Seperti biasa, Mahmudin terlambat datang ke pos ronda. Dan saat tiba di pos ronda, Mahmudin melihat sahabatnya, si Nurudin, sedang berdiri melamun sambil memegang sepiring makanan di tangannya.
"Nur, nur, makanan kok cuma dilihatin. Kalau lapar, tinggal di habisin, gak doyan, ya sini dikasihin buat Mahmudin.", sindir Mahmudin, agak bergurau.
"Eh, anu... Ini aku masih agak bingung Mud." kata Nurudin, menimpali sindiran sahabatnya.
"Anu ... Aku bingung mau aku apakan makanan ini." lanjut Nurudin, sambil telunjuknya mengarah ke sepiring Nasi goreng yang sedang dipegangnya.
"Bingung kenapa?" tanya Mahmudin.
"Baru saja, mbak Selfi, istrinya Pak Wahyudi mengantar makanan ini." jawab Nurudin.
"Loh, bagus dong. Itu artinya, mbak Selfi itu tipe warga yang peduli dengan kita, penjaga keamanan desa ini." tukas Mahmudin. "Harusnya kita bersyukur Nur, berarti itu rejeki kita"
"Bukan itu yang membuatku bingung, Mud" kata Nurudin, dengan suara yang agak seperti bergumam. "Coba kamu cicip, Mud."
Karena sudah ditawari oleh Nurudin, Mahmudin tidak menunggu lama untuk menerima tawaran Nurudin. Di cicipnya nasi goreng pemberian mbak Selfi itu.
"Menurutmu, bagaimana rasa Nasi Goreng nya?" tanya Nurudin penasaran.
"Ini Nasi Goreng, Nur? Kok rasanya Nano-nano, ya? Manis-asem-asin begitu Nur." celetuk Mahmudin.
"Benar dugaanku." gumam Nurudin. "Tadi, mbak Selfi bilang dia baru belajar masak Nasi Goreng dari buku resep yang dibelinya. Katanya sih, Nasi goreng ini merupakan resep istimewa seperti Nasi Goreng ala Restoran di Kota."
"Lah, ternyata makanan uji coba toh?" timpal Mahmudin.
"Ya, maklum juga sih, mbak Selfi dan pak Wahyudi itu kan pengantin baru, jadi mungkin mbak Selfi baru belajar masak. Aku sering dengar ibu-ibu gosip di warung pak Lepi. Katanya, mba Selfi suka bagi-bagi makanan dengan resep barunya ke ibu-ibu." Jelas Nurudin. "Tapi, yang sering jadi topik omongan ibu-ibu, ya itu. Rasanya yang gak jelas. Atau mungkin saja rasa masakan mba Selfi gak sesuai dengan lidah orang-orang kita".
"Kenapa kamu tidak bilang dari tadi?" keluh Mahmudin.
"Aku sih, tak ingin dibilang memfitnah orang, Mud. Kalau kamu menilai setelah merasakan makanannya, kan penilaian itu dari pengalamanmu sendiri."
Tidak berapa lama, tiba-tiba mbak Selfi datang ke Pos Ronda sambil membawa lagi sepiring Nasi Goreng.
"Nah, benar dugaan saya, temannya mas Nurudin pasti sudah datang." kata mbak Selfi. "Ini mas, masih ada sepiring Nasi Goreng lagi dari saya. Khusus buat mas... Mas siapa Namanya?"
"Mahmudin." jawab Mahmudin, melongo.
"Iya. Ini buat mas Mahmudin." lanjut mbak Selfi. "Itung-itung buat ganjal perut mas. Rondanya kan masih lama."
"Eh, Anu ... Anu ..." Mahmudin berusaha mengeluarkan kata-kata, tapi tertahan.
"Anu kenapa Mud? Anu mu kenapa-kenapa?" ledek Nurudin, lalu tertawa melihat tingkah Mahmudin saat menerima Makanan dari Mbak Selfi.
"Mas Mahmudin itu lucu juga ya orangnya." kata mbak Selfi, sambil tersenyum. "Ya sudah, saya pamit dulu ya mas-mas. Selamat mencicipin masakan resep baru saya."
Dengan santai, mbak Selfi pun beranjak pergi dari pos ronda. Mahmudin dan Nurudin saling pandang, lalu keduanya sama-sama mengalihkan pandangannya ke arah makanan yang masing-masing sudah memegang satu piring. Keduanya sama-sama bingung akan diapakan makanan itu. Dimakan tak enak, dibuang mubadzir.Â
"Mas, saya lupa bilang sesuatu." tak terduga, mbak Selfi telah kembali ke Pos Ronda. "Kalau mas Mahmudin dan mas Nurudin suka dengan masakan saya, gak perlu khawatir, mulai besok saya mau jualan makanan di rumah. Dan pastinya, menu saya akan terus update, sesuai jenis makanan jaman sekarang mas. Gak seperti warung yang lain. Hehehe ... "
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H