.
“Ada baiknya masyarakat mengambil sikap menghindari untuk membongkar perut bumi seperti yang dilakukan PT. Antam (PT. Aneka Tambang Tbk-Red.) sekarang ini. Atau minimal masyarakat punya batas sampai dimana dan sampai kapan boleh menggali. Karena bahan galian ini termasuk sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui,” tegas Maria Goreti dalam diskusi informal usai pertemuan di Gereja Katolik Santo Serenus Bangkam.
Menurut Maria, kaya dan melimpahnya sumberdaya alam mestinya berkorelasi dengan kesejahteraan penduduk di sekitarnya. Namun hal itu belum sepenuhnya terjadi karena akses jalan masuk menuju daerah ini belum secara merata mendapatkan pengerasan.
”Baru minggu-minggu ini ruas jalan masuk ke kampung kami ini dikeraskan,” kata Marselus Adol, Ketua Umat Katolik Stasi Bangkam kepada Maria Goreti.
Seolah ajang curhat dengan wakil rakyat yang bertugas di Senayan Jakarta itu, Marselus Adol memaparkan bahwa pengerasan ruas jalan di Dusun Bangkam ini baru tahap awal. Padahal sudah dua tahun ini di daerah Desa Bukit Batu, Kec. Sungai Kunyit, Kab. Mempawah ada kegiatan pengambilan batu secara besar-besaran oleh PT. Aneka Tambang Tbk. Dalam perencanaannya, tahun 2016 sudah akan eksplorasi.
Politik Jalan Lurus
Selain mengingatkan pentingnya menjaga alam dan lingkungan hidup, Maria Goreti juga sekilas mengingatkan pentingnya pendidikan politik bagi generasi muda.
“Generasi muda juga penting mengenal dunia politik. Sebab, pada gilirannya nanti generasi muda ini akan menjadi pemimpin di masa mendatang. Entah itu jadi pemimpin di tingkat lokal maupun nasional,” kata Maria Goreti yang mengaku tampil ke dunia politik karena panggilan hati. Bukan karena ikut-ikutan.
Dijelaskannya, saat ini Indonesia memerlukan tokoh politik yang menganut politik jalan lurus. Politik jalan lurus adalah lawan dari cara-cara instan yang kerapkali digunakan para pecundang politik dalam mencapai tujuan. Cara-cara instan memang dapat berhasil pada suatu fase atau dekade kepemimpinan lokal maupun nasional. Namun cara-cara instan akan menghasilan kepemimpinan yang rapuh.
Sebaliknya, politik jalan lurus akan menghasilkan dan melahirkan pemimpin-pemimpin lurus pula. Salah satu ciri pemimpin lurus adalah menghindari jalan pintas. Menghindari cara-cara instan untuk mencapai tujuan. Dan, menghindari mengambil keuntungan untuk diri sendiri.
Politik jalan lurus selalu mengupayakan bagaimana nasib dan masa depan generasi mendatang. Juga, bagaimana kesejahteraan dan keutuhan masyarakat dan daerah di masa yang akan datang. (Agustinus Tamen)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H