Mohon tunggu...
Agustin Mega Kurnia Putri
Agustin Mega Kurnia Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Universita Cyber Asia

Semangat untuk terus maju!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Isu Gender dalam media Massa di Era Terbaru

29 Juli 2023   00:02 Diperbarui: 28 Juli 2024   00:29 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era terbaru, perkembangan teknologi dan media sosial telah mengubah cara kita mengakses informasi dan berinteraksi dengan konten media. Meskipun ada perkembangan positif dalam menghadirkan isu-isu gender di media massa, tantangan terus muncul dalam upaya mencapai representasi yang inklusif dan kesetaraan gender. Artikel ini akan menjelaskan beberapa tantangan utama yang dihadapi dalam konteks media massa era terbaru dan upaya untuk mengatasi isu-isu tersebut.

1. Perluasan dan Diversifikasi Konten Media

Tantangan pertama adalah perluasan dan diversifikasi konten media. Meskipun akses terhadap informasi semakin mudah, representasi yang merata dan beragam tentang isu-isu gender belum sepenuhnya terwujud. Banyak platform media massa masih didominasi oleh narasi dan karakteristik gender tradisional yang dapat memperkuat stereotip dan mengabaikan beragam pengalaman dan identitas gender.

Upaya Perbaikan: Mendorong dan mendukung produksi konten media yang lebih beragam dengan melibatkan para perempuan, anggota kelompok gender lain, dan perwakilan dari latar belakang yang berbeda dalam proses kreatif. Inisiatif seperti kampanye #SeeHer dan #ShareTheMic dapat membantu meningkatkan representasi gender yang lebih inklusif.

2. Media Sosial dan Cyberbullying

Media sosial telah menjadi sarana penting bagi masyarakat untuk berkomunikasi dan berbagi pendapat. Namun, platform ini juga telah menjadi tempat tumbuhnya pelecehan dan cyberbullying, terutama terhadap perempuan dan kelompok gender lain. Troll dan pelecehan online dapat menyebabkan dampak negatif pada kesehatan mental dan keamanan perempuan.

Upaya Perbaikan: Perusahaan media sosial harus lebih tegas dalam mengatasi pelecehan dan kebencian online. Pelatihan dan kesadaran harus ditingkatkan untuk mendorong perilaku yang menghormati dan berempati di dunia maya. Komunitas daring yang positif juga dapat diaktifkan untuk melindungi dan mendukung individu yang menjadi korban pelecehan.

3. Penggunaan Filter dan Teknologi AI

Penggunaan filter dan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam media sosial dan platform berbagi video telah menjadi populer. Namun, beberapa filter dan algoritma AI dapat memperkuat stereotip gender dan meremehkan penampilan individu.

Upaya Perbaikan: Perusahaan teknologi harus lebih memperhatikan dampak filter dan teknologi AI mereka terhadap isu-isu gender. Peninjauan terhadap algoritma dan filter untuk menghindari diskriminasi gender harus menjadi prioritas, dan perusahaan harus lebih berhati-hati dalam memilih kata kunci dan label yang dapat menimbulkan penilaian berdasarkan gender.

 

4. Penyebaran Informasi Tidak Akurat

Di era digital, informasi menyebar dengan cepat dan dapat memiliki dampak besar pada pandangan masyarakat. Namun, ada risiko penyebaran informasi yang tidak akurat tentang isu-isu gender, yang dapat memperkuat kesalahpahaman dan menciptakan ketidakadilan.

Upaya Perbaikan: Mendorong literasi media dan digital yang lebih tinggi di kalangan masyarakat untuk membantu individu memahami dan menilai informasi dengan kritis sebelum membagikannya. Media massa dan platform media sosial juga bertanggung jawab untuk memverifikasi dan membagikan informasi yang akurat tentang isu-isu gender.

5. Algoritma dan Bias Tak Sadar

Algoritma yang digunakan oleh platform media sosial dan mesin pencari dapat membentuk dan mempengaruhi apa yang kita lihat dan konsumsi. Namun, algoritma ini dapat memiliki bias tak sadar yang memperkuat stereotip gender dan menunjukkan konten yang lebih sesuai dengan preferensi mayoritas daripada mencerminkan keberagaman dan kompleksitas pandangan gender.

Upaya Perbaikan: Bias tak sadar terjadi ketika algoritma menggunakan data atau model yang mengandung pandangan atau preferensi tidak sehat, yang dapat mempengaruhi keputusan atau rekomendasi yang dibuat oleh sistem. Ini dapat menyebabkan pengabaian atau diskriminasi terhadap kelompok tertentu, termasuk isu-isu gender. Jadi awalnya dengan melakukan peninjauan data, hal ini mencakup memahami sumber data, memeriksa kualitas, dan juga mengidentifikasi bias muncul. Yang kedua dengan melakukan uji coba dan evaluasi, mengidentifikasi apakah algoritma berkinerja dengan baik dan apakah ada tanda-tanda bias tak sadar yang muncul dari waktu ke waktu. Dan yang terakhir juga memberikan pemantauan dan merespons masukan dari pengguna.

Tantangan isu gender dalam media massa di era terbaru menuntut perubahan dan komitmen dari berbagai pihak. Upaya untuk mengatasi perluasan dan diversifikasi konten, mengatasi pelecehan online, menghindari diskriminasi dalam teknologi, dan memerangi penyebaran informasi tidak akurat menjadi langkah kunci untuk mencapai representasi yang inklusif dan kesetaraan gender di media massa. Dengan kolaborasi dan kesadaran yang lebih tinggi, media massa dapat berperan aktif dalam membentuk masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan gender.


Penulis : Agustin Mega. 

Status   : Mahasiswa UNSIA (Universitas Siber Asia) Jurusan Komunikasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun